tag:blogger.com,1999:blog-20679274665793644732024-03-13T04:11:59.056-07:00Menyulam makna di bingkai cakrawalaLenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-18778384223551283812011-11-16T22:34:00.000-08:002011-11-16T22:44:26.243-08:00"Maaf dek boleh saya lewat?"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/-DGO0u30RqaE/TsStFdO96TI/AAAAAAAAAOk/v0KmCq8lCdg/s1600/images.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://1.bp.blogspot.com/-DGO0u30RqaE/TsStFdO96TI/AAAAAAAAAOk/v0KmCq8lCdg/s200/images.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5675851739652024626" /></a>
<span style="font-style:italic;">“SIAAAP GRAK !!! LENCANG DEPAAAN GRAK !!! TEGAAAAK GRAK !!!”</span> demikian teriakan lantang komandan peleton menyiapkan barisan dalam rangka apel siang Mahasiswa Akademi Keperawatan Bhayangkara. Lima menit berlalu, suara komandan peleton pun serak dan mulai sedikit emosi karena frustasi dengan barisan rekannya yang masih amburadul.<br/><br/>
<span class="fullpost">
Aku tersenyum melihat prilaku mahasiswa yang terkadang mesti tiap hari ditegur Pembina karena dianggap masih tidak disiplin dalam barisan. Dalam hati Aku berkata
<span style="font-style:italic;">“Barisanku dulu lebih rapi dibanding adek-adek sekarang”</span>, sesaat kemudian pikiranku menerawang jauh kebelakang sekitar dua belas tahun yang lalu.<br/><br/>
Hari itu Aku memakai seragam putih-putih SPK Polri Bhayangkara. Aku masih nervous saat menghirup udara dan menginjakkan kaki di Bangsal Laki Rumah Sakit Bhayangkara, maklumlah ini kali pertama Aku masuk jaga sebagai siswa setelah selesai ujian semester. Perasaan seperti ini biasanya wajar saat hari pertama, kikuk dan tidak tahu harus berbuat apa. Setelah mendapatkan orientasi secukupnya dari kepala ruangan lalu beliau menjelaskan hal yang harus kami kerjakan. Hari pertama kami tidak diisi dengan mengukur tanda vital pasien, memberikan injeksi ataupun mengganti perban seperti yang sering perawat lakukan, Melainkan menyapu ruangan, mengepel, membersihkan WC, melap kaca dan membersihkan sarang laba-laba, jauh dari yang kami pelajari di bangku sekolah sebagai calon perawat karena yang kami kerjakan adalah pekerjaan janitor alias cleaning service. Hal yang kemudian kusadari keliru ketika Aku memasuki bangku Universitas, bahwa perlakuan demikian sesungguhnya melecehkan profesi perawat, namun apa daya kami waktu itu, sebagai plat merah tanda siswa paling junior itupun masuk jaga untuk kali pertama kami harus rela mengerjakan hal yang paling tidak diinginkan.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kalian terlebih dulu harus terampil memegang tangkai pel sebelum saatnya kalian memegang spoit dan tangkai infus”</span> demikian pernyataan feodal senior menambah lengkap penderitaan kami hari itu. Pfiuh…<br/><br/>
Aku kebagian mengepel bagian Interna dan pelataran bangsal, luasnya bangsal membuatku serasa mengepel lapangan sepakbola. Untunglah saat bekerja gerbang depan ditutup dan semua penjaga pasien diminta keluar area rumah sakit. Sehingga tidak ada orang yang lalu lalang dan membuat lantai yang basah semakin kotor. Gerah dan berkeringat namun Aku senang karena akhirnya kerjaan itu akhirnya selesai, kulipat ujung baju serta membuka kancing bagian atas karena kepanasan lalu melapor ke pegawai bangsal bahwa tugasku telah rampung. <br/>
<span style="font-style:italic;">“Bagus, sekarang karena kamu keringatan mungkin baiknya tidak usah kepasien dulu takutnya pasien mencium bau keringatmu”</span> kata pegawai bangsal sambil tersenyum<br/>
<span style="font-style:italic;">“Istirahat saja dulu dek disana, ngadem sambil nonton TV, tutup pintu trus jangan lupa pasang tanda lantai basah di depan”</span> sahut pegawai lain<br/>
<span style="font-style:italic;">“Baik pak”</span> jawabku.<br/><br/>
Aku memasang tanda lantai basah, menutup dan mengunci pintu, baju dinasku kutanggalkan karena gerah, duduk sambil menyalakan TV dan kipas. Semilir angin dari kipas membuatku rileks, kaki kuselonjorkan sambil menyetel channel TV. Namun baru beberapa saat Aku bersantai ria tiba-tiba terdengar bunyi <span style="font-style:italic;">“Tok..tok..tok..”</span> dari pintu yang tadi kukunci<br/>
<span style="font-style:italic;">“lewat samping pak kalau ada keperluan, lantai masih basah habis dipel”</span> teriakku<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ni orang ga bisa baca ya tanda yang tadi kupasang?”</span> gumamku<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Tok..tok..tok..”</span> masih terdengar pintu diketuk<br/>
<span style="font-style:italic;">“Lewat samping pak, lantai basah”</span> kembali Aku mengulang teriakanku dengan sedikit kesal<br/><br/>
“Tok..tok..tok..”<br/>
“LEWAT SAMPING WOII” !!! Aku mulai marah<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Tok..tok..tok..”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“ni orang ngajak ribut nih”</span> gumamku sambil bangkit dari tempat duduk.<br/><br/>
Aku berjalan menuju pintu, kubuka dengan paksa pintu itu dan niatku ingin mendamprat habis-habisan orang yang dari tadi mengetuk pintu<br/>
<span style="font-style:italic;">“awas ya”</span> gumamku<br/>
<span style="font-style:italic;">“KRAAK”</span> suara pintu berteriak karena kutarik kasar<br/>
Kemarahanku sudah memuncak, ingin kutumpahkan semua kekesalanku pagi ini kepada orang yang seperti tidak menghargai hasil keringatku. Tapi… <br/>
<span style="font-style:italic;">“Astaghfirullah”</span>…. Aku terperanjat kaget…<br/><br/>
Orang yang dari tadi mengetuk pintu adalah seorang pria yang tinggi besar… <br/><br/>
pria itu juga seorang polisi… <br/><br/>
tidak hanya polisi namun dia juga perwira menengah selevel Kapolwiltabes Makassar…<br/><br/>
penderitaan Aku tidak hanya berhenti disitu karena polisi berpangkat Komisaris Besar itu juga adalah DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA !!!....<br/><br/>
Aku adalah seorang mahasiswa tingkat satu, baru pertama kali masuk jaga dan berani-beraninya memarahi direktur rumah sakit tempat Aku bernaung. Jika anda diposisi Aku saat itu apa yang anda bayangkan? <br/><br/>
Dihukum… Cuma satu kata itu yang diproduksi otakku kala itu. Menyaksikan orang ditegur keras bahkan dimarahi adalah pemandangan biasa di rumah sakit polisi ini. Bahkan pada level siswa disuruh push-up dan jalan jongkok adalah hal lumrah. Pikiranku berkelebat kemana-mana, membayangkan dimarahi habis-habisan. Dihukum, ditampar bahkan sampai di sekolah pun jatahku masih ditambah dengan dijemur hormat bendera dan sebagainya. <br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Hufft…”</span> Kuhela nafas panjang tanda sudah pasrah <br/>
<span style="font-style:italic;">“:Aku memang pantas dihukum”</span> gumamku<br/><br/>
Suasana masih hening karena sedari tadi pikiranku melayang kemana-mana, waktu berjalan sangat lambat sampai kurasa detak jantungku sendiri bisa kudengar bahkan lalat pun terbang di dekatku dalam keadaan slow motion. Saat Aku masih tertunduk kaku, menunggu hukuman apa yang akan Aku terima tiba-tiba terdengar <span style="font-style:italic;">“Maaf dek, boleh saya lewat”</span>…<br/><br/>
Aku menoleh mencari asal suara itu. Namun yang kusadari Aku hanya berdua dengan pak direktur. Berarti…. Yang mengucapkan itu adalah…. ???<br/>
Lidahku tercekat, mulutku terbuka namun tak satu pun kata terucap tanda kaget luar biasa, Aku baru berani mendongakkan kepala menatap orang nomor satu di rumah sakit itu.<br/>
Melihatku kaget pria tadi tersenyum lalu kembali mengucap<br/>
<span style="font-style:italic;">“Maaf dek, boleh saya lewat?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Si….Si….Silahkan dok”</span> entah kena guna-guna dari mana tiba-tiba Aku mengidap penyakit gagap<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kerja bagus anak muda”</span> kata pria itu sambil menepuk pundakku <br/><br/>
Dadaku serasa plong, sesak yang menggantung seketika hilang, namun tetap saja merasa tidak enak. Ketika kisah ini Aku ceritakan ke semua yang jaga pagi hari itu, semuanya terpingkal-pingkal tertawa sambil megang perut, Aku hanya bisa tersenyum nyiyir. Namun ada beberapa hal yang kudapat dari peristiwa itu. <br/><br/>
Pertama tentang kepemimpinan. Ya.. Drg. Peter Sahelangi hari itu mengajari ku tentang kepemimpinan. Bab menjadi pemimpin yang tidak hanya bisa menyuruh atau menegur bawahan diperagakan beliau. Pemimpin juga harus bisa mengayomi dan menghargai bawahan, bahkan untuk selevel ku yang sebenarnya tidak punya ikatan apa-apa dengan Rumah Sakit Bhayangkara karena masih berstatus siswa. Bab lain adalah indahnya memaafkan, sekali lagi bukti bahwa memohon maaf tidak menjadikan kita hina dan memberi maaf mengangkat kita menjadi mulia.<br/><br/>
Pada saat kisah ini kutuliskan sebuah pikiran konyol lewat di pikiranku. Selentingan itu berbunyi <span style="font-style:italic;">“Mungkin Akulah orang satu-satunya di bhayangkara yang berani memarahi direktur utama”</span> ^_^<br/><br/>
Akper Bahayangkara 17112011<br/>
Selesai pukul 14 : 20<br/>
Tulisan ini kupersembahkan untuk semua perawat khususnya alumni SPK Polri Bhayangkara Angkatan XIX. Miss You All Guys<br/><br/>
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-39887323628454627752011-11-15T23:49:00.000-08:002011-11-15T23:55:07.097-08:00"Terima Kasih OM"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-cP2XiUK5Kmg/TsNsSjNHr7I/AAAAAAAAAOY/z3iTJ6MwubM/s1600/smp.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-cP2XiUK5Kmg/TsNsSjNHr7I/AAAAAAAAAOY/z3iTJ6MwubM/s200/smp.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5675499021360672690" /></a>
Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang, setelah cuci motor, makan siang lalu sholat Aku mulai bersiap menuju kantor. Hari ini adalah hari bersejarah, setelah sekian lama aku berdiam di rumah bengong nggak ada kerjaan maka mulai saat ini gelar pengangguran resmi kutanggalkan, ya hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja.<br/><br/>
<span class="fullpost">
Kupacu Honda Beat putihku menuju Akademi Keperawatan Bhayangkara Makassar, jalur yang kutempuh adalah Jalan Barombong yang tembus menuju Pantai Losari. Jalur ini lebih pendek jika dibandingkan lewat Sungguminasa, waktu tempuh pun lebih sedikit dan bebas macet. Sepanjang perjalanan kita disuguhi bermacam pemandangan, mulai dari persawahan hijau yang sebagian besar sudah dikuasai dan diberi patok oleh mafia developer,. Arah bisnis real estate memang berkembang pesat kearah selatan kota apalagi setelah maket Stadion Barombong di Launching di Koran, para pemilik modal berlomba mengangkangi sawah petani dengan iming-iming setumpuk rupiah maka pemandangan truk raksasa berseliweran mengangkut tambang galian C menimbun tanah yang kelak menjadi kompleks perumahan menjadi hal lumrah sekaligus merusak jalan aspal karena kelebihan tonase.<br/><br/>
Selanjutnya kita disuguhi view pinggir laut dengan garis pantai yang panjang dan kilauan indah biru laut, pepohonan hijau yang rindang lengkap dengan semilir angin, tak lupa kita akan melalui jembatan barombong dengan bentangan terpanjang di Sulawesi selatan membelah muara sungai jeneberang, dibawahnya berbaris rapi kapal para nelayan yang sedang bersandar dan terakhir perumahan elit tanjung bunga, Mall GTC, Pantai Akkarena dan tentu saja ikon baru kota Makassar Trans Studio berada dijalur ini semakin melengkapi kenyamanan berkendara di jalan ini.<br/><br/>
Namun ada satu hal lagi yang membuat aku lebih menikmati berkendara di area ini. Anak sekolah yang selalu ramai pulang sekolah. Jadwal masuk kampusku memang masuk siang sehingga jika melewati jalur lingkar tersebut bertepatan dengan jam anak SMP 15 pulang sekolah. Sayangnya semangat calon penerus bangsa tersebut harus dihadapkan bahwa jalan Barombong yang menuju ke Tanjung Bunga tersebut bukanlah jalur yang dilewati angkutan umum. Sehingga mereka mengandalkan belas kasihan pengguna jalan yang mungkin mau sebentar menepi sekedar memberi tumpangan jika mereka ingin kesekolah atau pulang kerumah. Terkadang aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri siswa tersebut berjalan kaki pulang di siang terik sejauh 5 km. LUAR BIASA perjuangan mereka menempuh pendidikan, melanjutkan tradisi akademik keluarga mereka yang sebagian besar orang tuanya bekerja sebagai nelayan, petani ataupun penjual sayur.<br/><br/>
Satu hal lagi, bahwa seusia mereka, remaja tanggung yang sangat memperhatikan penampilan. Fase yang mereka jalani sekarang adalah fase genital menurut tokoh psikologi Erikson, dimana mulai ada kecenderungan terhadap lawan jenis maka tak jarang kita akan menemui ABG yang sangat “gengsi” karena tak ingin terlihat miskin di depan temannya apalagi depan si “dia”. Tapi semua itu mereka terobos, stigma itu mereka labrak, terik mentari serta panas aspal bukanlah halangan, peluh dan senyum mereka menjadi saksi perjuangan heroik para bibit bangsa berikhtiar memperbaiki hidup lewat jalur pendidikan. Ironi, semangat mereka harus dihadapkan pada ketidakmampuan pemerintah menyediakan angkutan sekolah bagi siswa tersebut.<br/><br/>
Sekali lagi ironi, di negeri kaya raya ini, di negeri gemah ripah loh jenawi ini mungkin dana untuk bus anak sekolah sudah habis dikorupsi pejabat atau dipake studi banding anggota dewan, jika pak presiden SBY melihat hal ini bisa jadi akan muncul lagu baru lagi dari beliau, ataukah melaunching sekuel buku lain di luar negeri bercerita kehebatan kepemimpinannnya mengelola anggaran dana pendidikan sebesar 20%.<br/><br/>
Ah, tak ada gunanya mengutuki ketidak becusan pemerintah mengelola bumi pertiwi, mungkin lebih baik kita sendiri berintrospeksi apa yang sudah kita berikan terhadap bangsa ini?, akankah kita juga tetap menjadi bagian yang membebani tumpah darah Indonesia? Aku sendiri mencemooh diri sendiri yang tidak bisa membantu pihak sekolah untuk menyediakan armada angkutan bagi para siswa. Dalam hati aku berdoa “Ya Allah jadikanlah aku hambamu yang punya kekuatan menolong saudara yang membutuhkan bantuanku”.<br/><br/>
Hari ini kembali kujumpai pemandangan seperti biasa, anak-anak berseragam putih biru berderet di pinggir jalan melambaikan tangan tanda meminta tumpangan, aku menepikan motor sambil mempersilahkan dua orang duduk di boncengan belakang. Dalam perjalanan terkadang aku mencoba ramah dengan bertanya nama mereka siapa, kelas berapa dan tinggal dimana. Dekat jembatan boncenganku tersebut menepuk bahu tanda ingin turun. “Terima kasih om” hal yang selalu mereka ucapkan sambil tersenyum ketika turun dari kendaraan lalu berlari riang. Aku senang bisa membantu mereka, kemudian kutuliskan kisah ini bukan untuk menunjukkan betapa baiknya aku, bukan untuk pamer, riya’ apalagi ujub karena semuanya akan sia-sia dimata Allah, Namun aku yakin ini adalah sebuah kebaikan, aku ingin siapapun yang lewat sana bisa berbagi tumpangan dan berbagi kebaikan, lantas kebaikan itu insya Allah akan kembali ke diri kita dalam bentuk kebaikan yang lain.<br/><br/>
Wallahulalam bisshowab<br/>
Akper Bhayangkara Makassar<br/>
Selesai 03112011 sesaat sebelum azan ashar berkumandang<br/>
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-76597154803008149352011-04-10T00:02:00.000-07:002011-04-10T00:18:03.070-07:00Angkot setan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-TjEL7xBApz0/TaFZNE7bBJI/AAAAAAAAAOM/sk1T-ela8lY/s1600/angkot.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 158px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-TjEL7xBApz0/TaFZNE7bBJI/AAAAAAAAAOM/sk1T-ela8lY/s200/angkot.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5593850293367014546" /></a>
Beberapa waktu aku melakukan kunjungan ke Bogor, mengikuti kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi tempatku bernaung. Setelah kegiatan itu masih sempat jalan-jalan melihat kebun raya bogor, menikmati jajanan khas kota bogor seperti taoge goreng, bubur ayam, berbagai asinan dan manisan buah serta kripik a sampai z. pokoknya semua yang khas tentang kota bogor. Ada satu hal yang juga menjadi brand kota di jawa barat ini yakni lalu lintasnya. Sepanjang mata memandang pasti kita akan melihat angkot, berwarna hijau sampai pemerintah membuat sendiri plat untuk registrasi angkot dan angkanya fantastis sudah sampai angka 1900-an, wow !! makanya kemudian tak salah kemudian kalo lagi-lagi bogor terkenal dengan sebutan kota seribu angkot. Saking terkenalnya tentang angkot ini sampai ada satu cerita tentang angkot setan.<br/><br/>
<span class="fullpost">
Konon di sebuah malam, seorang lelaki harus kerja lembur untuk menyelesaikan kerjaannya, semuanya selesai tepat jam 24.00. rasa lelah seakan menggantung di pundaknya. Ia lalu beranjak pulang karena di kantornya tidak ada kamar untuk menginap. jalanan sudah sepi dari aktivitas Malam itu hujan gerimis dan angin bertiup lembut menambah rasa mencekam. Tiba-tiba dari kejauhan ada sinar lampu perlahan mendekat. Sinar itu berasal dari lampu angkot. Angkot itu berhenti pas di depannya.<br/>
<span style="font-style:italic;">“kok ada angkot jam segini?, bukannya maksimal sampai jam 10?”</span> gumam pria itu karena sebenarnya dia menunggu taksi. Tapi bodo amat yang penting saya pulang, pria itu kemudian melompat naik ke angkot menghindari hujan. Mobil lalu melaju pelan. Sejenak Pria itu memandang sekeliling angkot. Yang didapati adalah angkot ini sudah terlalu tua untuk beroperasi, sopirnya pun sudah uzur, duduk di kursi paling pojok dekat kaca belakang ada seorang perempuan berbaju putih dengan rambut sedikit acak-acakan, walaupun agat sedikit tertutupi rambutnya yang terurai tapi wajah wanita terlihat pucat.<br/><br/>
Untuk mengurangi lelahnya selepas lembur, sang pria lalu bersandar di dinding mobil, memasang headset di telinganya lalu berusaha beristirahat sejenak.<br/>
<span style="font-style:italic;">“maaf bu ya”</span> kata lelaki tersebut menselonjorkan kakinya, wanita tadi tidak bereaksi. Sesekali dia terbangun jika ban mobil menginjak jalanan rusak. Perasaan aneh kemudian menyelimutinya karena sang wanita tadi perlahan semakin mendekat ke arahnya. Untunglah karena kemudian sudah dekat lorong menuju rumahnya, sang pria kemudian meminta sopir untuk berhenti lalu menyodorkan uang pecahan Rp. 10.000, tapi yang terjadi mobil itu malah tancap gas dan tidak memberinya kembalian. Sang pria Cuma bengong lalu berteriak<br/>
<span style="font-style:italic;">“DASAR ANGKOT SETAN !!!”</span><br/><br/>
selesai di Tamalanrea 10042011 pukul 14.53
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-77053308379318298332011-03-07T21:49:00.000-08:002011-03-07T22:05:57.351-08:00PULAU PERASAAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/-FTdcSpURoPs/TXXHKHGkJUI/AAAAAAAAAN8/5b0tuH-AQWQ/s1600/d4f8ad70fbbdc86d0a3194b1ca68b15781c56341.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 146px;" src="http://4.bp.blogspot.com/-FTdcSpURoPs/TXXHKHGkJUI/AAAAAAAAAN8/5b0tuH-AQWQ/s200/d4f8ad70fbbdc86d0a3194b1ca68b15781c56341.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581586289714799938" /></a>
Di sebuah negeri antah barantah terdapat sebuah pulau yang disebut pulau perasaan. Seperti namanya di pulau itu hidup bermacam-macam perasaan, karakter, sifat dan sebagainya. Di tanah itu tinggal si senang, si sedih, si kaya, si miskin dan bermacam perasaan lainnya. Di pulau itu pula hidup sang cinta, karakter utama dalam cerita ini. Semua penduduk lahan tersebut hidup dengan damai, mereka saling membantu satu sama lain. Jika ada yang sedih “sang senang” akan datang menghiburnya, jika ada yang butuh bantuan “sang kaya” tidak akan segan-segan mengulurkan tangan, dan jika ada yang tertimpa musibah maka “sang cinta” akan setia menemani. Kehidupan mereka sangat harmonis seperti rangkaian mozaik yang saling melengkapi dan menyusunnya dengan indah.<br/><br/>
<span class="fullpost">
Sampai suatu hari musibah datang menyapa kehidupan mereka, sekaligus menguji kekuatan pertalian persahabatan yang mereka jalin. Tiba-tiba air pasang dengan cepat menenggelamkan pulau tersebut, semua penduduk berlarian panik menyelamatkan diri, termasuk sang cinta. Dengan terseok-seok sang cinta membawa tubuhnya mencoba melawan arus yang sesekali menghempas tubuhnya. Saat air sudah setinggi lutut, sang cinta melihat sebuah kapal indah yang mendekat dan ternyata dikemudikan sahabatnya si kaya.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Sahabatku kaya, bolehkan aku menumpang di kapalmu?”</span> Pinta sang cinta<br/>
<span style="font-style:italic;">“Cinta.. engkau bisa lihat, kapalku sudah penuh oleh barang kekayaanku, hampir tidak tersisa ruangan lagi. Aku takut jika memaksakanmu naik maka akan membuat kapal ini tidak stabil dan tenggelam, maaf cinta aku tidak bisa membawamu”</span> jawab si kaya dingin<br/>
Jawaban si kaya tadi terdengar sebagai sebuah petir yang langsung menghujam ke dalam hati sang cinta.<br/>
<span style="font-style:italic;">”Inikah sifat asli si kaya? Bukankah ia suka menolong? Aku ini sahabatnya, dan sekarang Aku butuh pertolongan..”</span> demikian pertanyaan yang menggelayut di pikiran sang cinta, tanpa sadar si kaya pun berlalu dari hadapannya .<br/><br/>
Air mulai setinggi pinggang saat cinta terhentak dihempas ombak yang hampir merobohkannya, dengan segala upaya cinta masih berusaha menyelamatklan diri. Harapannya kembali muncul ketika ia melihat seseorang mengayuh perahu dengan pelan. Si sedih.. ya itu si sedih. Dengan sekuat tenaga sang cinta berupaya mencapai perahu tadi. Sang cinta kemudian berkata<br/>
<span style="font-style:italic;">“ijinkanlah aku ikut denganmu”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Cinta sahabatku.. aku baru saja kehilangan semua anggota keluargaku, semua itu membuat saya sedih, jauh melebihi kesedihanku selama ini. Untuk saat ini saya ingin sendiri”</span> jawab si sedih lirih<br/>
<span style="font-style:italic;">“Bukan Cuma kamu yang kehilangan..!!! aku dan semua orang di pulau ini merasakan hal sama, kenapa engkau begitu egois !!!”</span> pekik sang cinta marah<br/>
<span style="font-style:italic;">“Maaf cinta, saat ini aku ingin sendiri”</span> kembali sedih mengulangi pernyataannya.<br/>
Jawaban terakhir sedih tadi benar-benar seperti palu yang dihantamkan ke dada cinta, menghancurkan segala harapannya, si sedih kemudian berlalu dari hadapannya.<br/><br/>
Cinta tak lagi berusaha menyelamatkan diri meski air sudah setinggi lehernya. Arus semakin kuat mempermainkannya dan menghempaskannya ke sebuah sampan, sampan milik si miskin.<br/>
<span style="font-style:italic;">“sahabatku..., engkaulah harapan terakhir ku, bawalah aku bersamamu”<span style="font-style:italic;"></span></span> ucap sang cinta memelas<br/>
<span style="font-style:italic;">“Cinta sayang, lihat dirimu.. engkau kotor. Meskipun kamu tahu aku miskin tapi aku sangat memperhatikan kebersihan, dan dengan keadaanmu sekarang aku tidak bisa membawamu.”</span> Jawab si miskin<br/>
Pupus sudah harapan sang cinta. Hari itu, untuk pertama kalinya cinta menangis, menangisi kemalangan hidupnya. Menangisi betapa bodohnya ia menganggap sahabatnya sehidup semati dengannya. Dan saat ia sadar semua sudah terlambat. Cinta sudah pasrah, lalu ia mencatat dalam hatinya <br/>
<span style="font-style:italic;">“hari ini jika aku meninggal, bukanlah air pasang ini yang membunuhku, tapi sahabatku.. ya sahabatku yang kuanggap seperti saudara, yang semua hal kubagi dengannya, mereka semua menusukku dari belakang, mereka semua meninggalkanku saat aku membutuhkan mereka, dan itu jauh lebih menyakitkan dari banjir ini.”</span><br/>
Arus benar-benar menunjukkan superioritasnya dengan mempermainkan sang cinta lalu perlahan menelan tubuhnya. Sempat sang cinta melihat sahabatnya terbaiknya si senang namun agaknya si senang terlalu senang karena baru saja mendapatkan rakit untuk menyelamatkan diri, sehingga tak lagi mendengar teriakan kecil sang cinta.<br/><br/>
Sang cinta mulai tenggelam membawa perasaan sakit hatinya, hancur bersama mimpinya saat sebuah tangan menariknya lalu berkata<br/>
<span style="font-style:italic;">“Cinta.. ikutlah bersamaku”</span> orang itu menarik cinta ke dalam sampannya<br/>
Cinta masih melayang antara sadar dan tidak, perasaan dikhianatinya masih sangat kuat ia sudah tidak peduli dengan yang terjadi. Perlahan ia memperhatikan muka orang yang di depannya lalu pingsan tak sadarkan diri.<br/><br/>
Beberapa saat kemudian sang cinta terbangun diatas ranjang dengan seprei putih Di sebuah kamar sederhana. Kepalanya masih sakit ia duduk sejenak mengambil nafas dan mengumpulkan kembali ingatannya. Ia teringat masa indah dengan sahabatnya, lalu air tiba-tiba meninggi, lantas ia tenggelam. Tapi sebuah tangan menariknya, siapa dia? Dia berusaha mengingat wajahnya, seorang kakek. Lalu bergegas cinta bangkit dari tempat tidurnya berlari mencari orang yang menyelamatkannya.<br/><br/>
Cinta mendapati sepasang kakek-nenek di beranda rumah itu. Dia menatap lekat wajah kakek itu,<br/> <span style="font-style:italic;">“bukan kakek ini yang menyelamatkanku” </span>gumamnya.<br/>
<span style="font-style:italic;">“kamu sudah bangun nak”</span> sapa nenek itu arif<br/>
<span style="font-style:italic;">“Silahkan duduk nak”</span> sang kakek melanjutkan<br/>
Cinta lalu duduk kemudian bertanya <br/>
<span style="font-style:italic;">“Aku dimana nek dan kalian siapa?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Kamu di rumah kami nak, saya nenek arif dan ini suami saya kakek bijaksana”</span> jawab sang nenek<br/>
<span style="font-style:italic;">“siapa yang membawa aku kesini?”</span> tanya cinta penasaran<br/>
<span style="font-style:italic;">“oh.. dia sahabatku sang waktu, dia meminta kami merawatmu”</span> jawab sang kakek<br/>
<span style="font-style:italic;">“dimana sang waktu tinggal kek?”</span> lanjut cinta lagi bersemangat<br/>
<span style="font-style:italic;">“Tidak usah kamu cari dia nak, dia petualang, dia datang dan pergi sesukanya”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Yah.. padahal aku sangat ingin berterima kasih dan bertanya padanya”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Apa yang ingin kamu tanyakan?”<span style="font-style:italic;"></span></span> tanya nenek arif<br/>
<span style="font-style:italic;">“sahabatku si kaya, si miskin, si senang dan si sedih semauanya tidak ada yang peduli bahkan meninggalkanku, kenapa sang waktu menyelamatkanku? Aku bahkan tidak mengenalnya”</span> jawab cinta<br/>
<span style="font-style:italic;">“Anakku cinta”</span> sang kakek membelai rambut cinta lalu menghela nafas panjang<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kaya dan miskin silih berganti, susah senang pun datang dan pergi. Jika kamu bertanya kenapa sang waktu menyelamatkanmu, itu karena sang waktu ingin kamu menjadi cinta sejati, karena sang waktu lah yang bisa membuktikan cinta sejati yang sesungguhya”...</span><br/><br/>
Diiringi instrumentalia siente me amor, selasai di tamalanrea 080311 pukul 13.38 WITA
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-37506722326252345472010-07-07T08:04:00.000-07:002010-07-07T08:19:38.607-07:00Aku Ingin jadi dokter<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/TDSa1MSVhMI/AAAAAAAAAM4/UmGK8VaCnOs/s1600/doctor.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/TDSa1MSVhMI/AAAAAAAAAM4/UmGK8VaCnOs/s200/doctor.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5491184084293354690" /></a>
Waktu itu sekitar pukul 01.30 malam, penyakit ginjal yang diderita ibu kembali kambuh. Di pangkuan Ayah ibu meringis kesakitan, aku hanya bisa menangis saat itu, sejuta perasaan takut menggelayut di pikiranku, takut kalau ibu akan meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Sesaat kemudian ibu tidak sadarkan diri, melihat keadaan ibu yag seperti itu tanpa berpikir lagi aku berlari, pintu kulabrak, aku bahkan lupa memakai alas kaki karena yang ada dipikiranku Cuma satu, rumah pak mantri.<br/>
<span class="fullpost">
Jarak seratus meter yang harus kutempuh terasa sangat jauh karena ketegangan yang kurasakan , sampai di pintu kugedor- gedor rumah beliau,<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ada apa dek?”</span> dengan ekspresi kaget dia bertanya<br/>
Aku tak sanggup lagi berkata apapun. Nafas yang memburu, sesenggukan tangis serta pikiran kalut semuanya bercampur jadi satu, aku Cuma bisa menunjuk ke arah rumah.<br/><br/>
Setelah memeriksa ibu lalu memberikan obat pak mantri mengatakan bahwa Insya Alah ibu akan baik-baik saja. Mendengar hal tersebut kami menjadi lebih tenang, dan sikap pak mantra sangat tenang menghadapi pasiennya, seperti seorang actor piawai yang memainkan opera. sejak kejadian itu Aku menyimpan sebuah mimpi, sebuah keinginan kuat untuk menjadi seorang dokter.<br/><br/>
***<br/><br/>
Hari ini aku pertama kali menginjakkan kaki di SMA, sebuah fragmen penuh warna, yang kata banyak orang masa indah tak terlupakan, apalagi karena aku berhasil bergabung di sekolah favorit tingkat kabupaten<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mulai sekarang aku akan giat belajar, agak aku bisa bersaing, agar aku menjadi orang yang berilmu dan paling penting adalah mencapai cita-cita yang aku impikan”</span><br/>
Sebuah kesyukuran besar buatku bisa menjadi bagian dari sekolah ini, tahun pertama kujalani dengan bahagia karena memiliki teman yang percaya dan mendukungku dalam banyak hal, di tahun ini pula aku mulai mengenal dunia tarbiyah, mulai mengerti bagaimana seharusnya seorang hamba Allah menjalani kehidupan diatas muka bumi, berkumpul dengan saudari-saudari seiman saling mengingatkan agar selalu berada dalam koridor yang benar.<br/><br/>
Hampir tiga tahun aku bersekolah di SMU, sebentar lagi kami akan menghadapi ujian akhir sekolah dan meneruskan ke perguruan tinggi. Hampir tiap hari teman-temanku begitu semangat membicarakan tentang rencana tempat kuliah mereka, membicarakan pilihan masa depan, aku hanya bisa tersenyum tatkala mereka bertanya tentang rencana studi ku. Pikiran itu terus menerus hinggap di pikiranku, membuatku kadang menangis dalam kesendirianku, aku kini jadi lebih pendiam.<br/>
Suatu hari sepulang sekolah aku memberanikan diri untuk menceritakan tentang keinginanku kuliah di UNHAS Makassar di hadapan ibu ayahku, mereka dengan seksama mendengarkan penjelasanku, lalu mereka tersenyum getir, senyum dan pandangan yang sama yang aku berikan ketika temanku bertanya tentang rencana kuliahku, mataku berembun, perasaanku terpukul ibu lalu mendekap lalu membelai lembut kepalaku sambil berkata<br/>
<span style="font-style:italic;">“Biaya di kota mahal nak apalagi untuk kuliah di UNHAS”</span><br/>
Aku semakin larut dalam kesedihanku. Mungkin aku harus mengubur impianku dalam-dalam, aku mafhum dengan kondisi orangtuaku, aku tahu mereka pasti menginginkanku bersekolah setinggi-tingginya namun ekonomi kami tak membiarkan hal itu.<br/><br/>
Senin. Ya hari senin seingatku. sesaat setelah upacara bendera sekolah kami kedatangan tamu, mereka adalah alumni dari sekolah ini yang telah kuliah, dari warna merah almamaternya aku tahu bahwa mereka dari Unhas, aku semakin cemburu melihat kakak kelasku yang yang berhasil menembus ketatnya persaingan masuk universitas terbesar di Indonesia timur itu. Mereka terlihat begitu berwibawa dengan pakaian kebesarannya apalagi guru-guru kami dengan bangganya memperkenalkan mereka. Setelah memperkenalkan nama mereka, kakak kelas kami lalu menawarkan sebuah program Beastudi ETOS, beasiswa yang ditujukan bagi siswa yang ingin lanjut kuliah namun terkendala biaya. Aku tersentak lalu dengan serius mendengarkan penjelasan sang kakak kelas, serasa ada arus energi kuat dari alam bawah sadarku. Dengan perasaan berbunga-bunga aku berlari kerumah sambil membawa brosur beastudy ETOS yang dibagikan di sekolah, dengan semangat aku memperlihatkannya kepada Ayah dan IBu, Aku melihat senyum sumringah dan sorot mata cerah dari kedua orang tuaku, raut muka bahagia.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Insya Allah aku akan berjuang mendapatkan Beastudi Ini bu, ini adalah kunci masa depanku,!!!”</span> tegasku optimis<br/>
Ibuku tak kuasa menahan haru melihat semangatku yang menggebu-gebu, lalu mendekapku. Penjelasan hari itu telah menghidupkan kembali mimpi-mimpiku, menyemai harapan ditaman-taman hatiku yang dulunya terpaksa kutebas habis. Hari itu saya tak ingin lagi bermimpi, namun aku berjanji bahwa suatu hari aku akan diwisuda di Unhas dengan gelar… Dokter…!<br/><br/>
Seri interview beastudi ETOS<br/><br/>
Tamalanrea050710<br/>
Selesai dengan iringan instrumentalia “Yesterday” dari The Beattles
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-57400595032815042872010-06-19T07:28:00.000-07:002010-06-19T07:46:50.850-07:00Menunggu di ruang rindu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/TBzYDZ5ANdI/AAAAAAAAAMw/hXjSvBYh0hA/s1600/44f0a6f68000e6b307b39ddfa7e40ab9.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 114px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/TBzYDZ5ANdI/AAAAAAAAAMw/hXjSvBYh0hA/s200/44f0a6f68000e6b307b39ddfa7e40ab9.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484495999231604178" /></a>
<span style="font-style:italic;">Dedaun yang ikut mengalir lembut<br/>
terbawa sungai ke ujung mata<br/>
Dan aku mulai takut terbawa cinta<br/>
menghirup rindu yang sesakkan dada<br/>
Jalanku hampa dan ku sentuh dia,<br/>
terasa hangat di dalam hati<br/>
Kupegang erat dan kuhalangi waktu,<br/>
tak urung jua ku lihatnya pergi<br/>
(Letto)<br/></span>
*****<br/><br/>
<span class="fullpost">
Hari ini untuk kesekian kalinya aku harus kontrol ke rumah sakit, sebenarnya aku jenuh, membayangkan ke rumah sakit saja aku malas. Tergambar dalam memoriku tentang landscape rumah sakit dimana semua orangnya tergeletak tak berdaya, pasien yang dicekoki sejumlah selang dan peralatan medis lainnya, pelayanan yang kaku, serta pegawai yang berpakaian serba putih membuatku merinding membayangkan sejumlah malaikat sedang menunggu antrianku di lorong kematian.<br/>
Namun hari ini aku tak berdaya, penyakit sesak ku sedang rindu dan tak ingin segera pergi, belum lagi aku sering pucat dan pingsan, akhirnya mengantarkan ibuku pada sebuah kesimpulan bahwa aku harus periksa ke dokter.<br/>
Aku merasa lelah sekali terbangun Pagi ini, kamar VIP dengan segala fasilitas wah tak membuat tidurku nyenyak, segala gadget yang kupunyai tak mampu mengusir kesepianku, kepalaku pening bahuku terasa berat, masih asyik bermalas-malasan tiba-tiba dokter yang menanganiku masuk<br/>
<span style="font-style:italic;">“Selamat pagi dek”</span> sapa dokter<br/>
<span style="font-style:italic;">“Pagi Dok”</span> jawabku singkat<br/>
<span style="font-style:italic;">“Orang tuamu mana?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Belum datang dok, biasanya datang malam, maklum sibuk, emang ada apa dok?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Mmm.. ini hasil pemeriksaan labmu sudah ada dan diagnosanya pun sudah pasti”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Memangnya saya sakit apa dok?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Mungkin baiknya saya bicara dengan orang tuamu dulu”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“DOK.. YANG SAKIT ITU SAYA, SAYA BERHAK TAHU SAYA SAKIT APA!!!”</span> ujarku dengan nada meninggi<br/>
Dokter tadi menghela nafas panjang lalu dengan lirih berkata<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kamu didiagnosa Leukimia atau kanker darah”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Nanti kalo orang tuamu datang suruh menghadap saya”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Yang sabar dek ya”</span><br/>
Aku menoleh tak memperhatikan dokter tadi pergi, serasa ada embun di mataku, rupanya penyakit leukimia inilah yang selama ini yang merenggut kebebasanku, yang menghalangi aktivitasku. Tiba-tiba aku merasa gadis paling malang di dunia. Orang tuaku bercerai, ibuku sibuk dengan karirnya, tak pernah aku bisa berbicara dengannnya lebih dari lima menit kecuali relasinya selalu menginterupsi lewat telepon, kadang hanya hanya bertemu lewat sms, jika tak sempat pamit dia hanya bisa nitip pesan di meja riasku <span style="font-style:italic;">“Naila sayang ibu pergi dulu, mungkin pulangnya agak larut, makan yang banyak ya, peluk cium ibunda”</span>, sedangkan ayahku?? Seingatku ia datang setahun lalu saat aku ulang tahun yang ke 19, bukan dengan fisiknya namun lewat karangan bunga yang bertuliskan <span style="font-style:italic;">“SELAMAT ULANG TAHUN SAYANG”</span> bersama setumpuk hadiah, padahal bukan itu yang kuharapkan dari dia, saya butuh perhatiannya, ah.. mungkin aku terlalu berharap, tapi apa saya salah berkharap kasih sayang dari orang tua?? Aku seperti padang gersang yang berdoa akan turunnya hujan. Mungkin suatu saat aku meninggal ayah hanya akan datang dengan karangan bunga lagi yang bertuliskan <span style="font-style:italic;">“TURUT BERDUKA CITA”</span>. Perasaanku makin sakit, perih, akhirnya semua perasanku saya tumpahkan. Aku rindu nenek ku, dengan keterbatasan fisiknya ia masih mampu menyayangiku, darinya lah aku belajar arti kasih sayang, sayang ia tak bisa hadir disini mengobati kerinduanku, mengusap kepalaku, membelai rambutku karena fisiknya tak membiarkannya pergi jauh berkendaraan.<br/>
Tok.Tok..Tok.. tiba-tiba ada yang mengetuk pintu,<br/>
<span style="font-style:italic;">“Masuk..”</span> ucapku dengan nada berat sambil menyeka air mataku<br/>
<span style="font-style:italic;">“Selamat pagi mba naila, saya perawat jaga malam mau operan dengan perawat jaga pagi, sekalian juga mau jelaskan kondisi dan terapi mba naila ke rekan saya”</span> ujar perawat berjilbab itu ramah<br/>
Saya Cuma mengangguk pelan dan memperhatikan sekilas perawat pria yang disampingnya, mukanya seperti asing, tidak seperti perawat lain yang bergantian menjagaku dan wajah mereka sudah familiar. Aku dengan seksama mendengarkan penjelasan ners Linda, seperti yang tertulis di papan namanya. Walau terkadang ada bahasa yang tidak kumengerti karena dia menjelaskan ke rekannnya dengan menyelipkan istilah kedokteran yang masih asing dan ribet di telingaku.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jadi mba Naila, pagi ini saya yang akan merawat mba, oh ya nama saya ners Fadhil, mulai sekarang juga saya yang akan menjadi perawat penanggung jawab mba, kalo mba butuh bantuan hubungi saya saja di Nurse station”</span> ujar pria tadi dengan nada sopan namun penuh wibawa<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ners Fadhil-nya baru datang mba dari Jogja habis pelatihan, makanya mungkin mba naila belum pernah lihat, tambahan lagi ners fadhil ini masih single lho mba”</span> Ujar ners linda sambil tersenyum. Pria tadi Cuma tersenyum simpul.<br/>
*****<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Mba naila masih kuliah?”</span> tanya ners fadhil suatu ketika saat ia sedang memasukkan injeksi intravena<br/>
<span style="font-style:italic;">“Iya” </span>jawabku singkat<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jurusan apa mba?”</span> tanyanya lagi<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ilmu komunikasi”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Semester tiga ya sekarang?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Kok tahu”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Cuma nebak aja”</span> ujarnya tersenyum<br/>
Seperti biasa ia mengajakku bicara saat dia melakukan tindakan, membuatku tidak merasa jadi kelinci percobaan, terkadang juga tanpa saya minta ia menjelaskan untuk apa ia terapi itu dilakukan, obat yang diapakai gunanya apa. Ners Fadhil yang air mukanya begitu tenang, wajahnya putih bersih, jenggot tipis di ujung dagunya semakin menegaskan kelaki-lakiannya. Terkadang dengan sejenak mengajakku berbicara ia berhasil mengusir kesepian yang selama ini menggelayut seperti awan hitam yang akan menumpahkan hujan 100 hari. Ia seperti mengeluarkan senyawa yang membuatku betah dekat dengannya. Kekagumanku semakin bertambah dengan prilakunya yang sopan terhadap perempuan rekan kerjanya termasuk aku pasiennya. Pernah malam-malam aku terbangun dan ingin mencari udara segar, namun aku terhenti di pintu karena melihat dia berjaga sendirian di Nurse station ditemani mushaf kecilnya dengan lantunan suara tilawah yang sangat merdu. Dia bahkan tidak menyadari saat aku sudah berada dekat dengannya, aku sengaja lewat dekatnya agar ia melihatku, aku ingin lihat reaksinya.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mau kemana mba?”</span> tanyanya kaget<br/>
<span style="font-style:italic;"><span style="font-style:italic;">“Mau cari angin”</span> jawabku<br/>
“Aduh mba, ini sudah larut, harusnya mba istirahat, kembali ke kamar ya..” </span>pintanya<br/>
<span style="font-style:italic;">“Sebentar saja ya di luar, ngga apa-apa kan?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Maaf mba saya tidak bisa mengizinkan mba keluar”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Iya deh”</span> ketusku sambil memasang muka cemberut, walaupun sebenarnya aku senang karena dia menaruh perhatian.<br/>
Aku lalu berjalan kembali ke kamarku, namun baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba pandanganku berputar, dan jalanku limbung, aku lalu mencari tempat berpegang namun tak kusangka lengan Fadhil telah dengan cekatan memegangku.<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kenapa mba?”</span> tanyanya cemas<br/>
<span style="font-style:italic;">“Entahlah, saya tiba-tiba pusing”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Tuh kan saya bilang apa, saya antar ke kamar ya..”</span><br/>
Saya senang sekali saat itu, dia membimbingku sampai di kamar dan menyelimutiku. Terus terang saya menyukai Ners Fadhil, dari caranya berbicara dan memperlakukanku tapi saya yakin dia profesional, bukan memanfaatkan kesempatan karena kelemahan kondisiku karena yang saya lihat dia sangat berhati-hati, dia tidak akan menyentuhku kecuali itu memang terpaksa ia lakukan karena tuntutan terapi yang ia lakukan.<br/>
*****<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Leukimia itu apa sih?”</span> tanyaku suatu ketika dia sedang mempersiapkan premedikasi kemoterapi<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mmm gimana ya cara menjelaskannya?”</span> ujarnya sambil menggaruk kepala<br/>
<span style="font-style:italic;">“Susah ya pertanyaannya?”</span> tanyaku lagi<br/>
<span style="font-style:italic;">“Nggak sih, Cuma saya takutnya saya jelaskan dan mba ngga ngerti”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Jelaskan aja, nanti saya coba jadi pendengar yang baik</span>”<br/>
“Begini, dalam tubuh kita ada yang disebut antibodi yang fungsinya melawan penyakit yang masuk atau yang disebut antigen, kayaknya sudah kita pelajari deh sejak SMP, ya kan?”<br/>
<span style="font-style:italic;">“He eh”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Nah antibodi yang dimaksud disini adalah sel darah putih atau yang disebut leukosit, gampangnya si darah putih ini berfungsi seperti tentara yang akan menyerang pemberontak yang menyerang”</span> dia kembali melanjutkan<br/>
<span style="font-style:italic;">“Nah, dalam kasus leukimia, tiba-tiba jumlah sel darah putih ini meningkat drastis”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Kok bisa?”</span> selaku memotong penjelasannya<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ada banyak faktor sih, bisa karena gen, bisa karena radiasi, tapi sebagian besarnya belum diketahui penyebabnya apa, dalam ilmu kedokteran kami menyebutnya idiopatik”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Nah karena jumlahnya banyak dan nggak ada musuh saat itu, si sel darah putih jadinya kurang kerjaan, dia mulai menyerang sel lain yang sehat hal inilah yang disebut autoimun dimana tubuh memakan sendiri bagian tubuh yang lain, begitu kira-kira penjelasannya mba”</span> ujarnya sambil sedikit tersenyum<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ooo...”</span> ujarku sambil mengangguk”<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mba sering batuk kan?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Iya”</span> jawabku<br/>
<span style="font-style:italic;">“Batuknya itu karena sel darah putih itu menyerang paru-paru mba”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Olehnya itu kami berikan kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kemoterapi yang tidak terkendali, namun karena obat kemoterapi obat keras maka efeknya sampingnya juga tinggi, misalnya rambut mba akan gugur selama kemoterapi, tapi nanti bakalan tumbuh lagi kok”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Kira-kira saya masih bisa sembuh nggak?”</span> ucapku sambil menatap langit-langit kosong
Dia menghentikan tindakannya, menatapku sejenak lalu menghela nafas panjang<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mba Naila..., yang namanya sembuh bukan wewenang kami tenaga kesehatan, kami cuma berusaha sebaik yang kami bisa, permasalahan apa nanti mba sembuh atau tidak itu hak prerogatifnya Allah, kita Cuma bisa berikhtiar, itulah kenapa kita selalu diajari mengucapkan Innalillhai wa innailaihi rojiuun, segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya, penyakit itu musibah mba, maka mintalah kesembuhan pada-Nya”</span><br/>
Aku terdiam menatapnya, bukan hanya terapi sebagai tenaga kesehatan yang bisa ners fadhil berikan padaku tapi juga dukungan spiritual, kapan orang tuaku terakhir kali berkata hal yang sama kepadaku?, mengajariku agama, bahkan saya sudah tidak ingat lagi. Tiba-tiba saya merasa begitu kecil di hadapannya, pantaskah saya mengharapkannya? Pantaskah saya merindukannya?.<br/>
*****<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Kriteria calon istri mas Fadhil kayak gimana sih”</span> tanyaku iseng suatu saat<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kok nanyanya kayak gitu?”</span> jidatnya berkerut<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kenapa, nggak boleh”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Mmm.. aneh saja, kok tiba-tiba nanya masalah itu?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Dijawab saja kenapa?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Sebenarnya pertanyaan mba privat sekali, saya jawab secara umum saja ya”</span><br/>
Aku menganggup penasaran<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kriteria saya cuman tiga, pertama kalo saya lihat saya senang, kedua kalo saya perintah ia taat, ketiga kalo saya tinggalkan ia bisa menjaga diri”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Itu aja? Ga ada yang lain? Gak mau yang cantik misalnya?’</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Cantik itu di rasa mba bukan di bendanya, kalo saya senang sama dia, kalo saya suka lihat dia, dia itu cantik bagi saya.”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Nggak mau yang pake jilbab?”</span>tanyaku hati-hati<br/>
<span style="font-style:italic;">“Hi..hi.. kalo yang kayak gitu nggak usah dibilang mba, seperti masak misalnya, nggak usah disebutkan kan?”</span><br/>
<span style="font-style:italic;">“Intinya Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri solehah, kata kuncinya solehah, sudah ya”</span> ujarnya segera bergegas<br/>
Sepertinya dia tahu saya sedang berusaha mengorek-ngorek info dari dia<br/>
*****<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">Ners fadhil yang baik<br/>
Engkau selama ini kuanggap berhasil mengisi suatu ruang dalam hatiku,<br/>
Menjadi sosok lelaki panutan, hal yang tidak kudapatkan dari ayahku.<br/>
Engkau seperti embun yang membasahi hatiku yang dahaga,<br/>
Aku merasa hidup tidak lama lagi, sejak kemoterapi terakhir aku merasa semakin lemah, apakah sebentar lagi aku akan menghadapmu Tuhan?<br/>
Bisakah engkau bermurah hati Tuhan?<br/>
Memanjangkan umurku sedikit saja, aku ingin engkau melihatku sembuh, aku ingin memperbaiki diri, aku ingin memakai jilbab seperti anjuranmu.<br/>
Tapi jika Engkau tidak memberikan waktu lagi untukku Tuhan,<br/>
Aku akan menunggunya,<br/>
Aku akan terus menunggunya<br/>
Meskipun dia tidak tahu bahwa aku menunggunya<br/>
Ruang rinduku akan selalu kubuka untuknya<br/>
Meski kerinduan itu harus kubawa ke alam lain<br/>
Aku tetap akan menunggunya....<br/></span>
Aku tidak sanggup lagi melanjutkan tulisan di diariku, nafasku semakin sesak, pandanganku berputar, kucoba meraih tombol alarm untuk memanggil petugas, kucoba sekuat tenaga melawan sakit yang sangat, kemudian sejenak aku merasa ringan.. ringan sekali...
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-22910958586223597382010-05-27T19:38:00.000-07:002010-05-30T00:45:00.936-07:00Pengumuman hasil tes wawancara Beastudi ETOS MakassarBerikut ini adalah nama-nama peserta tes wawancara Beastudi ETOS Makassar yang dinyatakan lulus interview, bagi adek-adek yang belum lulus jangan bersedih hati, mungkin lain waktu masih ada kesempatan . Selanjutnya Bagi Adek-adek yang lulus, kami ucapkan selamat dan belajar giat untuk menghadapi SNMPTN dan kami harap bagi sudah mendaftar SNMPTN agar mengirimkan nomer ujian tes disertai nama dan asal sekolah. Bagi adek pendaftar etos yang lulus bidik Misi, POSK, JPBB mohon juga konfirmasi ke kami.
<br/><br/>
<span class="fullpost"></span>
<table width="450" border="1">
<tr bgcolor="black">
<td align="center">No.</td>
<td align="center">Nama</td>
<td align="center">Asal Sekolah</td>
</tr>
<td align="center">1</td>
<td align="center">Alfia Patandungan</td>
<td align="center">MAN BARAKA ENREKANG</td>
</tr>
<td align="center">2</td>
<td align="center">Anaruddin</td>
<td align="center">SMAN 1 Barru</td>
</tr>
<td align="center">3</td>
<td align="center">Andi Tenriawaru</td>
<td align="center">MAN 2 Model Makassar</td>
</tr>
<td align="center">4</td>
<td align="center">Angraeni</td>
<td align="center">SMAN 1 Bone-Bone</td>
</tr>
<td align="center">5</td>
<td align="center">Arnis Marselina</td>
<td align="center">SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">6</td>
<td align="center">ASBAHAR</td>
<td align="center">SMAN 1 MAMUJU</td>
</tr>
<td align="center">7</td>
<td align="center">Asbar Hamzah</td>
<td align="center">SMAN 1 Alla Enrekang</td>
</tr>
<td align="center">8</td>
<td align="center">Athirah Pratiwi</td>
<td align="center">SMAN 1 Sinjai Selatan</td>
</tr>
<td align="center">9</td>
<td align="center">Baharuddin</td>
<td align="center">SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">10</td>
<td align="center">Besse Ummul Khair</td>
<td align="center">MAN Pompanua Bone</td>
</tr>
<td align="center">11</td>
<td align="center">BQ.SRI WAHYUNINGSIH</td>
<td align="center">MAN 1 PRAYA NTB</td>
</tr>
<td align="center">12</td>
<td align="center">CELSIA KALSUM</td>
<td align="center">SMAN 1 BUA LUWU</td>
</tr>
<td align="center">13</td>
<td align="center">Desi Arini Lestari P</td>
<td align="center">SMAN 1 Bone-Bone</td>
</tr>
<td align="center">14</td>
<td align="center">DEWI MUSTABSYIRAH</td>
<td align="center">SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">15</td>
<td align="center">Eka Verawati</td>
<td align="center">SMAN 1 Sape</td>
</tr>
<td align="center">16</td>
<td align="center">FITRIANI</td>
<td align="center">SMAN 1 MASAMBA LUTRA</td>
</tr>
<td align="center">17</td>
<td align="center">FITRIWATI</td>
<td align="center">SMAN 1 TOMONI LUTIM</td>
</tr>
<td align="center">18</td>
<td align="center">Hadriani</td>
<td align="center">SMAN 1 Mandai</td>
</tr>
<td align="center">19</td>
<td align="center">Haerani</td>
<td align="center">SMAN 1 AWANGPONE BONE</td>
</tr>
<td align="center">20</td>
<td align="center">Hamriati Hamzah </td>
<td align="center"> SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">21</td>
<td align="center"> Handayani</td>
<td align="center">MAN 3 Makassar </td>
</tr>
<td align="center">22</td>
<td align="center">Hasanuddin </td>
<td align="center"> SMAN1 Sinjai Timur</td>
</tr>
<td align="center">23</td>
<td align="center">HASLINDA </td>
<td align="center">SMAN 1 MASAMBA LUTRA </td>
</tr>
<td align="center">24</td>
<td align="center"> Hasnah</td>
<td align="center"> SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">25</td>
<td align="center">Hasni </td>
<td align="center"> SMKN 3 Takalar</td>
</tr>
<td align="center">26</td>
<td align="center">Hasniati </td>
<td align="center"> SMAN 2 Binamu</td>
</tr>
<td align="center">27</td>
<td align="center">HENRI </td>
<td align="center">SMAN 1 TAMALATEA JNP </td>
</tr>
<td align="center">28</td>
<td align="center"> Herni</td>
<td align="center"> SMK 1 Malili</td>
</tr>
<td align="center">29</td>
<td align="center"> Ikram Susanto</td>
<td align="center">SMAN 1 Alla Enrekang </td>
</tr>
<td align="center">30</td>
<td align="center"> Irdianti</td>
<td align="center"> SMAN 1 Pangsid</td>
</tr>
<td align="center">31</td>
<td align="center"> Irmawati</td>
<td align="center"> SMAN 1 Barru</td>
</tr>
<td align="center">32</td>
<td align="center"> JUNAEDI</td>
<td align="center"> SMAN 1 GALESONG UTARA</td>
</tr>
<td align="center">33</td>
<td align="center">Jannati </td>
<td align="center"> SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">34</td>
<td align="center"> JUMRANG </td>
<td align="center"> SMK NEGERI 1 PINRANG </td>
</tr>
<td align="center">35</td>
<td align="center"> Juwita</td>
<td align="center">SMAN 1 Belopa </td>
</tr>
<td align="center">36</td>
<td align="center"> KHAERUL AMRI</td>
<td align="center"> SMAN 1 SINJAI TIMUR</td>
</tr>
<td align="center">37</td>
<td align="center">Kiki Musliati </td>
<td align="center"> SMAN 2 Palopo</td>
</tr>
<td align="center">38</td>
<td align="center"> Megawati</td>
<td align="center">SMAN 1 Malua </td>
</tr>
<td align="center">39</td>
<td align="center"> Mirnawati</td>
<td align="center">SMAN 1 Barru</td>
</tr>
<td align="center">40</td>
<td align="center"> MUH NUR IMAM AKBAR N</td>
<td align="center">PONPES SAMATA GOWA </td>
</tr>
<td align="center">41</td>
<td align="center">Muh. Anwar </td>
<td align="center"> SMKN 1 Bungoro Pangkep</td>
</tr>
<td align="center">42</td>
<td align="center"> Muh. Ilyas AN</td>
<td align="center"> MA Al Mubarak DDI Tabarakka</td>
</tr>
<td align="center">43</td>
<td align="center">Muh. Mudir Akrab </td>
<td align="center"> MA Al Hikmah</td>
</tr>
<td align="center">44</td>
<td align="center"> Muh.Fadli</td>
<td align="center"> SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">45</td>
<td align="center">MUH.IBRAHIM SALEH </td>
<td align="center"> MAN BARAKA ENREKANG</td>
</tr>
<td align="center">46</td>
<td align="center"> Muh.Nur Ilman Ruknuddin</td>
<td align="center"> SMAN 1 Lembang</td>
</tr>
<td align="center">47</td>
<td align="center"> MUH.RAHMAN SYAH</td>
<td align="center">SMAN 1 KAJANG BULUKUMBA </td>
</tr>
<td align="center">48</td>
<td align="center">Muhammad Suardi </td>
<td align="center"> SMAN 1 Marusu</td>
</tr>
<td align="center">49</td>
<td align="center">Mukammil </td>
<td align="center">MA Darul Istiqomah Puce'e </td>
</tr>
<td align="center">50</td>
<td align="center"> MURNI</td>
<td align="center"> SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">51</td>
<td align="center">MUSDALIFAH </td>
<td align="center"> SMAN 1 MANGKUTANA LUTIM</td>
</tr>
<td align="center">52</td>
<td align="center">NURAISYAH </td>
<td align="center">SMAN 1 MAROS </td>
</tr>
<td align="center">53</td>
<td align="center">Nurjannah </td>
<td align="center"> MA Junaidiyah Luwu</td>
</tr>
<td align="center">54</td>
<td align="center"> Nurlina</td>
<td align="center">SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG </td>
</tr>
<td align="center">55</td>
<td align="center">Nurlina </td>
<td align="center">SMAN 1 AWANGPONE BONE </td>
</tr>
<td align="center">56</td>
<td align="center"> Rahmawati</td>
<td align="center"> SMAN 1 AWANGPONE BONE</td>
</tr>
<td align="center">57</td>
<td align="center"> Rapiah Tulhikmah</td>
<td align="center"> SMAN 1 Galesong Selatan</td>
</tr>
<td align="center">58</td>
<td align="center"> Reski Olivia Duri</td>
<td align="center">SMA 1 Anggeraja </td>
</tr>
<td align="center">59</td>
<td align="center">Rian </td>
<td align="center"> SMAN 1 Bua Luwu</td>
</tr>
<td align="center">60</td>
<td align="center">Riki Dermawan </td>
<td align="center">SMAN 1 Sukamaju Luwu </td>
</tr>
<td align="center">61</td>
<td align="center">Risnawati </td>
<td align="center"> SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG </td>
</tr>
<td align="center">62</td>
<td align="center">RITA FATIMA </td>
<td align="center"> MA ALFALAH </td>
</tr>
<td align="center">63</td>
<td align="center">Rosdiaman </td>
<td align="center"> SMAN 1 Liliriaja</td>
</tr>
<td align="center">64</td>
<td align="center"> Rosmilasari</td>
<td align="center"> SMA 1 Malua</td>
</tr>
<td align="center">65</td>
<td align="center"> RUSLAN</td>
<td align="center"> SMKN 3 TAKALAR</td>
</tr>
<td align="center">66</td>
<td align="center">RUSTAN </td>
<td align="center">SMAN 1 SINJAI SELATAN </td>
</tr>
<td align="center">67</td>
<td align="center"> Sakariah</td>
<td align="center"> SMAN 2 Maros</td>
</tr>
<td align="center">68</td>
<td align="center"> Samania Ayu Sari Intang</td>
<td align="center"> SMAN 1 Takalar </td>
</tr>
<td align="center">69</td>
<td align="center"> Sammawati</td>
<td align="center"> SMAN 1 Mattirosompe</td>
</tr>
<td align="center">70</td>
<td align="center">SARTRIANI </td>
<td align="center"> SMAN 3 TAKALAR </td>
</tr>
<td align="center">71</td>
<td align="center">Sitti Kartini </td>
<td align="center"> SMAN 2 Binamu Je'neponto </td>
</tr>
<td align="center">72</td>
<td align="center"> sri trisnawati</td>
<td align="center">SMKN 1 LUWUK BANGGAI SULTENG </td>
</tr>
<td align="center">73</td>
<td align="center"> Suarni Sata</td>
<td align="center"> SMAN 2 Binamu Je'neponto </td>
</tr>
<td align="center">74</td>
<td align="center"> Sudirman</td>
<td align="center">MA Muhammadiyah Panaikang </td>
</tr>
<td align="center">75</td>
<td align="center">SULAEMAN </td>
<td align="center"> SMAN 1 BARRU </td>
</tr>
<td align="center">76</td>
<td align="center"> Sumarni </td>
<td align="center"> MAN Binamu Jeneponto </td>
</tr>
<td align="center">77</td>
<td align="center"> Sunarti Dampang</td>
<td align="center">SMU 3 Takalar </td>
</tr>
<td align="center">78</td>
<td align="center"> Surianti</td>
<td align="center"> SMUN 18 MAKASSAR </td>
</tr>
<td align="center">79</td>
<td align="center">Sutina Irhas Ciana </td>
<td align="center"> SMAN 2 PASAR WAJO SULTRA </td>
</tr>
<td align="center">80</td>
<td align="center"> Syahiruddin</td>
<td align="center"> SMK Neg.1 Bantaeng</td>
</tr>
<td align="center">81 </td>
<td align="center"> Syamsinar</td>
<td align="center">MAN Binamu Jeneponto </td>
</tr>
<td align="center">82 </td>
<td align="center"> Titik Puspasari</td>
<td align="center"> SMU 1 Sinjai Borong</td>
</tr>
<td align="center">83 </td>
<td align="center">UMMI KALSUM </td>
<td align="center">SMAN 1 BONE-BONE LUTRA </td>
</tr>
<td align="center">84 </td>
<td align="center"> Wahidah</td>
<td align="center">SMAN 1 Sinjai Timur </td>
</tr>
<td align="center">85 </td>
<td align="center"> A. Jaya</td>
<td align="center">MAN Binamu Je'neponto </td>
</tr>
<td align="center">86 </td>
<td align="center"> ABDUL RAHIM</td>
<td align="center"> SMAN 1 SEBATIK KALTIM</td>
</tr>
<td align="center">87 </td>
<td align="center">Adi Slamet </td>
<td align="center"> SMAN 1 Bone-Bone</td>
</tr>
<td align="center">88 </td>
<td align="center"> AGUS SUTISNA</td>
<td align="center">MA AL-HIKMAH BARAS III MATRA SULBAR </td>
</tr>
<td align="center">89</td>
<td align="center"> AHMAD MASRI</td>
<td align="center"> SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">90</td>
<td align="center">Alias N. </td>
<td align="center"> SMAN 1 MALUA ENREKANG</td>
</tr>
<td align="center">91</td>
<td align="center">Amalyah febriyanti </td>
<td align="center">SMUN 18 MAKASSAR </td>
</tr>
<td align="center">92</td>
<td align="center">Ambo Tang </td>
<td align="center"> SMAN 1 Maniangpajo</td>
</tr>
<td align="center">93</td>
<td align="center"> Andi Reskianti Wardani</td>
<td align="center">SMAN 1 Sinjai Timur </td>
</tr>
<td align="center">94</td>
<td align="center"> Asma Susanti</td>
<td align="center"> SMAN 2 Binamu Je'neponto</td>
</tr>
<td align="center">95</td>
<td align="center">Asmira B </td>
<td align="center"> MAN Binamu Je'neponto</td>
</tr>
<td align="center">96</td>
<td align="center"> Asri Ashari Syam</td>
<td align="center"> SMK Keperawatan Husada</td>
</tr>
<td align="center">97</td>
<td align="center">Budiani Ana </td>
<td align="center">SMAN 1 Lakudo Buton </td>
</tr>
<td align="center">98</td>
<td align="center">DAHRUL ALAMSYAH </td>
<td align="center"> SMKN 1 BIMA NTB</td>
</tr>
<td align="center">99</td>
<td align="center"> DIAN FITRIANY</td>
<td align="center">SMK 1 WATANG PULU MAROS </td>
</tr>
<td align="center">100</td>
<td align="center">Fifit Chandra </td>
<td align="center"> MAN 3 Makassar</td>
</tr>
<td align="center">101</td>
<td align="center"> Hajriana</td>
<td align="center">SMAN 1 Belopa </td>
</tr>
<td align="center">102</td>
<td align="center">HAMRIANI </td>
<td align="center"> SMAN 1 TAKALAR</td>
</tr>
<td align="center">103</td>
<td align="center"> HAMSIATI</td>
<td align="center"> SMAN 2 BINAMU JNP</td>
</tr>
<td align="center">104</td>
<td align="center"> Hardiana</td>
<td align="center">MAN 1 Bone-Bone </td>
</tr>
<td align="center">105</td>
<td align="center">HASANUDDIN </td>
<td align="center">SMKN 8 TEKNOLOGI JNP </td>
</tr>
<td align="center">106</td>
<td align="center">HISMAWATI ANIWAR </td>
<td align="center">SMAN 1 TAMALATEA JNP </td>
</tr>
<td align="center">107</td>
<td align="center">Ika Purwinda Ridwan </td>
<td align="center"> SMAN 1 LEMBANG PINRANG</td>
</tr>
<td align="center">108</td>
<td align="center"> Irsan</td>
<td align="center">SMKN 1 Bantaeng </td>
</tr>
<td align="center">109</td>
<td align="center"> Jamil</td>
<td align="center">MAN Binamu Je'neponto </td>
</tr>
<td align="center">110</td>
<td align="center">Jasriah Jasman </td>
<td align="center">MAN Baraka Enrekang </td>
</tr>
<td align="center">111</td>
<td align="center"> Jusmaeni</td>
<td align="center"> SMAN 1 Barru</td>
</tr>
<td align="center">112</td>
<td align="center">KASMAWATI </td>
<td align="center"> MA MUH PANAIKANG BANTAENG</td>
</tr>
<td align="center">113</td>
<td align="center">LISTIKA SUSILAWATI </td>
<td align="center"> MAN 1 PRAYA NTB</td>
</tr>
<td align="center">114</td>
<td align="center"> Muh. Akhsa</td>
<td align="center"> SMAN 2 Bua Panrang</td>
</tr>
<td align="center">115</td>
<td align="center"> Muh. Arfah</td>
<td align="center">SMAN 1 galesong selatan </td>
</tr>
<td align="center">116</td>
<td align="center"> MUH. HUSAENI</td>
<td align="center"> SMAN 1 POLMAN</td>
</tr>
<td align="center">117</td>
<td align="center">NASRUDDIN </td>
<td align="center">PONPES SAMATA GOWA </td>
</tr>
<td align="center">118</td>
<td align="center">NIRMALASARI </td>
<td align="center">SMA LASINRANG PINRANG </td>
</tr>
<td align="center">119</td>
<td align="center">Nurheni Sawarti </td>
<td align="center"> SMAN 1 Sape</td>
</tr>
<td align="center">120</td>
<td align="center">Nurullah </td>
<td align="center"> MAN Binamu Jeneponto</td>
</tr>
<td align="center">121</td>
<td align="center">RAHMI MUSTAFA </td>
<td align="center">SMAN 1 UNGGULAN PALOPO </td>
</tr>
<td align="center">122</td>
<td align="center"> Ramlah G.</td>
<td align="center"> MAN Binamu Jeneponto</td>
</tr>
<td align="center">123</td>
<td align="center"> Risal</td>
<td align="center"> SMAN 1 Tamalate</td>
</tr>
<td align="center">124</td>
<td align="center">ROSMIATI </td>
<td align="center">SMAN 1 GAL SEL TAKALAR </td>
</tr>
<td align="center">125</td>
<td align="center"> Saeful Bahri</td>
<td align="center">SMK 1 Bulukumba </td>
</tr>
<td align="center">126</td>
<td align="center"> SAMIUN PATI</td>
<td align="center"> SMA COKROAMINOTO </td>
</tr>
<td align="center">127</td>
<td align="center"> SIDAR</td>
<td align="center">SMAN 2 TAKALAR </td>
</tr>
<td align="center">128</td>
<td align="center">ST.HATIJAH ARSYAD </td>
<td align="center"> MAN 1 MAKASSAR</td>
</tr>
<td align="center">129</td>
<td align="center"> Suharni</td>
<td align="center">SMAN 1 Galesong Utara </td>
</tr>
<td align="center">130</td>
<td align="center"> SYAHRUL RAUF</td>
<td align="center"> SMAN 1 POLEANG TIMUR SULTRA</td>
</tr>
<td align="center">131</td>
<td align="center">Syahrullah Rahmat </td>
<td align="center">SMKN 8 Jeneponto </td>
</tr>
<td align="center">132</td>
<td align="center"> SYAMSUL ALAM</td>
<td align="center"> SMAN 1 TAMALATEA JNP</td>
</tr>
<td align="center">133</td>
<td align="center">TOMMY </td>
<td align="center"> SMAN 1 BELOPA LUWU</td>
</tr>
<td align="center">134</td>
<td align="center">Wira Handayani </td>
<td align="center"> SMAN 1 Unggulan Kamanre</td>
</tr>
<td align="center">135</td>
<td align="center">Yuslin </td>
<td align="center">SMA N 2 PASAR WAJO SULTRA </td>
</tr>
<td align="center">136</td>
<td align="center">ZULFIAH </td>
<td align="center">MAN PANGKEP </td>
</tr>
</table>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-90269759661997839952010-05-21T23:09:00.000-07:002010-05-30T01:31:01.734-07:00Senyuman di balik awan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S_d1_4Ww3ZI/AAAAAAAAAMY/KyMq5JdZbG0/s1600/Cloudy_3_by_mjagiellicz.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 132px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S_d1_4Ww3ZI/AAAAAAAAAMY/KyMq5JdZbG0/s200/Cloudy_3_by_mjagiellicz.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5473973612412198290" /></a>
Apa arti sebuah senyuman? Senyuman adalah lambang kesenangan, seseorang akan tersenyum ketika mendapat sesuatu yang ia dambakan lalu menarik kedua otot pipinya sebagai tanda ia bahagia. Senyuman simetris kiri dan kanan disertai bahasa tubuh lain penting dalam menjalin sebuah relasi kata Ari Ginanjar, semua orang bisa tersenyum namun tidak semua bisa tulus dan menyenangkan orang lain kata Aa Gym, karena jika ukurannya hanya senyum maka Hitler dan Westerling pun tersenyum kala ia menghabisi nyawa para penentangnya.
<span class="fullpost"></span>
Senyum yang akan kita bahas adalah tipe senyum lain, senyuman yang terselip diantara kesusahan, pahit, getir, hambar. Otak memaksa untuk tersenyum, namun mata menangis dan hati meringis. Senyum sebagai pertahanan terakhir agar tidak kalah, bukan untuk menyenangkan orang lain, hanya sebagai satu-satunya sarana menghibur diri....
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Aku terbangun cepat seperti biasanya, mendahului jiwa-jiwa yang masih nyenyak di zona unconscious dengan segala mimpi-mimpinya, sebelum sang ayam jantan mengepakkan sayapnya tiga kali, membusungkan dada dan mengumumkna bahwa demi malam akan segera beranjak pergi digantikan Putra sang fajar mengikuti ketetapan manzilah yang digariskan sang Maha kuasa. Selepas shubuh, kuambil semua pekerjaan rumah, mencuci piring dan memasak. Kutunaikan semua pekerjaan ibu, bukti baktiku karena ia pernah memberiku tempat diantara difragma dan tulang sulbinya.
<br/><br/>
Lima kilometer tidaklah terlalu panjang demikian bisik sanubari menghibur diri, lima kilometer adalah lambang perjuangan melawan segala keterbatasan. Jarak yang tiap hari menantangku dan tiap hari kutaklukkan demi menuntut sebaris ilmu. tak jarang aku terlambat datang kesekolah dan ditegur guru namun aku hanya bisa tersenyum dan minta maaf, bukan menangis agar beliau mengasihani dan memaafkanku, karena bagiku menangis dan mengeluh hanya untuk orang yang kalah dan aku sendiri tak akan mengalah pada zaman. Suatu ketika karena menghadapi ujian semester aku memotong jalan karena tak ingin terlambat, melewati kebun dan persawahan namun sang jarak nampaknya tersenyum sinis dan tak ingin kukalahkan dengan mudah, ia membentangkan sungai kecil di hadapanku, karena saat itu sedang musim hujan dan sedikit banjir. aku berhenti sejenak dan berpikir apakah aku akan melompati air ini? Nasib ternyata masih sedikit bermurah hati yang menginspirasiku dengan mengirimkan seseorang pria yang menyeberang dengan bertumpu pada kayu di tengah sungai, segera saja aku mengikuti caranya. Saat aku melompat tiba-tiba byurrr...splash... Kakiku terendam setinggi lutut dengan gerak reflex aku menyelamatkan rokku agar tidak basah. Ternyata itu jebakan, kayu itu terapung dan tidak mampu menahan beratku. Batinku berterak lantang “TIDAK PUASKAH KAU MEMPERMAINKANKU ??? desah nafasku menderu namun cepat-cepat aku beristighfar dan meredam emosi, karena tak ada gunanya mengeluh. Kini aku dihadapkan pada dua pilihan, pulang kerumah meski jaraknya sudah jauh atau tetap ke sekolah memakai sepatu dan kaos kaki basah dengan resiko teman akan menertawaiku. Bismillah... aku mengambil pilihan kedua !!.
sesampai di sekolah teman seruangan ujianku telah berbaris rapi, aku pun langsung mengambil barisan, menyadari kehadiranku teman di depan menoleh dan memperhatikanku dari atas ke bawah. Pandangannya berhenti pada kaos kaki ku yang basah serta sepatuku yang berlumpur, dan reaksinya kemudian adalah tertawa, gelak tawa yang mengundang perhatian yang lain dan memicu reaksi berantai. Gelak tawa lain, pandangan merendahkan, serta bisikan membuatku merasa terpojok, tiba-tiba aku merasa seperti kancil malang diantara kumpulan gajah, meski beberapa dinatara mereka masih menaruh empati. Aku membalas tawa mereka dengan tersenyum, dengan senyum itu aku mencoba tegar dan tidak terpuruk dihadapan mereka. Ya... hanya senyum yang bisa kulakukan saat itu.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Hal lain yang tak bisa kulupakan suatu ketika selepas pulang sekolah. Saat itu raja siang sedang menunjukkan superioritasnya, kembali menguji ketegaranku di jalan lima kilometer itu. gelombang panas yang begitu dahsyat ia kirimkan menyajikan fatamorgana yang indah menari-nari namun sebenarnya hampa. Aku tak peduli dengan terik yang ia pertontonkan tapi ternyata skenarionya lain. Fatamorgana yang kelihatan seperti air sejuk malah memanaskan jalanan aspal yang kulalui dan melelehkan sol sepatu yang kupakai padahal perjalanan masih jauh. sepatu itu memang mudah meleleh karena bahan dasarnya dari karet dan didesain bukan untuk tahan panas melainkan tahan air. Sepatuku menyerah hari itu menghadapi nasib dan turut menyeretku ke lubang penderitaan yang lebih dalam. Kakiku terasa panas dan sakit karena langsung bersentuhan dengan aspal, melengkapi nelangsa bahwa hari itu kaki kananku sedang keseleo. Sambil memegang kaki kuseret tubuh dan langkahku menyusuri jalan itu, setiap langkahku seakan semakin memperdalam lukaku, hanya dengan bekal semangat dan manipulasi pikiran bahwa sebentar lagi aku sampai kerumah yang membuatku tetap bertahan dan tidak jatuh. Sesosok manusia memperhatikanku dari jauh, menghitung setiap gerak langkahku. Ibuku dengan pandangan sayu menungguku di gubuk kami yang beratapkan daun sagu. sesampai di rumah ibu memelukku erat, kami berdua menangis, menangisi nasib yang belum ingin berbelas kasihan kepada kami, namun aku percaya yang maha kuasa melihat kami dan akan tetap menyayangi kami dengan caranya. Jalan ini menjadi prasasti hidupku, bukti perjuanganku yang membedakan dengan teman main kecil yang jatuh dan berguguran di jalan lima kilometer ini hanya karena malu dan tak ingin jalan kaki ke sekolah. Yang membuatku tetap berjuang dan bertahan adalah motivasi. Motivasi inilah yang tetap memberiku mimpi dan suatu saat aku tak lagi menjadi Sang pemimpi namun sang penakluk mimpi yang setia tersenyum mengarungi hari
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Ku duduk sendiri disini
<br/>
meratapi nasib yang tak pasti
<br/>
mencoba mengangkat wajah dari rumput gersang
<br/>
tuk menatap langit yang telah usang
<br/><br/>
Tangis menghiasi hati yang terluka
<br/>
sedang langit menyapaku dengan tawa
<br/>
mungkin ia ingin menghiburku
<br/>
dengan bentuk awan yang begitu lucu
<br/><br/>
kini impian telah pergi jauh
<br/>
meninggalkanku yang sedang merintih
<br/>
tak perlu disesali yang telah terjadi
<br/>
inilah hidup yang harus dijalani
<br/><br/>
angin membawa kabar yang begitu gembira
<br/>
mengembalikan nasib dan impian ke setitik cahaya
<br/>
memberikan begitu banyak kebahagiaan
<br/>
dengan senyuman dibalik awan
<br/><br/>
seri catatn interview beastudi ETOSLenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-6435808087098946322010-05-11T22:44:00.000-07:002010-05-30T00:53:22.130-07:00Yang tersisa dari aksi etos<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S-pAVxNMJdI/AAAAAAAAAMA/r-qtPW55YVI/s1600/27087_1116818378398_1765144151_218819_3631435_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S-pAVxNMJdI/AAAAAAAAAMA/r-qtPW55YVI/s200/27087_1116818378398_1765144151_218819_3631435_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5470255440124978642" /></a>
Negeri ini sedang mempertontonkan opera kepada rakyatnya. Dimulai ketika bencana gempa sumatera barat. Peristiwa yang memilukan hati dan menggugah rasa kemanusiaan, selama kurang lebih sepekan berbagai media menampilkan kondisi pasca gempa, korban berjatuhan dan infrastruktur hancur membuat miris siapapun yang melihatnya, oleh pemerintah kejadian tersebut dihargai dana rekonstruksi Rp. 800 milyar, ya 800 M. kejadian yang begitu dahsyat, banyak korban jiwa cukup dihargai dengan jumlah segitu, namun yang ironi, untuk penyelamatan Bank Century, sebuah bank kecil yang bahkan mungkin kita tidak pernah mendengar sebelumnya sampai kasusnya muncul di TV, dengan dalih mencegah dampak sistemik pemerintah mengucurkan dana dengan angka luar biasa Rp. 6,7 TRILYUN !!!. butuh 7-8 gempa yang sama dengan tragedy di sumatera barat agar pemerintah mengucurkan dana segitu banyak, namun untuk kasus bank century yang hanya mewakili segelintir orang begitu gampangnya dana itu keluar. Sebuah lelucon yang tidak lucu sama sekali.
<br/><br/>
<span class="fullpost"></span>
Belum reda kasus ini bergulir kembali departemen keuangan membuat sensasi. Seorang pegawai ditjen pajak bernama Gayus Tambunan menilap uang pajak sebesar 28 milyar. Gayus adalah seorang pegawai golongan III A, namun catatan kekayaannya mencengangkan. Memiliki beberapa rumah mewah, apartemen mewah dan tidak kurang lima mobil mewah, semuanya itu dilengkapi dengan tabungan Rp. 28 milyar, sebuah angka yang tidak mungkin jika hanya mengandalkan gaji pegawai negeri. Gaji para pegawai pajak lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai lain, dengan asumsi bahwa mereka tiap hari bergelut dengan uang yang bisa membuat mereka silau maka departemen keuangan mengeluarkan kebijakan remunerasi, gaji pegawai keuangan dinaikkan agar tidak terjadi korupsi, namun semua itu tinggal mimpi, kalau kita berbicara usrusan dunia maka hal itu seperti air laut semakin diminum maka kita semakin haus. Bahkan menurut pengakuan gayus, untuk level pegawai golongan III A seperti dia kasus yang ia tangani hanyalah kasus kecil, dengan kata lain terungkapnya kasus gayus hanyalah fenomena gunung es di lingkungan pegawai pajak.
<br/><br/>
Semuanya itu dilengkapi dengan rencana departemen agama yang ingin mensentralisasi zakat. Jika kita lihat tinjauan syariah, memang bahwa seharusnya zakat itu dikelola Negara, namun ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam ini.
Pertama pemerintah Indonesia tidak menganut system syariah jadi tidak fair jika kemuadian in gin memaksakan kehendaknya dengan dalih syariah, bahkan departemen agama pun tidak pernah berbicara mengelola Negara dengan system syariah. Pertanyaan yang lain juga bahwa kenapa departemen agama tiba-tiba berbicara syariah, kenapa dalam hal zakat saja. Jika kita merunut pada Rukum Islam yang lima perkara. Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji, track record depag selama ini hanya mengurusi Zakat dan Haji, tidak konsen mengurusi syahadat, Sholat dan puasa karena tidak ada keuntungan financial yang bisa diambil dari ketiga hal tersebut, hal lain bahwa apakah penglolaan zakat dan haji oleh depag bagus??? Tidak sama sekali, masih segar dalam ingatan kita bagaimana jamaah haji terlunta lunta karena tidak mendapat menginapan dan makanan. Dan dengan entengnya menteri agama dalam jumpa persnya mengatakan hal itu terjadi karean pemerintahan tidak mendapatkan penginapan murah dan catering murah, orang rela membayar hingga Rp. 30 juta oleh departemen agama dihargai dengan penginapan murah dan catering murah. Belum lagi, mantan depag yang masuk penjara karena kasus korupsi. Sungguh memalukan, sebuah lembaga moral yang seharusnya mengajari rakyatnya beretika malah pimpinanya tersandung kasus akhlak.
<br/><br/>
dengan serangkaian isu tersebut, maka untuk pertama kalinya green light community turun gunung pertama kalinya untuk melakukan aksi. isu sentral yang diusung adalah sentralisasi zakat oleh departemen agama, ditambah dengan momen korupsi gayus maka kloplah sudah persiapan turun aksi. aksi dimulai dengan berkumpul di mesjid 45 lalu long march ke fly over selanjutnya bergantian orasi di bwah fly over. aksi berlangsung tertib, saya sendiri lebih banyak mengamati dari jauh dan berdiskusi dengan jajaran intelijen polresta makassar timur. Intel polisi banyak bertanya tentang organisasi ini, kenapa baru muncul dan isu apa yang diusung. saya lalu menjelaskan kepada pak polisi semua pertanyaannya, satu hal lagi yang saya tekankan kepada bapak intel bahwa aksi ini akan damai, tidak akan ada anarkis, kami sendiri ingin memperlihatkan bahwa menyampaikan pendapat itu bisa tetap santun tanpa ada pihak yang merasa di rugikan dengan aksi tersebut. aksi berlangsung terbit, selepas itu kami sedikit memberi ala kadarnya kepada pak polisi, komandan polisi terlihat sangat surprise dengan tersenyum dia berkata “Kalian demo setiap hari juga boleh, kalau kalian demo, saya duduk-duduk saja di pos sana karena saya yakin aksi kalian akan berlangsung aman. terima kasih nak”
<br/><br/>
Tamalanrea, 11 Mei 2010
selesai Ba’da isya, meski kelelahan selepas interview ETOSLenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-76922503338992497272010-05-11T22:37:00.000-07:002010-05-30T00:53:58.048-07:00Kontroversi Pergub retribusi mahasiswa profesi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S-o_QQ--eVI/AAAAAAAAAL4/3B-63bx0qZU/s1600/images.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 166px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S-o_QQ--eVI/AAAAAAAAAL4/3B-63bx0qZU/s200/images.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5470254246064453970" /></a>
Pagi yang cerah untuk memulai hari, hari ini agenda ke Daya untuk tes wawancara namun dalam perjalanan ada pemandangan menarik, sekumpulan mahasiswa dengan memakai almamater merah sambil membawa poster berkumpul di depan PRIVATE CARE CENTER DR WAHIDIN SUDIROHUSODO, dari lambang atribut di lengan kanan almamater sepertinya mereka dari BEM Fakultas Kedokteran. saya bertanya dalam hati “ada apa mahasiswa kedokteran demo?”, “persoalan apa yang mereka tuntut” sampai akhirnya saya bertemu adik kelas yang sedang coass dan menjelaskan bahwa yang mendorong mereka aksi adalah peraturan gubernur tentang retribusi bagi coass dan residen serta semua mahasiswa yang magang di rumah sakit. Dalam hati saya berkata “Sudah lama kami di’pajaki’ di rumah sakit”.
<span class="fullpost"></span>
<br/><br/>
Peristiwa menarik ini menjadi headline di media cetak selama beberapa hari. Jarang sekali mahasiswa kedokteran turun aksi, selama ini bagi mahasiswa lain, laskar hipokrates seperti bersembunyi di balik tembok kokoh fakultas kedokteran layaknya kerajaan dengan status otonomi khusus yang susah ditembus, sangat eksklusif dan para mahasiswa penghuninya pun tenggelam dalam tugas dan diktat tebalnya, dan jika mereka turun aksi pastilah ada Sesuatu yang mengusik ketenangannya dan membangunkan dari tidur panjangnya. Segera saja peristiwa ini jadi berita besar bahkan sampai beberapa “pembesar” kedoktran macam dr. Akbar Sp.S (Ketua ikatan dokter Indonesia), Prof. dr Syamsu Sp.PD (Ketua bidang pelayanan medis dan ketua PPDS FK UH) sampai rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi pun angkat bicara. sebuah bukti bahwa peristiwa ini bukan sesuatu yang main-main. Teriakan para Coass dan residen terdengar sangat keras bagai lonceng kematian bagi pemerintah provinsi bahkan pengamat sosiolog unhas menilai ini adalah blunder fatal Gubernur Syahrul Yasin Limpo dan bisa menjadi bola panas yang menggoyang kursi empuknya kepemimpinannya, tidak ingin sekedar dianggap menggertak pihak Fakultas Kedokteran menarik coass dan residen dari RS pemprov sebagai bukti keseriusan mereka. Segera saja diadakan pertemuan dengan pihak fakultas dan dinas kesehatan dan menghasilkan poin bahwa poin pergub retribusi residen dan coass untuk sementara ditangguhkan.
<br/><br/>
Ada beberapa poin penting dari aksi mahasiswa kedokteran ini
Pertama : Stigma dan nilai para dokter di masyarakat sangat tinggi, ekslusivitas ini pintar dimanfaatkan oleh mahasiswa FK sehingga aksi ini mendapat simpati luar biasa bahkan media cetak menjadikannya headline, padahal dari segi skala dan jumlah mahasiswa yang diturunkan tidak jauh beda dengan aksi mahasiswa pada umumnya
Kedua : Dukungan pihak birokrasi fakultas terhadap aksi mahasiswa ini membuatnya terdengar lebih nyaring. bahkan dengan tegas pihak menarik koass dan residen dari RS pemprov sebagai wujud dukungan nyata terhadap perjuangan mahasiswa.
Ketiga : Solidaritas sesama komunitas berseragam putih juga patut mendapat apresiasi. Solidaritas itu ditunjukkan oleh dukungan ikatan dokter Indonesia sebagai organisasi profesi yang memayungi mereka. seakan akan para petinggi IDI berkata “Jangan main-main dengan para dokter”, karena mereka punya posisi dan bargaining untuk itu.
singkat kata empat jempol buat aksi mahasiswa kedokteran ini karena merekayasa sedemikian rupa sehingga mendapat dukungan Media, eksekutif dan legislatif lantas membuat aksi ini terlihat dan terdengar besar.
hal diatas membuat saya cemburu, sudah lama kita para perawat harus membayar upeti masuk rumah sakit, saya ingat sekali di gelombang kami kakak ners B pernah mempermasalahkan biaya praktek yang membengkak dari Rp. 36 ribu / minggu / bagian menjadi Rp. 80 ribu / minggu / bagian, kejadian ini menimbulkan riak namun tidak beresonansi. dan itu sudah berlangsung turun temurun.
Pertanyaannya, uang yang kami bayarkan sebenarnya untuk apa? pihak PSIK menjelaskan bahwa itu untuk biaya CI lahan, sebesar itu kah biaya untuk CI lahan? kenapa tarif tiap rumah sakit berbeda-beda? apakah insentif CI juga beda-beda? bahkan beberapa dari kami malah terkadang tidak mendapat perlakuan simpatik dari CI lahan, dirumah sakit juga untuk duduk saja kita bersaing dengan mahasiswa lain. tetapi anehnya dalam sebuah keterangan pihak wahidin malah mengatakan retribusi itu adalah peraturan pemerintah, lantas kenapa mahasiswa kedokteran tidak membayar selama ini? bahkan pergub retribusi ini baru akan disahkan dan mendapat tentangan, Nah lho?
Kedua : Advokasi pihak Institusi PSIK terhadap mahasiswa profesi ners seperti apa? dengan gagahnya Pihak FK mengawal aksi mahasiswanya sampai duduk bersama dengan pihak Dinas kesehatan untuk membahas hal ini. menarik para koass dan residen sebagai bukti mereka juga serius menanggapi isu ini. menanggapi hal ini pula Ketua forum PTS keperawatan se-Kopertis wilayah IX Sulawesi, Julianus Ake M.Kep mengumpulkan anggotanya untuk membahas hal ini. Sudahkah pihah PSIK melakukan hal sama?
Ketiga : dukungan nyata juga terlihat dari IDI sebagai organisasi profesi dokter. kemana suara PPNI ? dukungan apa yang diberikan oleh organisasi profesi perawat ini? ataukah tidak peduli sama sekali?
<br/><br/>
Tulisan ini kami buat bukan untuk melecehkan atau merendahkan pihak manapun, motivasi dari tulisan ini semata-mata hanyalah bentuk keresahan dan kepedulian terhadap dunia keperawatan. kami melihat kejadian pergub retribusi ini bisa menjadi momen bagi seluruh perawat untuk menselaraskan langkahnya agar tak lagi dipandang sebelah mata, sampai kapan nasib kita harus diperjuangkan orang lain? kenapa bukan kita yang memperjuangkannya sendiri? jika permasalahan ini tidak mampu kita atasi, maka kesejajaran hanya akan menjadi bahan diskusi dalam kuliah dan terbatas terdengar di lantai empat PSIK saja. Kesejajaran yang kita idamkan hanya akan menjadi utopia selamanya, karena kita tidak mampu memposisikan diri sebagaimana mestinya.
<br/><br/>
Wallahu alamLenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-59342349218177692922010-04-16T09:12:00.000-07:002010-05-30T00:55:54.344-07:00Smile like Monalisa<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S8iMyTL_jMI/AAAAAAAAALo/uLl3mgqssgw/s1600/monalisa+smile.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 139px; height: 200px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S8iMyTL_jMI/AAAAAAAAALo/uLl3mgqssgw/s200/monalisa+smile.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460769343958650050" /></a>
Raut mukanya mendadak berubah merah padam, ada luapan emosi yang berusaha ia tahan ketika ditanya tentang keluarganya, akhirnya gemuruh dalam dadanya tak tertahankan, bendungan di sudut matanya pecah dan menumpahkan semua isinya, saya cuma bisa terdiam sembari sedapat mungkin memberikan empati atas kisah hidup seorang gadis yang ia rangkai kembali dalam ceritanya.
<span class="fullpost">
Monalisa, demikian ia memperkenalkan namanya. Terlahir sebagai anak yang tanpa dosa seperti halnya anak lain yang ditakdirkan bisa menghirup nikmatnya udara dunia, namun sepertinya sang dewi fortuna masih enggan tersenyum dan menyapanya. Tidak pernah melihat wajah orangtuanya, karena ditinggal pergi sang ayah, tak lama setelah melahirkan sang ibu pun menyusul jejak sang ayah mengadu nasib di negeri orang sebagai tenaga kerja asing tanpa mengirim kabar sepatah kata pun. Jadilah sang Monalisa hidup dalam kasih sayang neneknya.
<br/><br/>
Kehadiran orang tua bukan hanya untuk memberi nafkah bagi anak-anaknya tapi juga mengisi profil keteladanan sebagai pria dan wanita dewasa yang menjadi panutan bagi kehidupannya, tentu saja juga sebagai samudera kasih sayang tempat sang anak berenang jika ingin sejenak melepaskan penatnya dari beban dunia. Sayang bagi monalisa, penjelasan diatas hanyalah sebuah utopia yang terlalu tinggi, jangan kata dinafkahi, menjadi teladan, mendapat belaian kasih sayang bahkan untuk mengingat seperti apa rupa orang tuanya ia tidak bisa, ia masih terlalu kecil saat ditinggal sehingga mustahil untuk mengingatnya, jadilah ia tumbuh seperti kaktus di ladang sahara, bertahan dengan bekal seadanya dalam mengarungi kehidupan dan tak berharap hujan turun mengobati kehausannya.
<br/><br/>
Monalisa adalah anak yang supel, pandai bergaul, membuat orang senang dan tertawa jika berada di dekatnya, namun bagi orang yang mampu melihat jauh kedalam sanubarinya, hal tersebut adalah sebuah kompensasi dari luka yang menganga dalam jiwanya, bahwa itu adalah mekanisme yang mendorongnya bersikap karena profil dan kasih sayang orang tua yang tidak pernah ia dapatkan, dan berusaha ia cari serta menemukan perhatian dan kasih sayang di setiap orang yang ia jumpai.
<br/><br/>
Monalisa hanyalah satu dari sekian banyak potret bunga bangsa yang menjerit minta diperhatikan oleh tirani sang penguasa, entah teriakannya yang terlalu kecil ataukah membrane timpani kaum borjuis eksekutif sudah kebal sehingga teriakan seperti itu tak berpengaruh lagi baginya, sepertinya bagi mereka melayani permintaan “Paman Sam” dengan dalih perang global melawan terorisme jauh lebih penting daripada mengurusi perut rakyatnya yang merintih karena kelaparan ataukah mencerdaskan anak bangsa seperti yang diamanahkan para pendiri bangsa ini dalam pembukaan undang-undang dasar. Ah… tidak ada gunanya mengutuki bangsa ini, karena kita pun ada di dalamnya dan mungkin berkontribusi terhadapnya. Tidak produktif mengutuki dan memaki jika tersesat dalam kegelapan harusnya kita menyalakan lilin dan mencari jalan keluar
<br/><br/>
Singkat cerita dengan segala latar belakang hidup serta kemampuan akademik yang mumpuni monalisa akhirnya di terima di barisan “panitia orang sukses Indonesia”, ia kini punya rumah baru bernama “kampus alternative” tempat ia berbagi cerita tentang hari yang dilauinya dengan belasan anak lain yang bernasib mirip dengannya. Monalisa kini bisa tersenyum ceria dan kembali merajut mimpinya di salah satu bangku universitas terbesar di Indonesia timur tepatnya bersama para akademia hipokrates.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Kami berharap seiring berjalannya waktu bisa mengobati luka monalisa dan memang hasil psikotestnya menyarankan ia menemukan lingkungan ideal, kami bermimpi bahwa kamilah keluarga baru yang bisa menyembuhkan lukanya walau kami yakin itu butuh waktu, namun ada hal yang di luar kuasa kami, monalisa meminta lebih dari yang kami bisa berikan, sifat manjanya terkadang berlebihan, cenderung keras kepala dan susah diatur. berbagai macam laporan tindakannya kami terima namun kami masih berharap dia bisa memperbaikinya karena ada latar belakang hidupnya, trauma masa lalu yang membentuknya sehingga berprilaku seperti itu, hal lain bahwa kondisi ekonomi keluarganya carut marut sehingga hal tersebut kami masih toleransi dan hanya memberi peringatan.
<br/><br/>
Namun laporan terakhir terlalu parah, diantar pulang keasrama jam 2 malam, berteriak minta dibukakan pintu dan menantang pendamping untuk menjatuhkan sanksi, semuanya itu sudah cukup bagi kami untuk mengambil sebuah keputusan hal ini harus diakhiri sebelum menjalar ke adek yang lain. malam itu monalisa harus mengakhiri kisahnya bersama keluarga besar Green light community, keputusan sulit namun itu yang harus diambil.
yang aneh malam itu monalisa tersenyum, ya… dia tersenyum… entah apa arti senyuman itu, dalam kondisi menerima hukuman dia masih bisa tersenyum, apakah itu seperti fenomena Amrozy yang tersenyum ketika dijatuhi hukuman mati? yang membuat gregetan orang Australia sehingga dijuluki the smiling bomber? setelah kejadian itupun ketika berjumpa dia masih tetap tersenyum, tidak berubah, sama seperti senyum saat diterima menjadi bagian dari kami, saya pun berusaha tersenyum namun itu saya paksa untuk menghargai senyumnya.
<br/><br/>
Satu hal yang menggelayut di pikiranku… bisakah kami tersenyum seperti Monalisa…?
<br/><br/>
Monalisa, dimanapun engkau berada, apa pun aktivitas mu sekarang kami masih berharap engkau menjadi manusia yang lebih baik
wallahu alam
<br/><br/>
Diiringi instrumentalia Elegance of pachelbel akhirnya selesai menjelang maghrib
Tamalanrea 160410
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-60924410621150935312010-04-16T09:05:00.000-07:002010-05-30T01:38:33.889-07:00Perempuan penghuni surga<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S8iLqKxnSlI/AAAAAAAAALg/u3NpOuehHvo/s1600/berbakti.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S8iLqKxnSlI/AAAAAAAAALg/u3NpOuehHvo/s200/berbakti.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460768104749943378" /></a>
Sinar mentari senja mulai menguning keemasan, semilir angin menerbangkan debu jalanan dan sejenak mempermainkannya membentuk pusaran di udara, seakan ingin menegaskan superioritasnya meski dalam skala kecil, cukup untuk membuat batuk dan membangkitkan asma bagi alergi terhadapnya, lingkungan yang cukup tenang dikelilingi persawahan, sebagian jalan aspalnya rusak terkelupas menunggu perbaikan, itulah gambaran eksotis dari Dusun Kalemanjalling Kelurahan Manjalling Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
<span class="fullpost">
Di tempat tersebut beberapa waktu yang lalu aku membantu adik kelas yang sedang meneliti tentang hipertensi, dari laporan mahasiswa profesi komunitas sebelumnya bahwa di daerah tersebut banyak ditemukan penduduk dengan riwayat tekanan darah cukup tinggi. Menjadi penerjemah dikarenakan adik kelas yang meneliti bukan putra daerah yang mengerti bahasa ibu yang digunakan penduduk setempat.
<br/><br/>
Dari perhitungan populasi maka sampel yang dibutuhkan kurang 14 lagi, jika hari ini tercapai kuotanya maka pengambilan sampel bisa diakhiri. Sambutan warga cukup ramah menyambut kedatangan kami, dan dengan senang hati diukur tekan darah serta diberikan pertanyaan yang ada dalam kuesioner, tekadang hanya satu sampel yang diminta malah tetangganya pada dengan sukarela berdatangan menawarkan diri untuk diperiksa.
<span style="font-style:italic;">“Bisa cepat selesai nih kalo kayak gini”</span> ujarku,
adik kelas yang punya hajat penelitian Cuma tersenyum senang. Sedang ramai hiruk-pikuk oleh celotehan ibu-ibu yang sedang diperiksa dan diwawancarai tiba-tiba seorang perempuan paruh baya datang, raut lelah tergambar sekilas dari muka sang ibu
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Sedang periksa tekanan darah dek?”</span> Tanya ibu itu
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Oh iya bu, kebetulan kami mahasiswa keperawatan yang sedang melakukan penelitian disini”
<br/>
“Habis ini bisa tidak kesebelah periksa bapak?”</span> sambil menunjuk sebuah rumah
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Oh.. yang ada kursi roda di depannya?
<br/>
“Iya”
<br/>
“Kami tadi dari sebelah bu Cuma tertutup jadi kami kira tidak ada orang”
<br/>
“Saya tadi ada di dapur, minta tolong kesebelah dek ya”
<br/>
“Iya bu Insya Allah”</span>
<br/>
Selesai dengan kerumunan heboh ibu-ibu yang minta diperiksa kami lalu beres-beres dan bersiap menuju rumah ibu yang tadi baru datang.
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Assalamu alaikum”</span> ujarku sambil mengetuk pintu
<br/>
Tiga kali saya mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, pada saat akan berbalik, barulah muncul jawaban dari dalam rumah
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Waalaikum salam”</span> sang ibu tadi terburu-buru membuka pintu
<br/>
“<span style="font-style:italic;">Maaf dek ya sudah buat adek menunggu” </span>ujarnya merasa bersalah
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Nggak apa-apa bu, lagian kami tidak buru-buru kok, iya kan?”</span> ujarku sambil menoleh ke adek kelas yang saya temani.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Silahkan masuk dek”
<br/>
“Oh iya, terima kasih”</span>
<br/>
Sejenak kulepaskan pandangan menelusuri sudut rumah,
<span style="font-style:italic;">“Rumah ini besar, dua lantai, berlantai tegel, sofa bagus, sangat mencolok diantara perumahan penduduk desa yang sebagin besar masih sederhana”</span> gumamku
Cuma satu hal yang mengelayut dipikiranku, kenapa rumah sebesar ini sepi? Terlalu sepi untuk ukuran rumah sebagus ini, kemana para penghuninya?
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Silahkan duduk dek”</span> perkataan sang ibu tadi membuyarkan lamunanku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Yang mana yang mau diperiksa bu?”</span> tanyaku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“itu, Bapak”</span> sambil menunjuk ke salah satu sudut rumah
<br/>
Terlalu asik menerawang membuatku ternyata melangkahi satu bagian rumah, bahwa dari tadi memang ada seorang manusia yang sedang duduk di atas kasur. Dari penglihatan pertamaku, tampilan sang bapak dengan muka tidak simetris lagi serta salah satu tangannya fleksi abnormal (bengkok, red) naluriku bisa mengambil kesimpulan bapak ini menderita stroke, dan dugaanku tidak salah
<br/><br/>
Saya lalu mendekat bapak tadi, lalu mencoba berinteraksi dengan ramah
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Assalamu alaikum pak, nama saya misbah pak, kami mahasiswa unhas yang sedang melakukan penelitian dan istri bapak meminta kami kesini untuk memeriksa bapak”</span> ujarku memperkenalkan diri
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Oh ya ini adik kelas saya pak”</span> sambil menunjuk perempuan berjilbab putih di dekatku.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Boleh saya periksa pak?”
<br/>
“ehhh…eh…”</span> jawab bapak tadi melenguh, berbicara pelo, seperti anak kecil yang baru belajar bicara
<br/>
Sambil memasang manset tensimeter saya bertanya kepada istri sang bapak tentang riwayat penyakit suaminya
<br/>
<span style="font-style:italic;">“sudah berapa lama bapak menderita stroke seperti ini bu?”</span> tanyaku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Sudah kurang lebih dua tahun, ini serangan kedua”
<br/>
“bapak pernah dirawat di rumah sakit bu?”
<br/>
“Iya, tapi setelah itu boleh rawat jalan saat serangan pertama”
<br/>
“Pekerjaan bapak apa”</span> tanyaku lagi
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Beliau pensiunan guru”
<br/>
“Banyak pikiran kali bapak ya Bu, hingga bisa kayak gini?”
<br/>
“Sebenarnya karena kebisaan bapak dek”
<br/>
“maksudnya bu?”</span>
<br/>
Sang ibu terdiam sejenak, melihat kearah suaminya menghela nafas panjang, ada hal berat yang sepertinya ia ingin ungkapkan
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Sudah lama bapak menderita tekanan darah tinggi dan diminta dokter untuk mengontrol makanannya”
<br/>
“Namun bapak tidak pernah mendengar, ia sering makan coto dan selalu mengandalkan obat captoprilnya untuk mengontrol tekanan darahnya” ia melanjutkan kembali
<br/>
<br/>
“Seperti inilah hasilnya”</span> sambil membelai suaminya
Saya serius mendengarkan penjelasan ibu tadi, bisa saya tebak selama suaminya sakit dialah yang begitu setia mendampinginya karena saya tidak melihat seorang pun di rumah ini selain dia. Sang bapak ini telah ketergantungan total terhadap pemenuhan kebutuhan dirinya, bahkan ia memakai Pempers khusus dewasa, karena ia tidak mampu ke toilet dan minta tolong untuk itu jika ingin buang hajat. Masih banyak stok pempers di buffet dekat tempat tidurnya. Ia dimandikan dan disuapi kala makan oleh istrinya.
<span style="font-style:italic;">“berapa hasil tensi bapak dek?”</span> kembali pertanyaan ibu tadi mengembalikan jiwaku ke alam nyata
Keningku berkerut, lalu menggeleng-geleng
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Tinggi sekali bu 180/100”
<br/>
“Masih belum berubah”</span> jawabnya sambil menunduk
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ibu yang sabar ya, jangan terlalu banyak pikiran bu, jangan sampai ibu yang sakit, tidak ada lagi yang bisa merawat bapak”
<br/>
“Gimana saya tidak banyak pikiran dek, kalo liat kondisi bapak kayak begini, belum lagi anak saya yang kuliah selalu minta uang”
<br/>
“Baru-baru ia minta uang PKL lima juta rupiah, dimana saya harus ambil uang sebanyak itu?”</span> desahnya lagi
<br/>
Saya tidak menjawab pertanyaan ibu tadi, mencoba memahami perasaan dan kondisinya, saya mencoba mendengar aktif, tidak menyela barang sepatah kata pun, membiarkan sang ibu mengalirkan semua emosinya. Saya jadi tahu kenapa garis muka kelelahan tergambar jelas di wajahnya dan yang membuat saya khawatir juga karena tekanan darah sang ibu juga tinggi 140/90.
<br/><br/>
Selesai memeriksa suami sang ibu, kami minta pamit
<br/>
<span style="font-style:italic;">“hari ini kita dapat pelajaran berharga, ibu tadi baru saja mengajari kita tentang pengorbanan”
<br/>
“Subhanallah ibu tadi adalah penghuni surga, jika beliau ikhlas merawat suaminya, tanpa mengeluh, mendirikan sholat, puasa, zakat, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, maka sang ibu tadi akan memasuki surga dari pintu mana saja ia suka”
<br/>
“Amin.. amin ya Allah”</span> jawab adik kelasku yang punya hajatan penelitian…
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-83482928971919190622010-03-11T09:29:00.000-08:002010-05-30T00:57:18.399-07:00The way home<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5kpAotdApI/AAAAAAAAALQ/DoLOGVMZRn0/s1600-h/the+way.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 140px; height: 200px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5kpAotdApI/AAAAAAAAALQ/DoLOGVMZRn0/s200/the+way.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5447430315186127506" /></a>
Cerita ini bermula di sebuah pagi yang cerah di musim panas, ketika San-Woo (Yu Seung-ho) dan ibunya mengendarai sebuah bus ke sebuah pedesaan. Hal yang terang kemudian bahwa penumpang desa yang kolot mengganggu sang anak lelaki kota yang berumur tujuh tahun. Sang ibu membawa anaknya untuk dititpkan sementara dengan seorang neneknya (Kim Eul-boon) yang bisu namun tidak tuli yang berusia 78 tahun sementara ia mencari pekerjaan baru setelah usahanya gagal di Seoul. Akhirnya mereka sampai di tujuan, bus yang berdebu akhirnya berhenti di daerah luar kota Korea dekat sebuah desa pedalaman.
<span class="fullpost">
<br/><br/>
Sang-Woo tidak ada niat untuk menghormati neneknya yang bisu terutama karena rumahnya tidak ada listrik dan air ledeng. Ibunya minta maaf karena menitipkan anaknya, kemudian berkata kepada sang nenek yang sebenarnya adalah ibunya sendiri bahwa ia tidak bisa berlama-lama dan akan segera pergi begitu bus berikutnya datang. Sang-Woo yang sendiri kemudian mengabaikan neneknya, tidak ingin memperhatikannya bahkan memanggil neneknya dengan sebutan “lambat”.
<br/><br/>
Hari-hari selanjutnya Sang-woo hanya menghadirkan mimpi buruk dan membuat susah nenek, tidak mau makan masakan neneknya dan hanya sibuk dengan junk food dan mainannya. Karena memainkan game watch-nya terus menerus akhirnya game nya kehabisan baterai, Sang-Woo kemudian merengek dan memaksa neneknya untuk membelikannya yang baru, namun neneknya hanya seorang yang miskin-papa, dengan egois dia mendorong neneknya yang sedang mencuci, membuang sepatu neneknya, memecahkan perabot dan mencoret-coreti dinding gubuk neneknya.
<br/><br/>
Karena gagal mendapat uang dari neneknya, Sang-Woo mencuri tusuk rambut hiasan milik neneknya untuk ditukar dengan baterai, tapi ketika menemukan toko yang tepat justeru yang terjadi tusuk sanggul itu dipukulkan ke kepalanya dan disuruh pulang karena pemilik toko tersebut adalah teman sang nenek.
<br/><br/>
Suatu hari Sang-Woo minta Kentucky Fried Chicken, tapi sang nenek hanya mengerti “Chicken”. Dengan berhujan-hujan sang nenek menjual dagangannya untuk membeli ayam yang kemudian ia bawa pulang kemudian memasaknya bukan menggorengnya, ketika sang-woo terbangun dan dia lihat ayamnya dimasak, dia marah dan melempar makanan itu, walaupun akhirnya ia memakannya karena ia lapar terbangun di tengah malam. Paginya sang nenek sakit dan Sang-Woo panik, dia berusaha menghidangkan sisa makanan yang ia makan sambil merawat neneknya .
<br/><br/>
Dengan segala keterbatasannya karena menderita osteoporosis, Cuma satu hal yang sang nenek minta dari sang-woo, yaitu memasukkan benang ke jarum yang ia pakai buat menjahit sepatunya.
<br/><br/>
Sang-woo masih tetap marah dan bosan dengan lingkungan barunya yang tidak familiar, dan tetap menolak setiap usaha neneknya untuk mengasihinya. Namun perlahan mulai tumbuh iba di hatinya dikarenakan suatu hari Sang-woo melihat betapa kerasnya usaha sang nenek untuk membujuk pemblei agar membeli sayurannya, setelah sekian lama di pasar sang nenek mengajak sang woo makan mie dan membelikannya sepatu baru. Ketika di bus sang woo minta dibelikan Choco Pie.
<br/><br/>
Ketika sang nenek kembali dari warung memebli choco pie, sang-woo bilang ia mau naik bis sendiri karena gadis yang ia suka di bus bersamanya. Sang nenek berusaha menaikkan sisa dagangannya ke bus namun Sang-woo terus menolaknya. Lalu kemudian bus pergi. Sang-woo harus menunggu lama dan bertanya-tanya kenapa sang nenek tak kunjung tiba sampai akhirnya ia menyadari bahwa pulang dari kota membawa semua dagangannya dengan berjalan kaki.
<br/><br/>
Akhirnya sang woo mulai mencintai sang nenek, namun karean sang nenek buta aksara, sang woo mengajari sang nenek menulis. Sang-woo memohon sambil menangis kepada sang nenek untuk berusaha belajar menulis kata “Saya sakit” atau “saya merindukanmu” bahkan ia berkata jika pun seandainya ia tak dapat menulis sang nenek hanya butuh mengirim sebuah surat kosong dian ia akan tahu itu dari sang nenek kemudian ia kan berusah dating secepatnya. Akhirnya sang-woo dijemput ibunya untuk kembali ke Seoul. Perasaan terdalamnya akhirnya dia ungkapkan ketika bus yang membawanya beranjak pergi kemudian melangkah ke jendela belakang bus lalu melaimbaikan perpisahan yang menyedihkan baginya. Film ini ditutup dengan sang nenek terus tinggal sendiri di gubuknya ditemani surat cinta dari cucunya.
<br/><br/>
Sebelum berakhir, film ini memberikan catatan bahwa film ini dipersembahkan untuk seluruh nenek di dunia.
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-53216148266907864772010-03-11T06:11:00.001-08:002010-05-30T00:57:49.785-07:00Belajar dari dua lelaki<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5j6OFmh2NI/AAAAAAAAALI/3-xHiAJKKHs/s1600-h/Two_Burning_Matches_by_gilad.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 137px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5j6OFmh2NI/AAAAAAAAALI/3-xHiAJKKHs/s200/Two_Burning_Matches_by_gilad.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5447378869233506514" /></a>
Lelaki pertama
Garis tua tampak terukir jelas di muka lelaki itu, rambutnya berlomba memutih dan menipis, tampak jelas meski ia menutupinya dengan kopiah yang juga sudah menguning dimakan usia. Masih tampak sisa bidang bahu serta kekar badannya.
<span class="fullpost">
<br/><br/>
Lelaki itu sangat menyayangi cucunya, hal yang pertama dia ajari ketika cucunya belajar berjalan adalah berjalan ke mesjid, hal pertama yang dia ajari ketika cucunya belajar berlari adalah berlari menyambut azan. Selalu meminta cucunya mengumandangkan azan meski cadelnya minta ampun karena belum fasih mengucapkan huruf “R”, jadinya azan yang seharusnya terdengar syahdu malah kedengaran lucu. Tapi tidak ada yang berani komplain, karena lelaki tua itu adalah imam mesjid dan tokoh masyarakat yang dihormati. Selepas salam cucunya selalu bermanja-manja di pangkuan hangat sang kakek, kemudian lelaki itu akan membelai dan mengecup kening cucunya penuh cinta. Hal yang paling cucunya ingat dari kata-katanya ketika berantem dengan adek yang perempuannya adalah “Nak, kamu harus bisa mengalah pada perempuan” ucapnya bijaksana
<br/><br/>
Lelaki kedua
Perawakannya putih tinggi besar, kumis, cambang dan janggut semakin menegaskan kelaki-lakiannya, orang terkadang menebak dia blasteran Manado- timur tengah, padahal keturunan Makassar tulen. Pembawaannya tegas, penampilannya berwibawa, orang akan mendengar apa yang ia katakan karena dia seorang muballigh dengan kualitas vokal mumpuni, pidatonya sarat muatan sastra, pemilihan katanya sempurna. Kami semua menyayanginya tapi penciptanya lebih menyayanginya, terlalu cepat memanggilnya kembali karena tak ingin hambanya dikotori oleh dosa.
Suatu ketika anaknya berkelahi dan orang tua lawannya ikut-ikutan membantu, sang anak pulang menangis dan mengadu pada lelaki tersebut, sang ayah mengelus kepala anaknya lembut lalu berkata “ kami tidak akan mencampuri urusanmu seperti orang tua lain, kamu harus belajar menyelesaikan masalahmu sendiri” anak itu tertegun tidak percaya yang dikatakan ayahnya, “kenapa ayahku tidak seperti orang tua lain yang membela anaknya” gumamnya “ayah tidak sayang padaku” anak itu lalu berlari menangis ke pangkuan ibunya.
Lelaki mengajari anaknya memikul tanggung jawab sejak kecil.
<br/><br/>
Lelaki pertama itu adalah kakekku dan yang kedua adalah ayahku. Mereka berdua telah tiada namun ajarannya akan selalu hidup. I Love You GranPa, I love You Pa, You’ll always live in my heart….
<br/><br/>
Tamalanrea 100310
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-16139472154679021282010-03-11T06:02:00.000-08:002010-05-30T00:58:39.613-07:00Fly me to polaris<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5j5KvIqs9I/AAAAAAAAALA/7wsTv3j0WoU/s1600-h/flyme2polaris.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 138px; height: 200px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S5j5KvIqs9I/AAAAAAAAALA/7wsTv3j0WoU/s200/flyme2polaris.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5447377712151442386" /></a>
Lagi asik-asik surfing di indowebster nyari-nyari film tiba-tiba ingat sebuah film lama, pas ketik di search enginenya eh ada, cihuiiii. Langsung aja download jadinya
<br/><br/>
<span class="fullpost">
<br/><br/>
Fly me to polaris, sebuah film drama Hongkong yang bercerita tentang seorang Onion yang buta dan bisu dengan Autumn sebagai perawatnya. Latar belakang cerita ini adalah sebuah rumah sakit dimana Onion adalah Pasien dan Autumn adalah perawatnya, mereka sangat akrab, Onion senang karena ada yang peduli dan memperhatikannya sedangkan Autumn gembira karena ada yang selalu bersedia menjadi tempat keluh-kesahnya, hal yang kemudian mereka tidak sadari bahwa mereka saling membutuhkan dan menyukai satu sama lain. Perasaan itu justru muncul ketika Onion sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan.
<br/><br/>
Dalam perjalanan menuju Polaris (surga, red) ternyata Onion mendapat jackpot karena menempati antrian ke 10 milyar, dan setiap jiwa yang mendapat jackpot akan dikirim kembali ke bumi selama 5 hari dengan jiwa yang sama namun beda fisik dengan kata lain seseorang tak akan mengenalinya dan ia tidak dapatmengungkapkan identitas aslinya meski berusaha untuk itu.
<br/><br/>
Onion kembali ke rumah sakit tersebut mengulangi semua nostalgia, melihat semua lekuk rumah sakit yang selama ini hanya bisa ia raba, menyapa seluruh penghuni rumah sakit yang selama ini hanya bisa ia kenali lewat aromanya namun sesuai perjanjian dengan malaikat sebelumnya karena ia menggunakan raga yang berbeda maka tak seorang pun yang mengenalinya.
<br/><br/>
Onion lalu menyamar sebagai Cheuk, pegawai asuransi agar bisa menemui Autumn. Dengan segala upaya ia berusaha meyakinkan Autumn bahwa ia adalah Onion, namun setiap akan mengungkapkan jati dirinya ia selalu kejang seperti orang yang menderita epilepsy. sampai menulis surat dan membuat rekaman tape, namun ternyata tulisannya terhapus dan rekamannya kosong, hal lainyang mempersulitnya adalah Dr Woo yang selama ini memberinya therapy menjadi saingannya dalam merebut hati Autumn.
<br/><br/>
Di hari terakhir Onion di bumi autumn baru menyadari bahwa ia merasakan Onion kembali dikarenakan hal-hal janggal yang dialaminya akhir-akhir ini, puncaknya ketika Autumn mendengar bunyi Saxophone seperti yang biasa ia dengar, namun yang didapatinya adalah Dr Woo yang memainkan Saxophone tsb. Sampai akhirnya Dr Woo berterus terang bahwa bukan dia yang memainkan alat tersebut tapi cheuk. Malang bagi Onion, bahwa malam itu adalah malam terakhirnya di bumi dan begitu meteor muncul ia akan terbang kembali ke Polaris. FLY ME TO POLARIS
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-20113188784602219812010-03-03T11:50:00.000-08:002010-05-30T01:00:56.473-07:00Aku, kamu dan kita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S46-QSiDQAI/AAAAAAAAAK4/CyuubwCBMBw/s1600-h/u-me-aur-hum-kajol-ajay-devgan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 148px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S46-QSiDQAI/AAAAAAAAAK4/CyuubwCBMBw/s200/u-me-aur-hum-kajol-ajay-devgan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5444498186599350274" /></a>
Pusing banget… sudah tiga kali saya ulangi video yang saya buat masih aja ada masalah. Mulai dari komputernya sering hang, jenis extensi filenya ngga terbaca, sampai programnya ngadat dan mesti install ulang. Tapi akhirnya setelah menggabungkan tiga program plus mencobanya di tiga computer selama tiga kali 24 jam (lebay deh kayaknya…ngga papa biar lebih dramatis he.he..)
<span class="fullpost">
akhirnya filenya siap di render, dan rendernya lamaaaa……. Banget, uhuk..uhuk (batuk karena terlalu lebar buka mulut ngucapin “A”). daripada mati bosan nunggu filenya yang selesai entah kapan iseng-iseng buka file computer aswadi (sory aswadi, boring banget soalnya… piss) eh ternyata ada folder film, Hmm boleh juga nih sambil nunggu nonton film. Baru buka foldernya ada tulisan “U ME AUR HUM.flv” film apaan nih?? Ini plesetan bahasa inggris kali “YOU ME OUR HOME” tapi kok grammarnya hancur gini yak? Klik kanan trus open…. Ternyata… ternyata…. FILM INDIA?? Gosh.. masa udah boring kayak gini ditambah nonton film india lagi apa kata dunia??. Seumur umur saya Cuma nonton film india Kuch-kuch hota hai itupun kepaksa, sebenarnya mau nonton liga inggris tapi kalah voting sama ibu, kakak n adek, tapi sebenarnya saya juga penasaran karena disekolah waktu SMA pernah cewek-cewek mulai dari kelas 3 sampai kelas satu duduk manis nonton bareng, padahal biasanya mereka rival, ada apa ya? Oh.. ternyata mereka pada nonton Kuch-kuch hota hai.
<br/><br/>
Eh tapi ternyata ceritanya bagus lho, gini deh saya ceritakan.
<br/><br/>
Di suatu pagi yang cerah, seorang pria bernama Ajay menasehati putranya untuk berani mengejar wanita yang disukai. Siapa sangka, sang putra malah menantang balik supaya Ajay juga berani melakukan hal yang sama.
<br/><br/>
Ajay lalu mendekati sebuha meja dimana seorang perempuan seumurnya duduk, dengan segala gombal dan rayuan agar perempuan itu mau duduk dengannnya, akhirnya perempuan itu bersedia duduk dengannya untuk mendengarkan ajay bercerita. Dan cerita film ini baru saja dimulai…
Cerita mundur ke 25 tahun silam, ketika Ajay muda tengah bertamasya bersama empat orang sahabatnya : suami-istri yang tidak bahagia Nikhil dan Reena serta pasangan yang tidak menikah namun selalu bahagia Vicky dan Natasha.
Dalam perjalanan tersebut, Ajay bertemu dan jatuh cinta pada gadis cantik bernama Piya. Meski mendapat penolakan, Ajay tidak menyerah dan mencoba dengan segala cara untuk memenangkan hati Priya. Belakangan, pemuda itu mendapat info kalau gadis yang dicintainya sangat ingin belajar dansa.
<br/><br/>
Taktik Ajay berhasil, Priya akhirnya menerima cinta pemuda itu. Namun tidak lama kemudian, Priya berbalik marah saat mengetahui kalau Ajay telah mengintip buku hariannya sehingga bisa tahu kalau gadis itu ingin belajar dansa.
Sebelum keduanya kembali dari liburan, Ajay meninggalkan nomor teleponnya sambil berharap Priya mau menerimanya kembali. Tidak cuma itu, Ajay juga melakukan banyak hal yang tidak disukainya hanya demi memenangkan kembali hati Priya.
<br/><br/>
Semua pengorbanan Ajay tidak sia-sia, pemuda itu akhirnya bisa menikah dengan Priya.
Ajay dan Piya saling mencintai satu sama lain, dan mereka segera memulai daftar keinginan, yang mereka tulis di dinding kamar tidur mereka. Yang pertama ingin adalah pergi berlibur dengan kapal pesiar 25 tahun mereka. Tapi setelah beberapa bulan semua berubah ketika Piya pergi keluar untuk berbelanja, tapi lupa segala sesuatu, termasuk di mana dia tinggal. Ketika ia menjerit minta tolong di tengah jalan di tengah hujan, Ajay menemukan dirinya dan mengatakan kepadanya rumah mereka berada tepat di depannya. Mereka pergi ke dokter dan mengetahui Piya menderita ALZHEIMER !!! sebuah penyakit yang Ajay tahu artinya, karena ajay adalah seorang psikiater, Alzheimer adalah suatu keadaan dimana Hipokampus (pusat memori dan navigasi ruangan) bermasalah, ingatan seseorang bisa merosot tajam dan yang terparah hingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri sendiri. Sebuah kenyataan yang sulit bagi ajay, akrena hasil CT Scan menunjukkan hipokampus Piya menyusut. Perlahan piya mulai lupa alamatnya, lupa nomer HPnya, lupa nama suaminya dan lupa segalanya, kadang suatu dari dia terlihat sehat wal afiat tapi esok hari bahkan tidak tahu kapan tanggal lahirnya.
<br/><br/>
Masalah tidak berhenti disitu saja, piya ternyata hamil. Namun kabar bahagia yang seharusnya diterima ajay justeru berubah jadi malapetaka, karena kehamilan bisa menjadi katalisator bagi penyakit istrinya. Ajay berada dalam sebuah dilema, melanjutkan kehamilan istrinya atau menggugurkannya… selain dampak buruk kehamilan bagi alzhaimer, juga efek samping pengobatan Piya terhadap kehamilnnya juga terlalu besar. Namun piya bersikeras tidak ingin aborsi. Jadi, sementara Piya hamil, Ajay harus terus menutup mata pada dirinya atau lain Piya bisa menyakiti bayi.
Dengan berjalannya waktu, bayi lahir, dan kondisi Piya memburuk, dia bahkan hampir membunuh anaknya hanya karena lupa dan meninggalkannya di kamar mandi. Kembali ajay dihadapkan pada buah simalakama Akhirnya, Ajay tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk meletakkan Piya di rumah sakit jiwa untuk dirawat. Ajay terluka, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.. Sebuah komitmen yang dibangun berlandaskan cinta tidak akan dilanggar. Tapi kalau dalam keadaan seperti itu apa yang bisa dilakukan Suami yang sayang terhadap istrinya yang menderita penyakit langka tersebut?
<br/><br/>
Tiap hari ajay berkunjung ke rumah sakit hanya untuk mengatakan “I LOVE YOU” pada istrinya, hingga suatu hari di ulang tahun pertama anaknya tiba-tiba semua memori Piya kembali dan berteriak-teriak memanggil sumainya dan minta pulang, tapi ajay membiarkannya disana karena berpikir itu hanya reaksi sesaat. Pulang dari rumah sakit ajay melapiaskannya di bar, entah dia mabuk atau memang nurani kecilnya yang bicara, di bar di bercerita betapa dia kesusahan harus setiap hari mengurusi istrinya dan betapa berbahanya meninggalkan anak dengan istrinya. Namun di luar batin ajay hancur berkeping-keping, dia menangis sangat rapuh. Namun akhirnya ia membuat keputusan penting, bukan karena istrinya membutuhkan dia namun karena ia butuh istrinya, apapun resikonya.
<br/><br/>
Dan tahukah anda? Wanita yang ditemani cerita oleh seorang bapak yang bertaruh dengan anaknya adalah Piya, dan hari itu adalah 25 tahun pernikahannya dan mereka sedang berbincang-bincang diatas kapal. Ajay menepati janjinya untuk membawa istrinya berlayar di 25 tahun pernikahannya…
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-75605603022927444312010-03-02T08:45:00.000-08:002010-05-30T01:01:54.756-07:00PSM Vs MU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S41FU2FPF0I/AAAAAAAAAKw/Gvn_fJGJVsw/s1600-h/psm-makassar-logo3.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 113px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S41FU2FPF0I/AAAAAAAAAKw/Gvn_fJGJVsw/s200/psm-makassar-logo3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5444083748977973058" /></a>
Ribuan massa berdesak-desakan di gerbang masuk stadion, aksi dorong pun tak terelakkan, polisi kelabakan mengatur antrian pennonton dan meminta agar lebih bersabar, dengan penuh perjuangan akhirnya saya bisa bernafas lega masuk ke area tribun meski harus berdiri karena tak kebagian tempat.
<span class="fullpost">
Terasa aliran energy yang begitu dahsyat, ribuan supporter memerahkan Mattoanging, mercon merah terbakar ke udara, yel-tel The Macz Man semakin membuat riuh suasana, sebuah spanduk membentang panjang dengan tulisan “SELAMAT DATANG DI STADION NERAKA”. Pengalamanku hari ini adalah pengalaman pertamaku menginjak stadion kebanggaan Sulawesi Selatan, dan pasukan ramang yang begitu dipuja para pendukungnya akan turun ke arena menghadapi rival abadinya sejak era perserikatan PERSEBAYA SURABAYA, itulah kenapa animo penonton sangat besar hari ini, tak ada ruang tersisa di tribun terbuka, selain faktor bahwa laskar ayam jantan baru saja memetik poin empat dari turnya ke papua, seri lawan PERSIWA dan menang atas PERSIPURA, ditambah rasa penasaran para penonton ingin menyaksikan trio latin PSM yang baru, Jorge Toledo, Oscar Aravena dan Christian Gonzales. Psywar yang dilancarkan kubu tuan rumah akan menghancurkan mental yang tak tahan tekanan dan hal itu terbukti ampuh, tarian sang jenderal lapangan Toledo didukung dua midfielder nasional Syamsul Haeruddin dan Ponaryo Astaman yang kala itu masih berambut gondrong, memanjakan dua predator ganas Oscar dan El loco Gonzales. Malam itu Laskar bajul ijo bertekuk lutut dengan tiga gol tanpa balas, dua dari Oscar dan satu dari El loco. Gegap gempita stadion membahana, bahkan salah seorang supporter berseloroh, “Jangan kata persebaya, AC Milan atau Manchester United pun yang datang kesini akan pulang dengan tangan hampa” sebuah pertanyaan hiperbolis, namun harus diakui malam itu permainan PSM sangat indah dan menjadi hiburan bagi penggemarnya.
<br/><br/>
Namun itu cerita lalu, sekarang begitu gampangnya tim tamu mencuri poin bahkan mempecundangi PSM di depan pendukung fanatiknya, stadion tak lagi angker, Mattoanging tak lagi bertuah. Nama besar PSM bukan lagi magnet bagi pemain untuk datang merumput ke Makassar, Pasukan ramang pun tak diperhitungkan lagi masuk bursa juara. Niat baik pengelola untuk membina pemain muda lokal patut diapresiasi, namun kesalahannya adalah pengelola lupa pepatah sepakbola yang mengatakan tidak ada tim juara dengan kumpulan besi tua, juga tak ada tim juara dengan materi anak kemarin sore, jika pengelola ingin mencontoh The Red Devils, maka Sir Alex menggabungkan antara pemain senior dan pemain muda.
<br/><br/>
Pengelola tak sepenuhnya salah, para pemain pun harusnya tahu diri, tiap musim meminta kenaikan gaji di lain sisi tak kunjung memberikan prestasi padahal dari APBD mendapat gaji, setali tiga uang dengan supporter yang perfeksionis selalu meminta tim bermain baik dan meminta hasil sempurna, namun jika bermain jelek hanya cemooh yang didapatkan di stadion, belum lagi masuk stadion tanpa membayar, hanya dengan modal sabuk karate dan sedikit nyali memanjat tembok stadion lalu bisa menikmati pertandingan walau sambil berdiri.
<br/><br/>
Permasalahan PSM hanyalah sekelumit dari permasalahan sepakbola nasional, dengan indahnya kita menikmati Liga Primera Spanyol, persaingan ketat Premier League Inggris serta tensi tinggi Serie A Italia. Kesemuanya itu karena sepakbola disana telah menjadi sebuah industri yang menggiurkan, mugkinkah suatu saat kompetisi kita menjadi seperti itu? Tapi bagaimana mungkin dapat menarik investor kalau setiap pertandingan kita tidak hanya disuguhi sepakbola, tapi juga Tae Kwondo dan tinju, juga tawuran penonton selepas peluit panjang pertandingan.
<br/><br/>
Ah… tak ada gunanya mengutuki keadaan karena tak akan menyelesaikan persoalan, lebih baik kita introspeksi masing-masing dan tetap berharap bahwa suatu saat tim-tim Indonesia akan dilirik investor yang tidak hanya membuat stadion dengan standar Internasional tapi juga membangun tim tangguh dengan kompetisi sehat yang berujung pada prestasi tim nasional yang membanggakan. Dan aku masih menyimpan sebuah impian, melihat laga antara PSM Vs Manchester United di Final FIFA World Championship. Amin
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-34002326494373372942010-02-22T08:18:00.000-08:002010-05-30T01:02:22.625-07:00WANITA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S4KwvFP3GuI/AAAAAAAAAKo/MGbrmOGqfhc/s1600-h/Akhwat_Putih_by_akings.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 172px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S4KwvFP3GuI/AAAAAAAAAKo/MGbrmOGqfhc/s200/Akhwat_Putih_by_akings.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5441105622726023906" /></a>
Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala-galanya. Apalagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s. Tetap merindukan Siti Hawa.
<span class="fullpost">
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.
<br/><br/>
Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus. Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan begitu rupa oleh mereka. Didiklah mereka dengan panduan darinya: Jangan coba jinakkan mereka dengan harta, nanti mereka semakin liar, jangan hiburkan mereka dengan kecantikan, nanti mereka semakin menderita, Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah, Kenalkan mereka kepada Allah, Zat Yang Kekal, di situlah kuncinya.
<br/><br/>
Akal setipis rambutnya, tebalkan dengan ilmu, hati serapuh kaca, kuatkan dengan iman, perasaan selembut sutera, hiasilah dengan akhlak. Suburkanlah karena dari situlah nanti merka akan nampak penilaian dan keadilan Tuhan. Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana mentri negara atau women gladiator. Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan diskriminasi Tuhan. Sebaliknya disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki2
wajah: negarawan, karyawan, jutawan dan wan-wan lain. Tidak akan lahir superman tanpa superwoman. Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan.Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.
<br/><br/>
Lebih banyak lelaki yang dirusakkan oleh perempuan daripada perempuan yang
dirusakkan oleh lelaki. Sebodoh-bodoh perempuan pun bisa menundukkan sepandai-pandai lelaki. Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan. Mereka tidak akan kenal
diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan secretary, bahkan anakpun akan kehilangan ibu, suami kehilangan istri dan bapa akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa.
<br/><br/>
Dari berbagai sumber
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-65974069850860857622010-02-08T06:50:00.000-08:002010-05-30T01:47:09.199-07:00Ijinkan aku memanggilmu.....<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S3AnQtXsVGI/AAAAAAAAAKY/afdzmPb1ees/s1600-h/song_hye_gyo_in_hijab___by_starmat.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S3AnQtXsVGI/AAAAAAAAAKY/afdzmPb1ees/s200/song_hye_gyo_in_hijab___by_starmat.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5435887918246548578" /></a>
Wanita adalah mahluk lemah, yang selalu terpenjara oleh perasaannya, yang menjadi korban dari rasa cintanya, yang akan selalu terluka oleh harapan yang dibuatnya. Apakah Tuhan tidak adil?? Kenapa lelaki tidak dibuat sama? Kenapa selalu wanita yang menjadi pihak penanggung banyak kerugian dalam sebuah hubungan?
<br/>
Pelajaran pertama yang harus kamu ketahui adalah “Jangan pernah meragukan keadilan Tuhan!”
<span class="fullpost">
Ingin sebenarnya aku menolak jabatan itu, terlalu berat. Harus berhadapan dengan senior, menjaga agar tidak terjadi ketidak-adilan, menghentikan mata rantai kekerasan yang diwariskan turun-temurun di kampus.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Tidak !! Saya tidak sanggup memikul beban berat itu”</span> tegasku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Akhi, posisi antum sekarang sangat memungkinkan untuk mengambil posisi itu.”</span> Irul coba meyakinkanku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kalau memang iya, lantas setelah itu apa? Kita harusnya berpikir jangka panjang. Bukannya mengambil keputusan insidentil, pragmatis yang hanya berefek instant. Kita harus menghemat energy selama satu kepengurusan ini, agar kepengurusan Musholla ini lebih baik!!!.”</span> Sengitku mencoba bertahan.
<br/>
Syuro hari itu berlangsung sengit, banyak argument yang dilancarkan namun nampaknya sia-sia usaha teman-teman untuk meyakinkanku.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Antum pernah bilang benci dengan model pengkaderan sekarang kan?”</span> tiba-tiba Nina yang sejak tadi diam bersuara dari balik hijab
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Antum pernah bilang, itu adalah bentuk kedzaliman yang luar biasa bukan? Kalau kita tidak menghentikannya sekarang, kelak hal ini akan <span style="font-style:italic;">terus berlanjut.”</span>
<br/>
“Ingat akhi, jika seorang Muslim yang melihat kemaksiatan di depan matanya maka hendaklah ia menghentikan dengan Tangannya, jika ia tidak bisa maka hendaklah ia menghentikan dengan lisannya, jika ia tidak bisa maka hendaklah ia menghentikan dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman !!” </span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jika antum mau merubah keadaan itu, maka sekaranglah saatnya. Hentikan mata rantai kekerasan itu”</span> Nina kembali memojokkanku
<br/>
Saya tidak tahu harus berkata apa. Argumen Nina sudah cukup untuk membuat saya tidak berkutik. Saya menunduk, menghela nafas panjang lalu berkata
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Bismillahirrahmanirrahim, baiklah Saya menerima Jabatan Ketua Ospek”
<br/>
“Alhamdulillah”</span> jawab teman hampir bersamaan
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jangan khawatir akhi, antum tidak akan sendiri”</span> Sambil memegang pundakku ilham coba meyakinkan
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Penerimaan Mahasiswa baru selalu menjadi ajang perpeloncoan terhadap “junior” di kampus merah, sudah banyak korban berjatuhan, sudah menjadi menjadi rahasia umum tapi anehnya hal tetap menjadi tradisi tahunan tanpa ada usaha berarti dari pihak birokrat kampus untuk menghentikannya. Seakan-akan “pembelajaran” singkat ini harus dilalui maba sebagai tanda bahwa dia sudah menjadi mahasiswa. Ajang ini dibuat untuk membuat maba menjadi dewasa dan membuang segala sifat buruknya yang ia bawa dari SMA, padahal tidak ada yang menggaransi bahwa seniornya lebih dewasa dari anak SMA yang baru akan mencicipi bangku kuliah. Bahkan bibit permusuhan terhadap fakultas lain sudah dijejalkan ke kepala para calon akademia muda , maka tak heran Tawuran pun menjadi “trade mark” kampus terbesar di Indonesia timur ini.
Namun semua itu harus dihentikan mulai dari sekarang, setidaknya itu tidak terjadi di jurusan kami, kami sudah berijtihad memutus mata rantai itu, dan teman-teman sendiri mengamanahkan saya untuk memimpin misi ini.
Tapi ternyata memang tidak semudah membalik telapak tangan, rintangan pertama yang harus saya hadapi adalah teman angkatan dan senior tentunya.
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Aalah … tidak usah sok idealislah tiap tahun juga modelnya seperti itu”</span> ucap Eric mengomentari konsep baru yang saya tawarkan
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ini bukan masalah idealis atau bukan, tapi apa yang selama ini kita warisi itu keliru menurut saya, oleh karena itu konsep ini hadir sebagai alternatif”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Konsep mu bagus, cuma terkesan terkesan terlalu memanjakan adik-adik”</span> seloroh Rudi
<br/>
<span style="font-style:italic;"><span style="font-style:italic;">“Maksudmu??”</span>
“Ya… pembelajaran mental tetap diperlukan untuk membuat mereka kuat”</span> tambahnya lagi
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kalau hal itu Saya tidak sepakat, kita semua pernah belajar ilmu jiwa dan mengintimidasi orang lain tidak akan membuat jiwanya kuat tapi sebaliknya malah akan membuat jiwa mereka kerdil”</span> sengitku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Lantas caranya bagaimana??”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kita ini calon perawat, perlakukan mereka sebagai manusia. Bukankah perawat melihat manusia secara holistik. Jangan sampai prilaku kasar perawat di rumah sakit adalah imbas perlakuan terhadap mereka kampus”</span> sahut irul membelaku.
<br/>
Perdebatan semakin sengit. Masing-masing kubu tetap bertahan pada pendiriannya. Saya sebenarnya sudah jenuh berdebat dari tadi.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Begini, Konsep Sudah Saya Presentasikan di depan kemahasiswaan jurusan juga Pembantu Dekan III, bukan hanya mereka setuju tapi juga mewarning jangan sampai terjadi ‘sesuatu’ dalam prosesi ospek ini. JADI KALAU ADA YANG INGIN MERUBAH KONSEP INI SILAHKAN GANTIKAN SAYA SEBAGAI KETUA PANITIA !!!. ucapku dengan nada tinggi</span>
<br/>
Semuanya terdiam dan hanya saling menatap
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Pendaftaran ulang mahasiswa baru sudah dimulai, gedung registrasi sudah disesaki calon mahasiswa yang ingin mendaftar ulang. Pengumuman sudah kami pasang, bahwa semua mahasiswa baru keperawatan harus menyetor biodatanya untuk mengikuti prosesi awal penerimaan mahasiswa baru. Selanjutnya panitia ospek secara bergiliran piket di himpunan jurusan untuk menerima mahasiswa yang mengembalikan biodatanya. Walaupun sudah disepakati dari awal bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis harus diminimalkan namun tetap saja ada panitia yang membangkang dengan memarahi calon maba, dalihnya calon peserta yang mengembalikan formulir kurang sopan.
“yang kurang sopan tuh kamu” gumamku
Kalau sudah begini, saya harus turun tangan untuk mengawasi mereka. Suatu ketika saat teman-teman panitia sedang istirahat makan siang, saya masih tinggal di himpunan Karena ada yang harus diketik, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Assalamu alaikum”
<br/>
“Waalaikum salam”</span> jawabku, tampak seorang berjilbab biru berdiri di depan pintu
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Benar ini himpunan mahasiswa ilmu keperawatan kak?”</span> tanyanya
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Iya, adek mau kembalikan formulir ya?”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Iya kak, ini formulirnya”</span> sambil menyodorkan selembar kertas
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jangan lupa hari sabtu datang buat pra ospek, pake kemeja putih dan rok hitam”
<br/>
“Jilbabnya?”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Mmm… pake putih aja kali ya supaya matching”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Makasih infonya kak, saya pamit dulu”</span> ucapnya mohon diri
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ya silahkan”
<br/>
“Assalamu alaikum”
<br/>
“Waalaikum salam”</span>
<br/>
Gadis itu pun berlalu, sejurus saya memperhatikan biodatanya, caranya berpakaian dan bertutur membuat saya penasaran ingin tahu pribadi anak ini.
<span style="font-style:italic;">“Rani, SMU Samarinda, mantan pengurus rohis”</span> gumamku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Oo pantes cara berjilbabnya sudah bagus, saya yakin dia akan bergabung untuk memperkuat barisan dakwah dijurusan ini dan… anaknya lumayan manis”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Astaghfirullah… “</span> ujarku buru-buru menepis segala pikiran aneh yang berkelebat
Selanjutnya saya larut dalam ketikanku
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Meskipun dari awal sudah di wanti-wanti agar pelaksanaan ospek bersih dari segala macam tindak kekerasan namun tetap saja terdapat satu-dua pelanggaran oleh panitia hal ini juga diperparah oleh peserta yang kadang melanggar aturan dan sebagainya. Tapi diatas semua itu kami bersyukur bahwa pelaksanan ospek tahun ini jauh berbeda dari tahun lalu, semangat perubahan yang kami wacanakan meskipun diawal banyak mendapat tantangan namun akhirnya bisa merubah cara pikir teman-teman bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan yang lain. Hal lain yang membuatku senang adalah pujian dari bapak PD III yang menilai peserta dari jurusanku lah yang paling rapi, dengan memakai baju biru dan bawahan putih, mahasiswa baru keperawatan terlihat sangat mencolok diantara devile mahasiswa lain yang berdandan seperti orang gila. Satu kata untuk pelaksanan ospek tahun ini. S.U.K.S.E.S !!
<br/><br/>
Selajutnya kembali aktivitas sediakala sebagai mahasiswa semester lima yang sibuk dengan tugas lab, juga sebagai pengurus himpunan. Kebagian divisi kemahasiswaan membuatku lebih banyak bereksperimen tentang metode pengkaderan dan juga lebih dekat dengan mahasiswa baru, salah satunya dengan Rani.
<br/><br/>
Setahun kemudian, seperti prediksiku di awal bahwa dia akan memperkuat barisan dakwah sangat tepat. Banyaknya kegiatan dan kepanitiaan membuatku lebih sering berinteraksi dengannya dan hal itu pula yang menyiksaku.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Gimana dengan persiapan kegiatan minggu depan akhi?”</span> tanyanya suatu ketika
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Tadi saya ketemu bagian kemahasiswaan, katanya proposalnya bisa dicairkan besok”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Trus pematerinya?”
<br/>
“Tinggal diingatkan aja lagi”
<br/>
“Ok, nanti ana yang cek proposalnya”
<br/>
“Jazakillah ukhti ya”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Waiyyakum”</span>
<br/>
Entah senyawa apa yang dipancarkan akhwat ini yang terkadang membuat saya kikuk di dekatnya, senyumnya kemudian begitu menawan, tiba-tiba ia berubah menjadi sangat kharismatik di hadapanku. Hal yang jujur harus kuakui… Saya menyukainya
<br/><br/>
Perasaan itu semakin hari kian menggunung, puncaknya di suatu malam saya tidak bisa tertidur karena terus memikirkannya. Di sepertiga malam, aku lalu bangun membersihkan diriku, mengambil wudhu. Malam ini aku berniat mengadukan seluruh perasaan yang menderaku kepada Tuhanku yang saat ini turun sampai sepertiga langit.
Selesai witir dan berzikir, aku duduk bersimpuh dan menengadahkan tanganku menyusun bait permohonan dengan berurai airmata, kiranya Dia mau mendengarkan keluhanku dan mengasihiku
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">“Ya Allah, sang pemilik kesempurnaan
Hambamu Yang lemah dan hina ini memohon kepadamu
<br/><br/>
Ya Allah yang maha mengetahui
Engkau tahu masalah yang kuhadapi saat ini
Janganlah engkau menyiksaku dengan perasaan selain kepadamu
Janganlah engkau jadikan cinta kepada mahluk melebihi cintaku kepadamu
Jika ia memang jodohku maka bukakanlah pintumu dan mudahkanlah jalannya
Jika bukan, engkaulah yang maha tahu yang terbaik untuk hambamu
<br/><br/>
Ya Allah yang maha pengampun
Ampunilah dosa hambamu yang penuh nista ini
Hamba tak tahu lagi kemana mengadu
Jika sekiranya engkau pun meninggalkan hamba
Hamba tak akan meminta engkau mengurangai beban ini
Namun kuatkanlah bahu hamba untuk menerima cobaanMu
Amin</span>
<br/><br/>
Kututup doaku dengan menghapus air mataku, ada ketenangan yang mengalir dalam perasaan ku setelah mencurahkan segala perasaan ku dalam doa tadi.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Sejak malam itu aku bertekad menjadi seorang yang baru, tidak ingin larut dan tenggelam dalam perasaan yang menyiksaku. Aku larut dalam kesibukan yang segaja kubuat untuk sengaja menghilangkan perasaan yang bahkan dulu membuatku insomnia. Aku mulai mengambil jarak dengannya, bahkan mengurangi frekuensi kekampus atau minimal ke perpustakaan hanya karena tak ingin bertemu dengannya lantas membuka kembali lukaku. Toh yang kuhadapi sekarang tinggal skripsi dan saya harus konsentrasi untuk itu. Kalau sesekali bayangannya menggangu yang kulakukan adalah mengusirnya dengan memotivasi diri bahwa saya akan melamarnya setelah lulus nanti.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Selesai wisuda dan meraih gelar sarjana saya masih harus melanjutkan dengan pendidikan selama setahun di rumah sakit untuk meraih gelar profesi. Sebentar lagi saya akan sibuk berurusan dengan pasien, dan seabreg tugas yang mesti dikonsul ke dosen. Satu hal lagi karena tidak lagi sering ke kampus sehingga tidak akan bertemu Rani.
Saat sedang asyik menulis rencana perawatan tiba-tiba HPku berbunyi, kulihat penelponnya.. Rani, kuambil nafas panjang lalu sejurus kemudian
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Halo Assalamul alaikum”</span> jawabku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Waalaikum salam”</span> terdengar jawaban Rani dari sebelah
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kakak punya waktu buat bicara tidak?”</span> tanyanya
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Bicarakan apa ya?”</span> jawabku penasaran
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Saya mau nanya kak, antum kenal dengan akh Fadli?”
<br/>
“Hmm Fadli…Fadli.. yang dari fakultas teknik itu?”</span> ujarku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Bukan, yang dari STAN”
<br/>
“Oh iya kenal, afwan banyak sih teman ana yang namanya Fadli”
<br/>
“Menurut antum orangnya gimana?”
<br/>
“Maksudnya?”
<br/>
“Jawab saja kak”
<br/>
“Ya… ana pernah mabit dengannya, tilawahnya bagus, orangnya ramah dan agak lucu gitu”</span>
<br/>
Tiba-tiba yang terdengar adalah suara isak tangis dari telepon
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Halo… koq nangis?”</span> tiba-tiba perasaanku tidak enak
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Kak… akh Fadli mengajak ana ta’aruf</span>” sesenggukannya terdengar makin nyaring
<br/>
Jlegg… Aku menelan ludah, samudera perasaanku yang tadinya tenang tiba-tiba berkecamuk, berubah menjadi pusaran air ganas yang siap menenggelamkanku. Tanganku bergetar hebat dan hampir saja HP ku terjatuh. Aku bungkam seribu bahasa, sejenak kemudian yang ada hanyalah hening. Aku bahkan bisa mendengar detak jantungku, ditemani deru nafasku dan isak Rani.
Aku menarik nafas panjang dan mencoba menguasai diriku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ya.. ba..gus kan”</span> ujarku gagap
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Bagus apanya kak?”
<br/>
“Ya…menurut ana tidak ada hal yang membuat anti bisa menolak lamaran akh Fadli”
<br/>
“Apa..???”</span> seru Rani
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Saya ingin kakak jujur, kakak cinta Rani kan?!!”</span>
<br/>
Dadaku serasa ditindih beban berat…
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Dari cara kakak memperlakukan Rani, dari cara kakak berbicara dengan Rani Saya menyimpulkan kakak menyukai Rani kan??
<br/>
“Jawab yang jujur kak!!”</span> ujar Rani setengah berteriak, lalu suara tangisnya semakin jelas terdengar
<br/>
Rentetan pernyataan Rani benar-benar membuat saya terdesak, Saya seperti terdakwa di pengadilannya yang siap dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Lidahku serasa kelu, saya masih merasa di alam lain ketika Rani kembali membuyarkan lamunanku dengan pertanyaannya.
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jawab Rani Kak!!!”
<br/>
“Kalau emang iya, apa yang harus saya lakukan?”</span> entah mendapat kekuatan darimana saya bisa menjawab seperti itu
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Rani cuma minta kakak jujur kepada diri sendiri, berani memperjuangkan perasaan kakak dan berhenti jadi pengecut”</span> kembali Rani menghakimiku
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Baiklah ana akan jujur, Ana menyukai anti sejak pertama kali kita bertemu, ana harus akui itu !. Antilah satu-satunya akhwat yang membuat ana menangis di sholat malam dan memohon untuk melupakan anti!”</span>
Rani masih terisak
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Lantas dengan alasan itu, apakah boleh ana meminta anti menolak ajakan akh Fadli lalu menunggu lamaran ana? Itu yang anti mau?!!!”</span>
<br/>
Rani terdiam, yang ada hanyalah sesenggukannya
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Ana akan seperti menikam teman dari belakang jika berbuat itu. Yang ana tahu Rasulullah melarang meminang perempuan yang sedang dipinang oleh saudaranya!!”</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">“Jadi sekarang ana akan mempertegas pernyataan ana. Tidak ada hal menurut ana yang bisa membuat anti menolak lamaran akh Fadli, toh kembali anti yang akan menentukan”
<br/>
“Terserah anti menganggap ana pengecut ataukah pecundang, tapi akan menjadi lebih pengecut lagi kalau ana mendzalimi saudara ana sendiri”
</span>
***
<br/><br/>
Percakapan ditelepon itu adalah percakapan terakhirku dengan Rani. Entah saat itu saya menjadi pria paling berani ataukah pria paling bodoh karena merelakan akhwat yang kuidamkan menjadi milik pria lain. Yang jelasnya sebulan kemudian aku menerima sebuah undangan biru yang cantik bertuliskan Walimatul Ursy Fadli Jafar dengan Maharani Salsabila. Perasaanku remuk, ingin rasanya aku berlari ke pantai dan berteriak sekencang-kencangnya. Mengadu pada debur ombak bahwa betapa bodohnya aku.
<br/><br/>
Saya berhalangan ke Pesta walimahan itu karena bertepatan dengan jadwal jaga ku di rumah sakit. Entahlah ketidak hadiranku karena uzur itu ataukah karena tahu bahwa saya tidak akan sanggup melihat wanita dambanku bersanding dengan pria lain. Saya Cuma bisa menghibur diri dengan mengatakan jika ada cinta yang bisa kubagi saat ini, maka cinta itu adalah kepada pasienku, kepada orang-orang yang tergolek lemah di rumah sakit yang menanti uluran tanganku. Sembari menyusun kembali kepingan mozaik perasaanku yang berserakan tak beraturan.
<br/><br/>
Menjelang dini hari kembali saya mengadu ke ribaan sang khalik, menyusun untaian permohonan akan seluruh salah khilaf
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">Ya Allah Ya Azis
Tiada sia-sialah engkau ciptakan jagad raya ini
Maha suci engkau
Engkau pemilik semesta alam
<br/><br/>
Ya Allah Ya Rahim
Engkaulah yang paling tahu hal terbaik untuk hambamu
Engkau telah menegurku agar tak melupakan cintamu
Dan aku yakin Ya Hakim
Bahwa engkau telah menyiapkan jodoh terbaik untukku
Bahwa engkau telah menyiapkan bidadarimu untukku
Dan dengan bangganya akan kupanggil dia… Istriku</span>
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-55405708661765060072010-02-02T07:47:00.000-08:002010-05-30T01:04:26.707-07:00MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S2hJ7PpcbgI/AAAAAAAAAKQ/BwnYsiDw0oo/s1600-h/couple_by_dude2211.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S2hJ7PpcbgI/AAAAAAAAAKQ/BwnYsiDw0oo/s200/couple_by_dude2211.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5433674232583974402" /></a>
Based on True Story.. ( is it true? -red.)
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka
menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak. Disinilah
awal cobaan menerpa,setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2
kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa
tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
<span class="fullpost">
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi,
dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja
dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa
kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat
istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno
sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
<br/><br/>
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan
sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah
hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.
<br/><br/>
Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu
mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.
<br/><br/>
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin
sekali merawat Ibu, semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak....... ..bahkan
Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu" .
<br/><br/>
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "Sudah yg
keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa ibupun
akan mengijinkannya. Kapan Bapak menikmati masa tua Bapak. Dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji
kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian".
<br/><br/>
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka..."
<br/><br/>
Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk
nafsu, mungkin Bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya
Ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian..
<br/><br/>
Sejenak kerongkongannya tersekat,...
<br/><br/>
"Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg
tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya Ibumu
apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini."
<br/><br/>
"Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia
meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang,kalian menginginkan Bapak
yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,bagaimana
dengan Ibumu yg masih sakit."
<br/><br/>
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno. Merekapun melihat
butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno... Dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu...
<br/><br/>
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi narasumber dan merekapun mengajukan pertanyaan
kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya
yg sudah tidak bisa apa2..
<br/><br/>
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru disitulah
Pak Suyatno bercerita...
<br/><br/>
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga,
pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya
menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya,mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan
dengan mata,dan dia memberi saya 4 oranganak yg lucu2.. Sekarang dia
sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya... Sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit,,,"
<br/><br/>
* Dari seorang kawan nun di milist seberang sana... Semoga
menginspirasi. ..
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-63086358938134099512010-01-13T00:29:00.000-08:002010-05-30T01:05:34.178-07:00Lowongan Beasiswa ETOS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S02G8c-a_lI/AAAAAAAAAKI/t38tdXTARjQ/s1600-h/logo+etos.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 183px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S02G8c-a_lI/AAAAAAAAAKI/t38tdXTARjQ/s200/logo+etos.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5426141499179597394" /></a>
UNTUK ANDA ...
CALON ORANG SUKSES INDONESIA !!!
<br/><br/>
Beastudi Etos membuka
<br/><br/>
SELEKSI NASIONAL
BEASTUDI ETOS TAHUN 2010
<span class="fullpost">
SELEKSI
Pendaftaran : 11 Januari 2010 – 11 April 2010
Quota penerimaan : 135 mahasiswa per tahun
<br/><br/>
Persyaratan Umum :
1. Lulus SMA/sederajat , dan akan masuk Perguruan Tinggi melalui jalur SPMB, UM, dan PMDK
2. Diterima pada PTN dan jurusan yang direkomendasikan Beastudi Etos
<br/><br/>
Persyaratan Khusus :
1. Berasal dari keluarga tidak mampu
2. Melampirkan surat keterangan tidak mampu dan slip gaji/surat keterangan penghasilan dari ketua RT atau DKM setempat
3. Daftar Riwayat Hidup (bisa didownload dari www..lpi-dd. net)
4. Mengisi dan menandatangani akad Beastudi Etos (bisa didownload dari www.lpi-dd.net)
5. Fotokopi raport SMA semester 1 – 5, STTB, Kartu Keluarga, KTP, atau Kartu Pelajar
6. Foto 4 x 6, 2 lembar
7. Foto rumah (tampak keseluruhan, dan bagian dalam)
8. Membuat tulisan tentang perjalanan kisah hidup
<br/><br/>
DAERAH PROGRAM
Program Beastudi Etos eksis di 11 universitas yang tersebar di 9 kota di Indonesia :
<br/><br/>
1. Universitas Andalas
Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, Farmasi, Manajemen, Ilmu Peternakan, Sosek Peternakan, Produksi Ternak, Teknologi Hasil Pertanian, Hukum, Agribisnis, Akuntansi
<br/><br/>
2. Universitas Indonesia
Teknik elektro, Teknik mesin, Teknik Industri, Teknik Arsitektur, Teknik Kimia, Teknik Metalurgi, Teknik Sipil, Teknik Komputer, Teknik Perkapalan, Teknik lingkungan, Ilmu Komputer, Sistem Informasi, Ilmu kesehatan masyarakat, Ilmu gizi, Ilmu perpustakaan, Sastra Inggris, Psikologi, Ilmu Hukum, Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi, Ilmu Administrasi Fiskal, Ilmu Administrasi Niaga, Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Ilmu Keperawatan, Farmasi.
<br/><br/>
3. Institut Pertanian Bogor
Manajemen Sumberdaya Lahan, Agronomi Dan Hortikultura, Hama dan Proteksi Tanaman, Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Manajemen Sumberdaya Perairan, Ilmu Teknologi Kelautan, Teknologi Hasil Perairan, Ilmu Produksi Teknologi Peternakan, Teknologi Hasil Hutan, Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Silvikultur, Teknik Pertanian, Teknologi Pangan, Teknologi Industri Pertanian, Statistika, Geofisika dan Meteorologi, Ilkom, Agribisnis, Manajemen, Ilmu Gizi
<br/><br/>
4. Universitas Padjajaran
Ekonomi Studi Pembangunan, manajemen, akuntansi, hukum
<br/><br/>
5. Institut Teknologi Bandung
Fakultas Pertambangan dan Perminyakan, Fakultas Teknologi Industri, Sekolah Elektro dan Informatika, Fakultas Sipil dan Lingkungan, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Sekolah Farmasi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian.
<br/><br/>
6. Universitas Diponegoro
Teknik Kimia, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Sipil, Pendidikan Dokter, Kesehatan Masyarakat, Psikologi, Nutrisi dan Makanan Ternak, Ilmu Perikanan.
<br/><br/>
7. Universitas Gajah Mada
lmu Keperawatan, Gizi Kesehatan, Farmasi, Ilmu Komputer, Geofisika, Elektronika dan Instrumentasi, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Fisika, Teknik Nuklir, Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Sipil dan Lingkungan, Teknik Geologi, Teknik Geodesi, Teknik Arsitektur, Perencanaan Wilayah dan Kota, Kartografi dan Penginderaan Jauh, Pembangunan Wilayah, Agronomi, Budidaya Perikanan, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Manajemen Sumber Daya Perikanan, Pemuliaan Tanaman, Sosial Ekonomi Pertanian, Teknologi Hasil Perikanan, Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Ilmu Tanah, Ilmu dan Industri Peternakan, Konservasi Sumber Daya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, Teknik Pertanian, Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Kedokteran Hewan, Psikologi, Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi, Ilmu Hukum, Sastra Inggris, Akuntansi, Manajemen, Ilmu Ekonomi.
<br/><br/>
8. Universitas Airlangga
Pendidikan Dokter, Ilmu Hukum, Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Farmasi, Pendidikan Dokter Hewan, Ilmu Komunikasi, Ilmu Hubungan Internasional, Kesehatan Masyarakat, Psikologi, Ilmu Keperawatan.
<br/><br/>
9. Institut Teknologi Sepuluh November
Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Informatika, Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Kelautan, Teknik Perkapalan, Teknik Sistem Perkapalan.
<br/><br/>
10. Universitas Brawijaya
Teknik Sipil, Teknik Mesin, Administrasi Niaga, Ilmu Hukum, Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, Manajemen, Pendidikan Dokter, Teknik Informatika, Teknik Hasil Perikanan.
<br/><br/>
11. Universitas Hasanuddin
Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik perkapalan, Teknik geologi, Teknik pertambangan, Akuntansi, Ekonomi pembangunan, Manajemen, Ilmu hukum, Ilmu pemerintahan, Administrasi Negara, Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu komunikasi, Agronomi, Sosek Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian, Produksi Ternak, Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Geofisika.
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-20869761847943064962010-01-03T18:58:00.000-08:002010-05-30T01:49:41.703-07:00Bukan puisi cinta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FZnshqIKI/AAAAAAAAAKA/84m_FGW7vBw/s1600-h/puisi-puisi-puisi1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FZnshqIKI/AAAAAAAAAKA/84m_FGW7vBw/s200/puisi-puisi-puisi1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422713964832891042" /></a>
Surat buat akh zul yang sedang bersanding di pelaminan
<br/>
Tersenyum bahagia penuh kemenangan
<br/>
Tapi bagi kami adalah sebuah kesedihan
<br/>
Karena kehilangan seorang investor dermawan
<br/>
Yang sering ngajak makan ayam
<br/>
Di lesehan pinggir jalan
<span class="fullpost"><br/><br/>
Sehabis ramadhan berkunjung ke rumahan
<br/>
Nyantap kari ayam campur kentang
<br/>
lagi asik makan …
<br/>
Ditegur sama induk semang
<br/>
Karena belum menyelesaikan undangan
<br/>
Padahal jadwalnya sudah dekatan
<br/>
Tapi dengan entengnya akh zul bilang…
<br/>
“Nggak usah khawatir kawan…”
<br/>
Mending kita ke lantai dua main PS-an
<br/>
Nanti saja kerjanya belakangan
<br/><br/>
Malamnya pergi ke Mall panakukkang
<br/>
Nonton KCB di twenty one
<br/>
Duduk agak dibelakang sambil cekikikan
<br/>
Karena ada adegan
<br/>
Si Azzam ngelamar Asmirandah anak kedokteran
<br/>
Padahal zul juga demikian
<br/><br/>
Tapi yang jelasnya antum sudah memberikan pelajaran
<br/>
Bagi kami para bujangan
<br/>
Yang kadang masih memendam kecemburuan
<br/>
Karena melihat ikhwa lain bergandengan tangan
<br/>
Dan berboncengan dengan akhwat idaman
<br/>
Padahal kami sudah tak tahan
<br/>
Namun apa daya kami masih anak kuliahan
<br/>
Yang masih mendapat subsidi silang
<br/>
Dari orang tua di kampung halaman
<br/><br/>
Terkadang kami ingin mengajukan proposal lalu ta’arufan
<br/>
Agar tak lagi ada perasaan deg-degan
<br/>
Jauh-jauhan sambil menundukkan pandangan
<br/>
Hanya karena dengan akhwat jalan berpapasan
<br/>
Namun kami masih bermasalah dengan persiapan dan keberanian
<br/>
Padahal kami sudah jenuh sendirian
<br/>
Bosan menjadi panitia walimahan
<br/>
Pulang dan kedinginan di kos-kosan
<br/>
Baju kotor bergelantungan
<br/>
Dan menumpuk karena tak ada yang mencucikan
<br/><br/>
Tahun depan kami memendam harapan
<br/>
Kiranya sudah tiba giliran
<br/>
Tak lagi bangun sendirian di tengah malam
<br/>
Sahalat tahajud ada yang menjadi makmum di belakang
<br/>
Do’a pun ada yang setia mengaminkan
<br/>
Untuk itu mohon murobbi memberikan kelonggaran
<br/>
Agar bisa memilih sesuai “keinginan”
<br/>
Melanjutkan kisah anak Adam
<br/>
Berdua mengarungi bahtera kehidupan
<br/>
Meraih ridho dan cinta Tuhan….
<br/><br/>
Kutulis surat ini di sebuah malam
<br/>
Sepekan setelah lebaran
<br/>
Di sebuah kampung bernama lembang parang
<br/>
Yang kemarin ramai ditonton orang
<br/>
Karena masuk kabar petang di TV one
<br/>
Dengan judul “Oknum TNI aniaya warga lalu memicu kerusuhan”
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-83643432562918441112010-01-03T18:22:00.000-08:002010-05-30T01:08:54.006-07:00Kenang kenanga<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FRmWsJ-TI/AAAAAAAAAJ4/kUjL9Qwj97g/s1600-h/hospital__by_imaginarythought.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FRmWsJ-TI/AAAAAAAAAJ4/kUjL9Qwj97g/s200/hospital__by_imaginarythought.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422705145698449714" /></a>
<span style="font-style:italic;">Love of my life don’t leave me
You broken my heart and now deserve me
Love of my life can’t You see
Bring it back
Bring it back
Don’t take it away from me because
You don’t know what it means to me</span>
<span class="fullpost">
<br/><br/>
Jarum jam berhenti berdetak, waktu serasa berhenti berputar dan jagad raya pun seakan terdiam, ikut mendengarkan sebuah nyanyian tulus seorang perempuan yang mengungkapan perasaan hatinya. Hari itu Nina dengan anggunnya memakai baju pink dipadu dengan bawahannya yang berwarna krem, rambut lurus yang tergerai indah membuatnya semakin mencolok diantara temannya. Lagu scorpion dibawakannya dengan penuh penjiwaan, karena merasa lagu itulah kisah hidupnya. Sayang, Nina melantunkan lagu tidak diiringi tepuk tangan meriah karena dia tidak sedang bernyanyi di café, bukan pula diatas panggung, namun di sebuah ruangan bernama kenanga, salah satu bangsal intermediate di rumah sakit jiwa.
Ya hari itu Nina dan rekan-rekannya sedang mendapatkan terapi aktivitas kelompok dari kami mahasiswa praktek profesi Ners Unhas, sebuah terapi yang di berikan bagi penderita halusinasi yang mulai bisa diajak bekerjasama. Hari itu dengan tulusnya Nina menceritakan kisahnya, tak sedikit pun kilatan kebohongan di bening indah matanya, pandangannya yang kosong menyiratkan derita yang ia tanggung, wajah ayunya pun sudah lenyap ditelan beban duka yang rasakan selama ini.
Nina pernah menyandarkan bahtera perasaannya pada sebuah pelabuhan hati, berharap ia menjadi persinggahan terakhirnya, berharap ia menjadi temannya mengarungi samudera kehidupan, tempat bernaung ketika ia lelah, menjadi sahabatnya bercerita dan berbagi hari yang telah dilewatinya. Namun sang belahan jiwa ternyata akhirnya memilih berlayar dengan nakhoda lain, meninggalkan Nina yang hancur dilamun ombak harapan yang dibuatnya, terlalu berangan-angan malah tidak mendapatkan apa-apa. Nina seakan tidak percaya kejadian yang menimpanya, ingin tampak tegar namun menderita nelangsa tak berkesudahan. Terlalu sakit, terlalu dalam sampai terekam kuat di alam bawah sadarnya dan membelah jiwanya. Tanpa sadar dia membuat teman fantasi yang setia menemaninya, yang ia bisa ajak bercerita, yang ia yakin tidak akan meninggalkannya. Prilakunya semakin aneh, ia kadang berbicara, tertawa dan menangis tanpa sebab. Dia mengaku melihat adiknya yang sudah meninggal dan dia bahkan mengaku sering diajak kencan oleh pacarnya yang sebenarnya sudah menikah dengan orang lain. Sikapnya yang periang berubah menjadi pemurung, yang ramah tiba-tiba mudah tersinggung, tidak mau makan, tidak mau minum dan mengunci diri dalam kamar. Hal yang kemudian membuatnya terdampar di sebuah ruangan yang sebenarnya lebih mirip penjara daripada bangsal perawatan dengan diagnosa Schizofrenia
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Kisah Nina hanyalah satu dari sekian penghuni setia “Villa Lanto Dg pasewang”. Tak terlihat kekurangan satupun dari luar namun sebenarnya api sekam melahap jiwa perlahan-lahan. Tak mampu mengatasi problem hidup, tak kuasa keluar dari masalah akhirnya berujung pada gangguan jiwa. Hal tersebut diperparah dengan pengetahuan minim masyarakat tentang bagaimana mengenali dan mencegah dini terjadinya penyakit jiwa, yang terjadi kemudian adalah stigma bahwa penyakit ini adalah aib maka tak jarang klien yang datang dibawa ke “Hotel belakang sahid” adalah klien kronis dengan riwayat kriminal, mengamuk, melukai orang, membakar rumah, keliling kampung tanpa busana dan bahkan menghilangkan jiwa manusia. Mungkin masih segar ingatan kita, bagaimana seorang ayah tega menghabisi nyawa istri dan anaknya beberapa tahun lalu di Kabupaten Pangkep hanya karena “merasa ada orang yang menyuruhnya”, bagi masyarakat di sekitarnya berkembang opini bahwa sang bapak tadi penganut aliran tertentu dan semua korban adalah tumbal dari bisikan gaib sang empunya, bagi kami inilah yang disebut halusinasi, suatu kondisi dimana seseorang merasa mendengar, melihat atau merasakan sesuatu tanpa ada stimulus yang sebenarnya.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Tujuh puluh persen klien yang dirawat disini adalah klien kambuhan. Membaik setelah dibawa pulang namun kembali sebulan kemudian dengan kondisi yang sama. Bukan sebuah kebanggaan bagi kami para perawat ketika para klien kambuhan berteriak “Ners, datang ma seng !” karena kami tahu ada yang salah dilingkungan tempat tinggalnya. Ketika klien dinyatakan sembuh dan dijemput pulang keluarganya, sesampai di rumah dan lingkungannya, tetap diperlakukan sebagai orang sakit, dijauhi atau tidak dibiarkan oleh keluarganya bersosialisasi, dikurung, dipisah kamar maupun tempat makannya, tanpa dukungan, alhasil kesendirianlah yang menemaninya dan kembali mengantarkannya ke tempat semula.
Ataukah klien abadi di rumah sakit, yang sembuh pun sudah tidah dijemput lagi oleh keluarganya bahkan sampai menulis alamat palsu agar tidak di datangi petugas rumah sakit. Jadilah klien ini inventaris rumah sakit menambah sesak jumlah penghuni bangsal. Tiga bangsal perawatan diisi oleh + 300 klien dengan jumlah tenaga per shift jaga cuma tiga orang, sungguh jumlah yang sangat tidak logis. Bayangkan, Seorang perawat menangani 30 orang !!!.
Hasil riset WHO tahun 2000 mengatakan, dari populasi masyarakat terdapat 10 % yang mengidap gangguan jiwa dan 10 % diantaranya mengalami gangguan jiwa berat. Jadi jika penduduk Sulawesi Selatan berjumlah 5 juta jiwa berarti 500 ribu diantaranya mengidap gangguan jiwa dan 5000 orang mengidap gangguan jiwa berat, sedangkan yang terdaftar di rumah sakit hanya 300 orang, pertanyaannya dimana sisanya? Mungkin yang sering kita lihat berkeliaran di jalan?, mungkin ada di sekitar kita?, atau mungkin kita sendiri sudah mengalami gangguan jiwa berat tanpa kita menyadarinya. Bahkan dengan jualan kesehatan gratis pemerintah propinsi tidak membuat perbaikan berarti di sektor kesehatan jiwa. Ah, negeri ini sudah seperti benang kusut, terlalu banyak masalah yang harus diselesaikan dan kesehatan jiwa bagi pemerintah mungkin bukan menjadi perkara penting yang harus diselesaikan, padahal sejak SMP kita sudah didoktrin oleh guru penjaskes dengan pepatah “Men sana In corpora sano” dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Kalau jiwanya yang sakit apakah tubuhnya akan sehat? Selamat datang di negeri seribu ironi.
<br/><br/>
***
<br/><br/>
Hari ini aku bangun menantang matahari. Ada kesegaran terasa menghirup udara pagi yang masih steril dari polusi lalu beranjak ke kamar mandi membasahi tubuh. Dingin, segar menjalar mengaktifkan neuron sensori lalu bersiap mengarungi hari. Tidak ada kendala berarti dalam perjalanan kecuali sedikit macet di daerah Rappocini, maklumlah jalan sempit yang digunakan dua arah ditambah ulah sebagian pengendara yang agaknya harus lebih sopan ketika berada di jalan. Sampai di lapangan parkir kutengok jam tanganku 7.30, lumayan 30 menit perjalanan, masih punya waktu 30 menit untuk sekedar bersantai sebelum beraktivitas.
Lalu Berjalan gontai dari parkiran menuju bangsal perawatan, sebuah gerbang besar menyambutku, bunyi decit besi beradu terdengar ketika kudorong gerbang itu menandakan besi segagah itupun butuh perhatian. Di balik gerbang, dikiri-kanannya terdapat taman yang hijau dan rindang, sayang harus tercemar oleh jemuran pakaian dan kasur yang berbau pesing. Melangkah masuk, tegel basah dan sedikit becek menyapa.
“Baru habis dipel kayaknya” gumamku
Kulayangkan pandangan ke seluruh ruangan, beberapa klien sedang berdiri dan memegang jeruji pintu besi dengan pandangan kosong, mirip narapidana yang akan divonis mati oleh pengadilan.
Tiba-tiba “Astaghfirullah…” dua orang klien perempuan mondar-mandi dalam ruangan itu tanpa memakai atasan dan bawahan, cuek, seperti tidak peduli dengan yang ada disekitarya. Saya buru-buru menoleh lalu bergegas keluar.
“Ya Allah… hari ini kumulai hari dengan optimisme tinggi berharap hari ini lebih baik dari kemarin, tapi belum apa-apa pemandangan seperti itu sudah menyambutku”
“Gimana saya menjaga hati kalau terus seperti ini?” desahku
Masih asik menerawang tiba-tiba sebuah suara memanggilku
“Selamat pagi kak”
“Selamat pagi” refleks aku menoleh ke arah suara tadi
“Eh Reni, segar sekali kelihatannnya “
“Iya kak, saya sudah mandi, sudah sikat gigi, sudah pake sampo dan sudah mencuci” ucapnya dengan gaya yang manja seperti anak-anak
“Bagus dong kalau kayak gitu” ujarku memuji
Reni adalah klien kelolaanku, anak ini sudah mendingan dibandingkan yang lain, makanya lebih bebas berkeliaran. Usianya baru 16 tahun namun sudah termasuk penghuni lama di rumah sakit ini. Dia ditemukan dijalan oleh pamong praja. Jika ditanya tentang keluarganya dia akan diam lalu dengan lirih menjawab
“Saya tidak suka melihat orang tua saya bertengkar”
Masih larut dalam khayalanku, Reni kembali bertanya
“Besok masih jaga kan kak?”
Aku terdiam, keakrabanku dengannya membuatku susah untuk berterus terang.
“Besok masih kesini kan?” kembali di mengulang pertanyaannya
Kutatap mata anak itu lekat
“Tidak Reni”
“Ini hari terakhir kakak disini dan besok sudah pindah kebagian lain” ujarku mendesah
Mata Reni berkaca-kaca
“Baik-baik ya selama disini” pesanku
“Iya kak jawabnya lirih”
Kuseret langkahku menuju gerbang, sejenak berbalik kebelakang, sebuah tulisan jelas terpampang “KENANGA”. Selamat tinggal kenanga, Aku akan tetap mengenangmu sebagai liku kehidupan yang pernah kulewati dan mengajariku satu hal. Mensyukuri apa yang diberikan Allah dan menghargai mahluk ciptaannya
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-58645130164213695662010-01-03T18:15:00.000-08:002010-05-30T02:12:52.036-07:00Sms merah jambu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FQOUtaE-I/AAAAAAAAAJw/ILYO0IYCA10/s1600-h/coleccion_SMS__7_by_CuReta.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 152px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FQOUtaE-I/AAAAAAAAAJw/ILYO0IYCA10/s200/coleccion_SMS__7_by_CuReta.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422703633338340322" /></a>
<span style="font-style:italic;">"Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti". </span>
Sender : Ikhwan +62817xxx
<br/>
Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.
<span class="fullpost">
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">"Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini".</span>
Sender : Ikhwan +628179823xxx
<br/>
Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.
<br/><br/>
Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.
<br/>
<span style="font-style:italic;">"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti".</span>
Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya
Sender : Akhwat +6281349696xxx
<br/>
Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.
<br/>
<span style="font-style:italic;">"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti".</span>
Sender : Ikhwan +628179823xxx
<br/>
Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.
<br/><br/>
Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, <span style="font-style:italic;">”Seperti aku nih,”</span> saat membacanya. Hayo ngaku! He he he
Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.
<br/><br/>
Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.
Konon, cerita tadi terus berlanjut.
<br/><br/>
Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???
<br/><br/>
Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!
Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.
<br/><br/>
Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.
Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.
<br/><br/>
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.
<br/><br/>
Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.
Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!
Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya untuk mereka.
Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.
<br/><br/>
<span style="font-style:italic;">"Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety".</span>
<br/>
<span style="font-style:italic;">"Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa"</span>
<br/>
Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda.
<br/><br/>
dari milis sebelah
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2067927466579364473.post-31591073386726272092010-01-02T07:46:00.000-08:002010-05-30T01:12:47.754-07:00MU Vs ETOS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FHEv-HfhI/AAAAAAAAAJo/GKrYuSX5aO0/s1600-h/Manchester_United_F_C_by_DigiQ8.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 125px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_ExeD2mUrnMQ/S0FHEv-HfhI/AAAAAAAAAJo/GKrYuSX5aO0/s200/Manchester_United_F_C_by_DigiQ8.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422693573252840978" /></a>
OK class, Please Repeat After me
Ini Budi
Budi bermain Bola
Well Done
<span class="fullpost">
<br/><br/>
Begitu kira-kira bunyi sebuah Iklan dari salah satu perusahaan telekomunikasi beberapa waktu lalu. Dalam iklan tersebut tampak seorang guru sedang mengajar bahasa Indonesia kepada sekumpulan anak sekolah. Tidak ada yang istimewa dari hal yang diajarkan di kelas tersebut, toh hal tersebut sudah kita dapatkan ketika masih menjadi bocah ingusan di Bangku SD dulu. Tapi yang menarik adalah penyimak pelajaran tersebut adalah Edwin Van Der Sar, Wayne Rooney, Park Ji Sung, Rio Ferdinand, Michael Carrick dan Ryan Giggs. Mereka adalah para punggawa The Red Devils.
<br/><br/>
Ya, iklan tersebut menandai rangkaian kedatangan Raksasa Premier League dalam rangka tur Asia, dan beruntunglah negeri kita bisa dipilih sebagai salah satu tempat persinggahan tamu agung tersebut. Tapi apa dinyana, sebuah Bom meledak di hotel tempat rencana para pemain MU menginap. Bom tersebut bukan hanya menghancurkan beberapa bagian dari Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton tetapi juga meluluhlantakkan harapan para penggemar setan merah untuk melihat langsung para pujaannya mencicipi rumput Gelora Bung Karno.
<br/><br/>
Apapun motivasinya, peledakan tersebut bukan hanya membatalkan kedatangan mantan juara Champions League ke tanah air, namun juga semakin mencederai citra Indonesia di mata internasional. Kecewa??? Mungkin iya meskipun Aku bukan penggemar MU (Aku sendiri adalah pengemar Liverpool), namun setidaknya kedatangan mereka akan sedikit mengobati kerinduan penggemar sepakbola tanah air yang sudah lama tidak disinggahi tim besar sekaliber MU. Tidak perlu terlalu ditangisi, toh kedatangan setan merah adalah bukti kapitalisme global. Mereka meraup keuntungan milyaran dari hasil tur tanpa meninggalkan kemajuan signifikan bagi persepakbolaan Asia begitulah kira-kira bunyi pernyataan ketua AFC. Disinggahi MU bukan garansi permainan dan kualitas pasukan merah putih akan membaik.
<br/><br/>
Kembali ke pembicaraan awal. Apa sebenarnya maksud judul di atas? Begini ceritanya…
<br/><br/>
Manchester United adalah hanyalah sebuah klub kecil diawal decade 90-an. Tak banyak orang yang mengenal klub bermarkas di Old Trafford ini sampai seorang pria Skotlandia datang mengubah sejarahnya. Alex Ferguson menyulap tim ini menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya. Selama berkiprah di Britania raya, hanya tiga tim yang mampu menjadi kerikil yang menghalangi jalan MU,mereka adalah Blackburn Rovers, Arsenal, dan Chelsea. Di tangan pria berkacamata ini, MU menjadi tim dengan manajemen paling sehat, menjadi klub terkaya di dunia dan yang paling penting segudang prestasi telah ditorehkan. Puluhan gelar Premiership, Community shield, Piala FA, Piala Carling, Piala Toyota dan Super Eropa di genggamnya. Dan yang paling fenomenal adalah gelar Treble Winner di tahun 1999. Manager setan merah ini berhasil mengawinkan Gelar liga, piala FA dan Piala Champion, sebuah pencapaian prestisius bagi klub dataran Inggris, belum pernah ada klub negeri Ratu Elizabeth yang meraih hasil serupa. Hal yang kemudian membuat Pangeran Charles menganugerahinya gelar kebangsawanan, jadilah ia disapa “Sir Alex Ferguson”.
<br/><br/>
Kepemimpinan Sir Alex lah yang mengubah jalan hidup MU. Pintar memotivasi pemainnya namun tidak mentoleransi kesalahan. Sifat otoriter dan tegas membuatnya sangat dihormati kawan dan disegani lawannya. Jangan sekali-kali mempertanyakan keputusan yang dikeluarkan pria berambut putih ini, ataukah sang pemain ini sudah bosan menjadi bagian timnya. Tidak segan-segan Sir Alex mendepak pemain yang berani menentangnya walaupun dia berstatus bintang. Jaap Stam, Ruud Van Nistelrooy, David Beckham, Roy Keane, Carlos Tevez sampai Cristiano Ronaldo harus angkat koper dari klub yang bermarkas di Stretford ini hanya karena mereka berani “berulah”.. Hal lain yang menjadi ciri khas pria ini adalah dia tidak jor-joran berbelanja pemain mahal dengan status bintang. Dia lebih senang berinvestasi membeli pemain muda lalu mendidiknya menjadi pemain hebat. Kehilangan bintang tak akan ditangisi oleh beliau, karena baginya hal ini berarti kesempatan menciptakan bintang yang lain. The Red Devils layaknya sebuah kampus yang mendidik para pemain sepakbola dengan Sir Alex sendiri menjadi kepala sekolahnya. Sederet prestasi inilah yang membuat Stadion Old Trafford kandang MU dijuluki Theatre of the Dream. Sebuah landscape dimana semua pemain sepakbola bermimpi menjadi ambil bagian di dalamnya. Sir Alex dengan segala kontroversinya telah mengukir tinta emas bagi perjalanan MU dan menjadikannya tim elit di daratan Eropa dan Dunia
<br/><br/>
Lalu hubungannya dengan ETOS apa??
<br/><br/>
Terlalu naif mungkin kalau membandingkan Manchester United dan Makassar Utama (Beastudi ETOS Makassar, red) apalagi membandingkan pengelolanya dengan Sir Alex Ferguson (waduh… mimpi kali yee). Namun Aku ingin menarik sebuah analogi tentang keduanya. ETOS Makassar relatif mempunyai manajemen yang relatif sehat, setidaknya itu tercermin dari hasil evaluasi ETOS pusat. Manajemen Makassar memiliki kelengkapan yang memungkinkannya menjadi Juara, namun yang sejauh ini semuanya itu belum terlihat.
Berangkat dari keresahan tersebut, dalam sebuah Rapat Wilayah Aku meminta kepada Korwil Makassar agar diberikan angkatan termuda untuk Aku bina, Aku meminta diberikan keluasan bereksperimen dan asrama dipisahkan. Dalam bayangan Aku, ini akan menjadi pilot project pembinaan generasi terbaik. Asrama dipisahkan bukan untuk merenggangkan ukhuwah namun mensterilkan etoser dari penyakit kronis seniornya. Dan pada akhirnya akan ada perbandingan antar asrama yang menjadikan asrama itu bersaing sehat.
“Berikan Aku waktu setahun untuk mengubah etoser 2008 makassar untuk menjadi etoser Makassar terbaik yang pernah ada, jika dalam waktu tersebut tidak ada perubahan signifikan atau malah terjadi sebaliknya, Aku siap mengundurkan diri”. Demikian pernyataan ku tegas di depan korwil dan pendamping lain. Ada pendamping yang memperhatikan, ada yang tersenyum, ada yang diam saja, Aku tidak tahu makna diamya itu apa. Namun Aku bersyukur korwil merespon positif usulanku.
<br/><br/>
Petualangan baru saja dimulai, ternyata konsekuensi pernyataan Aku tidak segampang yang dibayangkan. Sendirian menghadapi belasan anak lelaki yang masih membawa sifat asli mereka dari kampung bukanlah pekerjaan mudah. Mulai dari dari masalah cuci piring, rendaman pakaian, kerapian kamar sampai pengaturan sandal, harus bekerja keras mengatur itu. Setiap hari Aku harus marah untuk sampai menghukum Push up, isi kolam, bersihkan kamar mandi sampai membuat tulisan jika ada yang melanggar.
Ada yang harus ditegur karena kebiasaannya tidur dilantai, padahal itu buruk untuk kesehatannya, ada yang masih senang makan nasi dengan garam dengan alasan suda terbiada dan mengirit. “Otak mu butuh nutrisi, gimana IP bisa tinggi kalau makannya nasi garam?” harus ekstra usaha untuk mengubah cara berpikir mereka.
Kadang Aku berpikir terlalu keras dalam menghadapi mereka, sampai ada seorang etoser yang pernah mendapat tugas, ragu memperlihatkan karyanya karena takut dimarahi. Aku tertegun “Seperti inikah imej yang terbangun di kepala adik-adik tentang Aku?” ah tidak apa-apa, itu hak mereka untuk menilai. Aku juga tidak menolak itu, karena sifat itu Aku warisi dari orang tuaku yang asli Makassar.
<br/><br/>
Di lain kesempatan seorang etoser ikhwan pernah mempertanyakan aturan asrama yang dirasa terlalu mengatur masalah pribadi sampai sandal pun dipermasalahkan. Aku cuma menjawab, “Visi ETOS adalah menciptakan pemimpin yang dapat merubah bangsa ini menjadi lebih baik, dan jangan pernah bermimpi merubah bangsa yang besar ini kalau ngatur sandal saja tidak becus!!” demikian jawabku tegas dengan tatapan meyakinkan. Pernah seorang pendamping mempertanyakan keputusanku melepaskan adek etoser yang berstatus “bintang”, Aku Cuma menjawab singkat “Aku akan ciptakan bintang yang lain!!”
<br/><br/>
Aku bermimpi menjadi Sir Alex Ferguson bagi MU. Dengan gaya kepemimpinan yang “mirip”, Aku ingin menjadikan ETOS sebagai kampus alternative dimana didalamnya Etoser belajar memaknai hidup bukan menikmati hidup.
Dalam alam bawah sadar, ku gambarkan ETOS sebagai Theatre of the dream, dimana ketika orang berbicara tentang ETOS, yang mereka bayangkan adalah sebuah lembaga sumber daya manusia yang menghasilkan orang terbaik Hingga suatu saat orang tidak lagi bertanya “yang mana etoser Makassar?” tapi berkata “Inilah etoser Makassar!!”
<br/><br/>
Buat adik-adikku etoser Makassar yang sedang berkompetisi dalam acara Temu Nasional 2009, selamat berjuang, jadilah yang terbaik.
Kalian sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, sekarang tinggal memetik hasilnya.
“Kesuksesan itu akan datang pada mereka yang berjuang mendapatkannya bukan pada mereka yang hanya mengharapkannya. Tidak ada harga yang pantas untuk sebuah kesuksesan selain perjuangan dan pengorbanan”
Berkilaulah EMAS 08, Ewako !!!
</span>Lenterahttp://www.blogger.com/profile/11950761668249219001noreply@blogger.com0