Latest News

Pengumuman hasil tes wawancara Beastudi ETOS Makassar

Posted by Lentera on Kamis, 27 Mei 2010 , under | komentar (0)



Berikut ini adalah nama-nama peserta tes wawancara Beastudi ETOS Makassar yang dinyatakan lulus interview, bagi adek-adek yang belum lulus jangan bersedih hati, mungkin lain waktu masih ada kesempatan . Selanjutnya Bagi Adek-adek yang lulus, kami ucapkan selamat dan belajar giat untuk menghadapi SNMPTN dan kami harap bagi sudah mendaftar SNMPTN agar mengirimkan nomer ujian tes disertai nama dan asal sekolah. Bagi adek pendaftar etos yang lulus bidik Misi, POSK, JPBB mohon juga konfirmasi ke kami.

No. Nama Asal Sekolah
1 Alfia Patandungan MAN BARAKA ENREKANG
2 Anaruddin SMAN 1 Barru
3 Andi Tenriawaru MAN 2 Model Makassar
4 Angraeni SMAN 1 Bone-Bone
5 Arnis Marselina SMAN 1 LEMBANG PINRANG
6 ASBAHAR SMAN 1 MAMUJU
7 Asbar Hamzah SMAN 1 Alla Enrekang
8 Athirah Pratiwi SMAN 1 Sinjai Selatan
9 Baharuddin SMAN 1 LEMBANG PINRANG
10 Besse Ummul Khair MAN Pompanua Bone
11 BQ.SRI WAHYUNINGSIH MAN 1 PRAYA NTB
12 CELSIA KALSUM SMAN 1 BUA LUWU
13 Desi Arini Lestari P SMAN 1 Bone-Bone
14 DEWI MUSTABSYIRAH SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG
15 Eka Verawati SMAN 1 Sape
16 FITRIANI SMAN 1 MASAMBA LUTRA
17 FITRIWATI SMAN 1 TOMONI LUTIM
18 Hadriani SMAN 1 Mandai
19 Haerani SMAN 1 AWANGPONE BONE
20 Hamriati Hamzah SMAN 1 LEMBANG PINRANG
21 Handayani MAN 3 Makassar
22 Hasanuddin SMAN1 Sinjai Timur
23 HASLINDA SMAN 1 MASAMBA LUTRA
24 Hasnah SMAN 1 LEMBANG PINRANG
25 Hasni SMKN 3 Takalar
26 Hasniati SMAN 2 Binamu
27 HENRI SMAN 1 TAMALATEA JNP
28 Herni SMK 1 Malili
29 Ikram Susanto SMAN 1 Alla Enrekang
30 Irdianti SMAN 1 Pangsid
31 Irmawati SMAN 1 Barru
32 JUNAEDI SMAN 1 GALESONG UTARA
33 Jannati SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG
34 JUMRANG SMK NEGERI 1 PINRANG
35 Juwita SMAN 1 Belopa
36 KHAERUL AMRI SMAN 1 SINJAI TIMUR
37 Kiki Musliati SMAN 2 Palopo
38 Megawati SMAN 1 Malua
39 Mirnawati SMAN 1 Barru
40 MUH NUR IMAM AKBAR N PONPES SAMATA GOWA
41 Muh. Anwar SMKN 1 Bungoro Pangkep
42 Muh. Ilyas AN MA Al Mubarak DDI Tabarakka
43 Muh. Mudir Akrab MA Al Hikmah
44 Muh.Fadli SMAN 1 LEMBANG PINRANG
45 MUH.IBRAHIM SALEH MAN BARAKA ENREKANG
46 Muh.Nur Ilman Ruknuddin SMAN 1 Lembang
47 MUH.RAHMAN SYAH SMAN 1 KAJANG BULUKUMBA
48 Muhammad Suardi SMAN 1 Marusu
49 Mukammil MA Darul Istiqomah Puce'e
50 MURNI SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG
51 MUSDALIFAH SMAN 1 MANGKUTANA LUTIM
52 NURAISYAH SMAN 1 MAROS
53 Nurjannah MA Junaidiyah Luwu
54 Nurlina SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG
55 Nurlina SMAN 1 AWANGPONE BONE
56 Rahmawati SMAN 1 AWANGPONE BONE
57 Rapiah Tulhikmah SMAN 1 Galesong Selatan
58 Reski Olivia Duri SMA 1 Anggeraja
59 Rian SMAN 1 Bua Luwu
60 Riki Dermawan SMAN 1 Sukamaju Luwu
61 Risnawati SMAN 1 DUAMPANUA PINRANG
62 RITA FATIMA MA ALFALAH
63 Rosdiaman SMAN 1 Liliriaja
64 Rosmilasari SMA 1 Malua
65 RUSLAN SMKN 3 TAKALAR
66 RUSTAN SMAN 1 SINJAI SELATAN
67 Sakariah SMAN 2 Maros
68 Samania Ayu Sari Intang SMAN 1 Takalar
69 Sammawati SMAN 1 Mattirosompe
70 SARTRIANI SMAN 3 TAKALAR
71 Sitti Kartini SMAN 2 Binamu Je'neponto
72 sri trisnawati SMKN 1 LUWUK BANGGAI SULTENG
73 Suarni Sata SMAN 2 Binamu Je'neponto
74 Sudirman MA Muhammadiyah Panaikang
75 SULAEMAN SMAN 1 BARRU
76 Sumarni MAN Binamu Jeneponto
77 Sunarti Dampang SMU 3 Takalar
78 Surianti SMUN 18 MAKASSAR
79 Sutina Irhas Ciana SMAN 2 PASAR WAJO SULTRA
80 Syahiruddin SMK Neg.1 Bantaeng
81 Syamsinar MAN Binamu Jeneponto
82 Titik Puspasari SMU 1 Sinjai Borong
83 UMMI KALSUM SMAN 1 BONE-BONE LUTRA
84 Wahidah SMAN 1 Sinjai Timur
85 A. Jaya MAN Binamu Je'neponto
86 ABDUL RAHIM SMAN 1 SEBATIK KALTIM
87 Adi Slamet SMAN 1 Bone-Bone
88 AGUS SUTISNA MA AL-HIKMAH BARAS III MATRA SULBAR
89 AHMAD MASRI SMU 1 MATIROSOMPE PINRANG
90 Alias N. SMAN 1 MALUA ENREKANG
91 Amalyah febriyanti SMUN 18 MAKASSAR
92 Ambo Tang SMAN 1 Maniangpajo
93 Andi Reskianti Wardani SMAN 1 Sinjai Timur
94 Asma Susanti SMAN 2 Binamu Je'neponto
95 Asmira B MAN Binamu Je'neponto
96 Asri Ashari Syam SMK Keperawatan Husada
97 Budiani Ana SMAN 1 Lakudo Buton
98 DAHRUL ALAMSYAH SMKN 1 BIMA NTB
99 DIAN FITRIANY SMK 1 WATANG PULU MAROS
100 Fifit Chandra MAN 3 Makassar
101 Hajriana SMAN 1 Belopa
102 HAMRIANI SMAN 1 TAKALAR
103 HAMSIATI SMAN 2 BINAMU JNP
104 Hardiana MAN 1 Bone-Bone
105 HASANUDDIN SMKN 8 TEKNOLOGI JNP
106 HISMAWATI ANIWAR SMAN 1 TAMALATEA JNP
107 Ika Purwinda Ridwan SMAN 1 LEMBANG PINRANG
108 Irsan SMKN 1 Bantaeng
109 Jamil MAN Binamu Je'neponto
110 Jasriah Jasman MAN Baraka Enrekang
111 Jusmaeni SMAN 1 Barru
112 KASMAWATI MA MUH PANAIKANG BANTAENG
113 LISTIKA SUSILAWATI MAN 1 PRAYA NTB
114 Muh. Akhsa SMAN 2 Bua Panrang
115 Muh. Arfah SMAN 1 galesong selatan
116 MUH. HUSAENI SMAN 1 POLMAN
117 NASRUDDIN PONPES SAMATA GOWA
118 NIRMALASARI SMA LASINRANG PINRANG
119 Nurheni Sawarti SMAN 1 Sape
120 Nurullah MAN Binamu Jeneponto
121 RAHMI MUSTAFA SMAN 1 UNGGULAN PALOPO
122 Ramlah G. MAN Binamu Jeneponto
123 Risal SMAN 1 Tamalate
124 ROSMIATI SMAN 1 GAL SEL TAKALAR
125 Saeful Bahri SMK 1 Bulukumba
126 SAMIUN PATI SMA COKROAMINOTO
127 SIDAR SMAN 2 TAKALAR
128 ST.HATIJAH ARSYAD MAN 1 MAKASSAR
129 Suharni SMAN 1 Galesong Utara
130 SYAHRUL RAUF SMAN 1 POLEANG TIMUR SULTRA
131 Syahrullah Rahmat SMKN 8 Jeneponto
132 SYAMSUL ALAM SMAN 1 TAMALATEA JNP
133 TOMMY SMAN 1 BELOPA LUWU
134 Wira Handayani SMAN 1 Unggulan Kamanre
135 Yuslin SMA N 2 PASAR WAJO SULTRA
136 ZULFIAH MAN PANGKEP

Senyuman di balik awan

Posted by Lentera on Jumat, 21 Mei 2010 , under | komentar (1)



Apa arti sebuah senyuman? Senyuman adalah lambang kesenangan, seseorang akan tersenyum ketika mendapat sesuatu yang ia dambakan lalu menarik kedua otot pipinya sebagai tanda ia bahagia. Senyuman simetris kiri dan kanan disertai bahasa tubuh lain penting dalam menjalin sebuah relasi kata Ari Ginanjar, semua orang bisa tersenyum namun tidak semua bisa tulus dan menyenangkan orang lain kata Aa Gym, karena jika ukurannya hanya senyum maka Hitler dan Westerling pun tersenyum kala ia menghabisi nyawa para penentangnya. Senyum yang akan kita bahas adalah tipe senyum lain, senyuman yang terselip diantara kesusahan, pahit, getir, hambar. Otak memaksa untuk tersenyum, namun mata menangis dan hati meringis. Senyum sebagai pertahanan terakhir agar tidak kalah, bukan untuk menyenangkan orang lain, hanya sebagai satu-satunya sarana menghibur diri....

***

Aku terbangun cepat seperti biasanya, mendahului jiwa-jiwa yang masih nyenyak di zona unconscious dengan segala mimpi-mimpinya, sebelum sang ayam jantan mengepakkan sayapnya tiga kali, membusungkan dada dan mengumumkna bahwa demi malam akan segera beranjak pergi digantikan Putra sang fajar mengikuti ketetapan manzilah yang digariskan sang Maha kuasa. Selepas shubuh, kuambil semua pekerjaan rumah, mencuci piring dan memasak. Kutunaikan semua pekerjaan ibu, bukti baktiku karena ia pernah memberiku tempat diantara difragma dan tulang sulbinya.

Lima kilometer tidaklah terlalu panjang demikian bisik sanubari menghibur diri, lima kilometer adalah lambang perjuangan melawan segala keterbatasan. Jarak yang tiap hari menantangku dan tiap hari kutaklukkan demi menuntut sebaris ilmu. tak jarang aku terlambat datang kesekolah dan ditegur guru namun aku hanya bisa tersenyum dan minta maaf, bukan menangis agar beliau mengasihani dan memaafkanku, karena bagiku menangis dan mengeluh hanya untuk orang yang kalah dan aku sendiri tak akan mengalah pada zaman. Suatu ketika karena menghadapi ujian semester aku memotong jalan karena tak ingin terlambat, melewati kebun dan persawahan namun sang jarak nampaknya tersenyum sinis dan tak ingin kukalahkan dengan mudah, ia membentangkan sungai kecil di hadapanku, karena saat itu sedang musim hujan dan sedikit banjir. aku berhenti sejenak dan berpikir apakah aku akan melompati air ini? Nasib ternyata masih sedikit bermurah hati yang menginspirasiku dengan mengirimkan seseorang pria yang menyeberang dengan bertumpu pada kayu di tengah sungai, segera saja aku mengikuti caranya. Saat aku melompat tiba-tiba byurrr...splash... Kakiku terendam setinggi lutut dengan gerak reflex aku menyelamatkan rokku agar tidak basah. Ternyata itu jebakan, kayu itu terapung dan tidak mampu menahan beratku. Batinku berterak lantang “TIDAK PUASKAH KAU MEMPERMAINKANKU ??? desah nafasku menderu namun cepat-cepat aku beristighfar dan meredam emosi, karena tak ada gunanya mengeluh. Kini aku dihadapkan pada dua pilihan, pulang kerumah meski jaraknya sudah jauh atau tetap ke sekolah memakai sepatu dan kaos kaki basah dengan resiko teman akan menertawaiku. Bismillah... aku mengambil pilihan kedua !!. sesampai di sekolah teman seruangan ujianku telah berbaris rapi, aku pun langsung mengambil barisan, menyadari kehadiranku teman di depan menoleh dan memperhatikanku dari atas ke bawah. Pandangannya berhenti pada kaos kaki ku yang basah serta sepatuku yang berlumpur, dan reaksinya kemudian adalah tertawa, gelak tawa yang mengundang perhatian yang lain dan memicu reaksi berantai. Gelak tawa lain, pandangan merendahkan, serta bisikan membuatku merasa terpojok, tiba-tiba aku merasa seperti kancil malang diantara kumpulan gajah, meski beberapa dinatara mereka masih menaruh empati. Aku membalas tawa mereka dengan tersenyum, dengan senyum itu aku mencoba tegar dan tidak terpuruk dihadapan mereka. Ya... hanya senyum yang bisa kulakukan saat itu.

***

Hal lain yang tak bisa kulupakan suatu ketika selepas pulang sekolah. Saat itu raja siang sedang menunjukkan superioritasnya, kembali menguji ketegaranku di jalan lima kilometer itu. gelombang panas yang begitu dahsyat ia kirimkan menyajikan fatamorgana yang indah menari-nari namun sebenarnya hampa. Aku tak peduli dengan terik yang ia pertontonkan tapi ternyata skenarionya lain. Fatamorgana yang kelihatan seperti air sejuk malah memanaskan jalanan aspal yang kulalui dan melelehkan sol sepatu yang kupakai padahal perjalanan masih jauh. sepatu itu memang mudah meleleh karena bahan dasarnya dari karet dan didesain bukan untuk tahan panas melainkan tahan air. Sepatuku menyerah hari itu menghadapi nasib dan turut menyeretku ke lubang penderitaan yang lebih dalam. Kakiku terasa panas dan sakit karena langsung bersentuhan dengan aspal, melengkapi nelangsa bahwa hari itu kaki kananku sedang keseleo. Sambil memegang kaki kuseret tubuh dan langkahku menyusuri jalan itu, setiap langkahku seakan semakin memperdalam lukaku, hanya dengan bekal semangat dan manipulasi pikiran bahwa sebentar lagi aku sampai kerumah yang membuatku tetap bertahan dan tidak jatuh. Sesosok manusia memperhatikanku dari jauh, menghitung setiap gerak langkahku. Ibuku dengan pandangan sayu menungguku di gubuk kami yang beratapkan daun sagu. sesampai di rumah ibu memelukku erat, kami berdua menangis, menangisi nasib yang belum ingin berbelas kasihan kepada kami, namun aku percaya yang maha kuasa melihat kami dan akan tetap menyayangi kami dengan caranya. Jalan ini menjadi prasasti hidupku, bukti perjuanganku yang membedakan dengan teman main kecil yang jatuh dan berguguran di jalan lima kilometer ini hanya karena malu dan tak ingin jalan kaki ke sekolah. Yang membuatku tetap berjuang dan bertahan adalah motivasi. Motivasi inilah yang tetap memberiku mimpi dan suatu saat aku tak lagi menjadi Sang pemimpi namun sang penakluk mimpi yang setia tersenyum mengarungi hari

***

Ku duduk sendiri disini
meratapi nasib yang tak pasti
mencoba mengangkat wajah dari rumput gersang
tuk menatap langit yang telah usang

Tangis menghiasi hati yang terluka
sedang langit menyapaku dengan tawa
mungkin ia ingin menghiburku
dengan bentuk awan yang begitu lucu

kini impian telah pergi jauh
meninggalkanku yang sedang merintih
tak perlu disesali yang telah terjadi
inilah hidup yang harus dijalani

angin membawa kabar yang begitu gembira
mengembalikan nasib dan impian ke setitik cahaya
memberikan begitu banyak kebahagiaan
dengan senyuman dibalik awan

seri catatn interview beastudi ETOS

Yang tersisa dari aksi etos

Posted by Lentera on Selasa, 11 Mei 2010 , under | komentar (0)



Negeri ini sedang mempertontonkan opera kepada rakyatnya. Dimulai ketika bencana gempa sumatera barat. Peristiwa yang memilukan hati dan menggugah rasa kemanusiaan, selama kurang lebih sepekan berbagai media menampilkan kondisi pasca gempa, korban berjatuhan dan infrastruktur hancur membuat miris siapapun yang melihatnya, oleh pemerintah kejadian tersebut dihargai dana rekonstruksi Rp. 800 milyar, ya 800 M. kejadian yang begitu dahsyat, banyak korban jiwa cukup dihargai dengan jumlah segitu, namun yang ironi, untuk penyelamatan Bank Century, sebuah bank kecil yang bahkan mungkin kita tidak pernah mendengar sebelumnya sampai kasusnya muncul di TV, dengan dalih mencegah dampak sistemik pemerintah mengucurkan dana dengan angka luar biasa Rp. 6,7 TRILYUN !!!. butuh 7-8 gempa yang sama dengan tragedy di sumatera barat agar pemerintah mengucurkan dana segitu banyak, namun untuk kasus bank century yang hanya mewakili segelintir orang begitu gampangnya dana itu keluar. Sebuah lelucon yang tidak lucu sama sekali.

Belum reda kasus ini bergulir kembali departemen keuangan membuat sensasi. Seorang pegawai ditjen pajak bernama Gayus Tambunan menilap uang pajak sebesar 28 milyar. Gayus adalah seorang pegawai golongan III A, namun catatan kekayaannya mencengangkan. Memiliki beberapa rumah mewah, apartemen mewah dan tidak kurang lima mobil mewah, semuanya itu dilengkapi dengan tabungan Rp. 28 milyar, sebuah angka yang tidak mungkin jika hanya mengandalkan gaji pegawai negeri. Gaji para pegawai pajak lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai lain, dengan asumsi bahwa mereka tiap hari bergelut dengan uang yang bisa membuat mereka silau maka departemen keuangan mengeluarkan kebijakan remunerasi, gaji pegawai keuangan dinaikkan agar tidak terjadi korupsi, namun semua itu tinggal mimpi, kalau kita berbicara usrusan dunia maka hal itu seperti air laut semakin diminum maka kita semakin haus. Bahkan menurut pengakuan gayus, untuk level pegawai golongan III A seperti dia kasus yang ia tangani hanyalah kasus kecil, dengan kata lain terungkapnya kasus gayus hanyalah fenomena gunung es di lingkungan pegawai pajak.

Semuanya itu dilengkapi dengan rencana departemen agama yang ingin mensentralisasi zakat. Jika kita lihat tinjauan syariah, memang bahwa seharusnya zakat itu dikelola Negara, namun ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam ini. Pertama pemerintah Indonesia tidak menganut system syariah jadi tidak fair jika kemuadian in gin memaksakan kehendaknya dengan dalih syariah, bahkan departemen agama pun tidak pernah berbicara mengelola Negara dengan system syariah. Pertanyaan yang lain juga bahwa kenapa departemen agama tiba-tiba berbicara syariah, kenapa dalam hal zakat saja. Jika kita merunut pada Rukum Islam yang lima perkara. Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji, track record depag selama ini hanya mengurusi Zakat dan Haji, tidak konsen mengurusi syahadat, Sholat dan puasa karena tidak ada keuntungan financial yang bisa diambil dari ketiga hal tersebut, hal lain bahwa apakah penglolaan zakat dan haji oleh depag bagus??? Tidak sama sekali, masih segar dalam ingatan kita bagaimana jamaah haji terlunta lunta karena tidak mendapat menginapan dan makanan. Dan dengan entengnya menteri agama dalam jumpa persnya mengatakan hal itu terjadi karean pemerintahan tidak mendapatkan penginapan murah dan catering murah, orang rela membayar hingga Rp. 30 juta oleh departemen agama dihargai dengan penginapan murah dan catering murah. Belum lagi, mantan depag yang masuk penjara karena kasus korupsi. Sungguh memalukan, sebuah lembaga moral yang seharusnya mengajari rakyatnya beretika malah pimpinanya tersandung kasus akhlak.

dengan serangkaian isu tersebut, maka untuk pertama kalinya green light community turun gunung pertama kalinya untuk melakukan aksi. isu sentral yang diusung adalah sentralisasi zakat oleh departemen agama, ditambah dengan momen korupsi gayus maka kloplah sudah persiapan turun aksi. aksi dimulai dengan berkumpul di mesjid 45 lalu long march ke fly over selanjutnya bergantian orasi di bwah fly over. aksi berlangsung tertib, saya sendiri lebih banyak mengamati dari jauh dan berdiskusi dengan jajaran intelijen polresta makassar timur. Intel polisi banyak bertanya tentang organisasi ini, kenapa baru muncul dan isu apa yang diusung. saya lalu menjelaskan kepada pak polisi semua pertanyaannya, satu hal lagi yang saya tekankan kepada bapak intel bahwa aksi ini akan damai, tidak akan ada anarkis, kami sendiri ingin memperlihatkan bahwa menyampaikan pendapat itu bisa tetap santun tanpa ada pihak yang merasa di rugikan dengan aksi tersebut. aksi berlangsung terbit, selepas itu kami sedikit memberi ala kadarnya kepada pak polisi, komandan polisi terlihat sangat surprise dengan tersenyum dia berkata “Kalian demo setiap hari juga boleh, kalau kalian demo, saya duduk-duduk saja di pos sana karena saya yakin aksi kalian akan berlangsung aman. terima kasih nak”

Tamalanrea, 11 Mei 2010 selesai Ba’da isya, meski kelelahan selepas interview ETOS

Kontroversi Pergub retribusi mahasiswa profesi

Posted by Lentera on , under | komentar (0)



Pagi yang cerah untuk memulai hari, hari ini agenda ke Daya untuk tes wawancara namun dalam perjalanan ada pemandangan menarik, sekumpulan mahasiswa dengan memakai almamater merah sambil membawa poster berkumpul di depan PRIVATE CARE CENTER DR WAHIDIN SUDIROHUSODO, dari lambang atribut di lengan kanan almamater sepertinya mereka dari BEM Fakultas Kedokteran. saya bertanya dalam hati “ada apa mahasiswa kedokteran demo?”, “persoalan apa yang mereka tuntut” sampai akhirnya saya bertemu adik kelas yang sedang coass dan menjelaskan bahwa yang mendorong mereka aksi adalah peraturan gubernur tentang retribusi bagi coass dan residen serta semua mahasiswa yang magang di rumah sakit. Dalam hati saya berkata “Sudah lama kami di’pajaki’ di rumah sakit”.

Peristiwa menarik ini menjadi headline di media cetak selama beberapa hari. Jarang sekali mahasiswa kedokteran turun aksi, selama ini bagi mahasiswa lain, laskar hipokrates seperti bersembunyi di balik tembok kokoh fakultas kedokteran layaknya kerajaan dengan status otonomi khusus yang susah ditembus, sangat eksklusif dan para mahasiswa penghuninya pun tenggelam dalam tugas dan diktat tebalnya, dan jika mereka turun aksi pastilah ada Sesuatu yang mengusik ketenangannya dan membangunkan dari tidur panjangnya. Segera saja peristiwa ini jadi berita besar bahkan sampai beberapa “pembesar” kedoktran macam dr. Akbar Sp.S (Ketua ikatan dokter Indonesia), Prof. dr Syamsu Sp.PD (Ketua bidang pelayanan medis dan ketua PPDS FK UH) sampai rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi pun angkat bicara. sebuah bukti bahwa peristiwa ini bukan sesuatu yang main-main. Teriakan para Coass dan residen terdengar sangat keras bagai lonceng kematian bagi pemerintah provinsi bahkan pengamat sosiolog unhas menilai ini adalah blunder fatal Gubernur Syahrul Yasin Limpo dan bisa menjadi bola panas yang menggoyang kursi empuknya kepemimpinannya, tidak ingin sekedar dianggap menggertak pihak Fakultas Kedokteran menarik coass dan residen dari RS pemprov sebagai bukti keseriusan mereka. Segera saja diadakan pertemuan dengan pihak fakultas dan dinas kesehatan dan menghasilkan poin bahwa poin pergub retribusi residen dan coass untuk sementara ditangguhkan.

Ada beberapa poin penting dari aksi mahasiswa kedokteran ini Pertama : Stigma dan nilai para dokter di masyarakat sangat tinggi, ekslusivitas ini pintar dimanfaatkan oleh mahasiswa FK sehingga aksi ini mendapat simpati luar biasa bahkan media cetak menjadikannya headline, padahal dari segi skala dan jumlah mahasiswa yang diturunkan tidak jauh beda dengan aksi mahasiswa pada umumnya Kedua : Dukungan pihak birokrasi fakultas terhadap aksi mahasiswa ini membuatnya terdengar lebih nyaring. bahkan dengan tegas pihak menarik koass dan residen dari RS pemprov sebagai wujud dukungan nyata terhadap perjuangan mahasiswa. Ketiga : Solidaritas sesama komunitas berseragam putih juga patut mendapat apresiasi. Solidaritas itu ditunjukkan oleh dukungan ikatan dokter Indonesia sebagai organisasi profesi yang memayungi mereka. seakan akan para petinggi IDI berkata “Jangan main-main dengan para dokter”, karena mereka punya posisi dan bargaining untuk itu. singkat kata empat jempol buat aksi mahasiswa kedokteran ini karena merekayasa sedemikian rupa sehingga mendapat dukungan Media, eksekutif dan legislatif lantas membuat aksi ini terlihat dan terdengar besar. hal diatas membuat saya cemburu, sudah lama kita para perawat harus membayar upeti masuk rumah sakit, saya ingat sekali di gelombang kami kakak ners B pernah mempermasalahkan biaya praktek yang membengkak dari Rp. 36 ribu / minggu / bagian menjadi Rp. 80 ribu / minggu / bagian, kejadian ini menimbulkan riak namun tidak beresonansi. dan itu sudah berlangsung turun temurun. Pertanyaannya, uang yang kami bayarkan sebenarnya untuk apa? pihak PSIK menjelaskan bahwa itu untuk biaya CI lahan, sebesar itu kah biaya untuk CI lahan? kenapa tarif tiap rumah sakit berbeda-beda? apakah insentif CI juga beda-beda? bahkan beberapa dari kami malah terkadang tidak mendapat perlakuan simpatik dari CI lahan, dirumah sakit juga untuk duduk saja kita bersaing dengan mahasiswa lain. tetapi anehnya dalam sebuah keterangan pihak wahidin malah mengatakan retribusi itu adalah peraturan pemerintah, lantas kenapa mahasiswa kedokteran tidak membayar selama ini? bahkan pergub retribusi ini baru akan disahkan dan mendapat tentangan, Nah lho? Kedua : Advokasi pihak Institusi PSIK terhadap mahasiswa profesi ners seperti apa? dengan gagahnya Pihak FK mengawal aksi mahasiswanya sampai duduk bersama dengan pihak Dinas kesehatan untuk membahas hal ini. menarik para koass dan residen sebagai bukti mereka juga serius menanggapi isu ini. menanggapi hal ini pula Ketua forum PTS keperawatan se-Kopertis wilayah IX Sulawesi, Julianus Ake M.Kep mengumpulkan anggotanya untuk membahas hal ini. Sudahkah pihah PSIK melakukan hal sama? Ketiga : dukungan nyata juga terlihat dari IDI sebagai organisasi profesi dokter. kemana suara PPNI ? dukungan apa yang diberikan oleh organisasi profesi perawat ini? ataukah tidak peduli sama sekali?

Tulisan ini kami buat bukan untuk melecehkan atau merendahkan pihak manapun, motivasi dari tulisan ini semata-mata hanyalah bentuk keresahan dan kepedulian terhadap dunia keperawatan. kami melihat kejadian pergub retribusi ini bisa menjadi momen bagi seluruh perawat untuk menselaraskan langkahnya agar tak lagi dipandang sebelah mata, sampai kapan nasib kita harus diperjuangkan orang lain? kenapa bukan kita yang memperjuangkannya sendiri? jika permasalahan ini tidak mampu kita atasi, maka kesejajaran hanya akan menjadi bahan diskusi dalam kuliah dan terbatas terdengar di lantai empat PSIK saja. Kesejajaran yang kita idamkan hanya akan menjadi utopia selamanya, karena kita tidak mampu memposisikan diri sebagaimana mestinya.

Wallahu alam