The way home
Cerita ini bermula di sebuah pagi yang cerah di musim panas, ketika San-Woo (Yu Seung-ho) dan ibunya mengendarai sebuah bus ke sebuah pedesaan. Hal yang terang kemudian bahwa penumpang desa yang kolot mengganggu sang anak lelaki kota yang berumur tujuh tahun. Sang ibu membawa anaknya untuk dititpkan sementara dengan seorang neneknya (Kim Eul-boon) yang bisu namun tidak tuli yang berusia 78 tahun sementara ia mencari pekerjaan baru setelah usahanya gagal di Seoul. Akhirnya mereka sampai di tujuan, bus yang berdebu akhirnya berhenti di daerah luar kota Korea dekat sebuah desa pedalaman.
Sang-Woo tidak ada niat untuk menghormati neneknya yang bisu terutama karena rumahnya tidak ada listrik dan air ledeng. Ibunya minta maaf karena menitipkan anaknya, kemudian berkata kepada sang nenek yang sebenarnya adalah ibunya sendiri bahwa ia tidak bisa berlama-lama dan akan segera pergi begitu bus berikutnya datang. Sang-Woo yang sendiri kemudian mengabaikan neneknya, tidak ingin memperhatikannya bahkan memanggil neneknya dengan sebutan “lambat”.
Hari-hari selanjutnya Sang-woo hanya menghadirkan mimpi buruk dan membuat susah nenek, tidak mau makan masakan neneknya dan hanya sibuk dengan junk food dan mainannya. Karena memainkan game watch-nya terus menerus akhirnya game nya kehabisan baterai, Sang-Woo kemudian merengek dan memaksa neneknya untuk membelikannya yang baru, namun neneknya hanya seorang yang miskin-papa, dengan egois dia mendorong neneknya yang sedang mencuci, membuang sepatu neneknya, memecahkan perabot dan mencoret-coreti dinding gubuk neneknya.
Karena gagal mendapat uang dari neneknya, Sang-Woo mencuri tusuk rambut hiasan milik neneknya untuk ditukar dengan baterai, tapi ketika menemukan toko yang tepat justeru yang terjadi tusuk sanggul itu dipukulkan ke kepalanya dan disuruh pulang karena pemilik toko tersebut adalah teman sang nenek.
Suatu hari Sang-Woo minta Kentucky Fried Chicken, tapi sang nenek hanya mengerti “Chicken”. Dengan berhujan-hujan sang nenek menjual dagangannya untuk membeli ayam yang kemudian ia bawa pulang kemudian memasaknya bukan menggorengnya, ketika sang-woo terbangun dan dia lihat ayamnya dimasak, dia marah dan melempar makanan itu, walaupun akhirnya ia memakannya karena ia lapar terbangun di tengah malam. Paginya sang nenek sakit dan Sang-Woo panik, dia berusaha menghidangkan sisa makanan yang ia makan sambil merawat neneknya .
Dengan segala keterbatasannya karena menderita osteoporosis, Cuma satu hal yang sang nenek minta dari sang-woo, yaitu memasukkan benang ke jarum yang ia pakai buat menjahit sepatunya.
Sang-woo masih tetap marah dan bosan dengan lingkungan barunya yang tidak familiar, dan tetap menolak setiap usaha neneknya untuk mengasihinya. Namun perlahan mulai tumbuh iba di hatinya dikarenakan suatu hari Sang-woo melihat betapa kerasnya usaha sang nenek untuk membujuk pemblei agar membeli sayurannya, setelah sekian lama di pasar sang nenek mengajak sang woo makan mie dan membelikannya sepatu baru. Ketika di bus sang woo minta dibelikan Choco Pie.
Ketika sang nenek kembali dari warung memebli choco pie, sang-woo bilang ia mau naik bis sendiri karena gadis yang ia suka di bus bersamanya. Sang nenek berusaha menaikkan sisa dagangannya ke bus namun Sang-woo terus menolaknya. Lalu kemudian bus pergi. Sang-woo harus menunggu lama dan bertanya-tanya kenapa sang nenek tak kunjung tiba sampai akhirnya ia menyadari bahwa pulang dari kota membawa semua dagangannya dengan berjalan kaki.
Akhirnya sang woo mulai mencintai sang nenek, namun karean sang nenek buta aksara, sang woo mengajari sang nenek menulis. Sang-woo memohon sambil menangis kepada sang nenek untuk berusaha belajar menulis kata “Saya sakit” atau “saya merindukanmu” bahkan ia berkata jika pun seandainya ia tak dapat menulis sang nenek hanya butuh mengirim sebuah surat kosong dian ia akan tahu itu dari sang nenek kemudian ia kan berusah dating secepatnya. Akhirnya sang-woo dijemput ibunya untuk kembali ke Seoul. Perasaan terdalamnya akhirnya dia ungkapkan ketika bus yang membawanya beranjak pergi kemudian melangkah ke jendela belakang bus lalu melaimbaikan perpisahan yang menyedihkan baginya. Film ini ditutup dengan sang nenek terus tinggal sendiri di gubuknya ditemani surat cinta dari cucunya.
Sebelum berakhir, film ini memberikan catatan bahwa film ini dipersembahkan untuk seluruh nenek di dunia.
Currently have 0 komentar: