Lahan bernama karebosi
Jumat, 01 Januari 2010
, Posted by Lentera at 01.33
“Bagusmi tawwa karebosi ta”, demikian bunyi sebuah baliho besar di salah satu sudut kota daeng, di baliho itu terpampang foto seorang pemain kebanggaan klub sepakbola bumi anging mammiri,.
Gambar sang kapten tersebut mengajukan Jempol, tanda sebuah justifikasi akan segala perubahan yang terjadi lapangan yang sangat kental nuansa historis itu. Ya, Melanjutkan orientasi pembangunan pemerintah kota yang membanggakan pembangunan fisik, sebut saja Reklamasi pantai losari, rusunawa serta tower balaikota, karebosi telah berubah, bagai nyonya tua yang didandani, sepetak tanah itu menjelma menjadi putri Cinderella cantik melalui sebuah proyek prestisuis pemerintah kota bernama “Revitalisasi”.
Proyek itu bukannya tanpa hambatan, ada banyak pro kontra yang mewarnai pelaksanaan revitalisasi,terutama stasus karebosi sebagai lahan public, namun anjing menggonggong kafilah berlalu, pemerintah kota tak bergeming, dengan segudang alasan proses menyulap lahan persegi itu tetap di jalankan.
Alasan mendasar yang diungkapkan pak walikota bahwa karebosi di musim kemarau kering kerontang karena tak henti-hentinya dipakai oleh masyarakat tanpa ada perawatan dan dimusim hujan menjadi danau dadakan dikarenakan posisi karebosi yang sudah berada di bawah permukaan air laut.
Pak walikota mungkin tidak sadar bahwa bahwa kondisi demikian juga karena buah perbuatannya, lihat saja disekeliling karebosi. yang ada adalah jalan aspal yang meninggi dan bangun bertingkat membuat karebosi semakin tenggelam, dan secara topografi menurut pemerhati lingkungan hidup, letak karebosi memang rendah dikarenakan daerah ini menjadi lahan resapan karena di daerah sekitarnya sudah tidak ada lagi ruang terbuka.
Karebosi akan ditinggikan, didalamnya akan di beton untuk lapangan upacara serta di bawahnya akan dibangun mall serta lahan parkir. Lalu pertanyaannya, kalo demikian kemana air akan mengalir pak wali?
Seperti karma, proyek-proyek ini bermasalah dikemudian hari. Reklamasi losari menuai kontroversi dikarenakan disana sering diadakan konser music, padahal tak jauh dari sana berdiri sebuah rumah sakit yang pasiennya butuh ketenangan demi penyembuhan. Rusunawa bermasalah dengan air bersih karena areanya merupakan laut yang ditimbun. Belum lagi tower balaikota dibangun, warga sekitar mengeluh, dinding rumahnya retak-retak dan getaran hebat terasa dalam rumah ketika tiang pancang tower dijejalkan ke bumi. Dan yang paling fenomenal adalah jebolnya dinding mall bawah tanah karebosi yang tidak sanggup menahan tekanan air, karebosi agaknya tidak rela perutnya dejejali adukan semen. Agaknya bapak walikota kita perlu harus kembali mereview buku fisika SMA, terutama bab yang berbicara tentang hukum Archimedes.
Revitalisasi karebosi dibangun tanpa amdal, di bawahnya dibangun mall melengkapi pertumbuhan mall yang ada padahal pendapatan masyarakat tidak bertambah. Demi sebuah utopia kota dunia, pembangunan semrawut kota anging mammiri justru berpotensi menuai bencana.
Pulau Onrust peninggalan belanda abad 18 tidak pernah dijamah kata renovasi dikarenakan nilai histori yang berusaha dijaga pemda DKI. Tapi dengan naifnya pemerintah kota Makassar tega mengusik ketenangan karebosi demi setumpuk rupiah. Kota dunia yang diimpikan pak wali dengan kunjungan wisatawan asing justru akan menguap dikarenakan para turis tidak mencari mall, tidak mencari bangunan pencakar langit yang mereka bisa jumpai setiap hari begitu membuka mata di waktu pagi. Mereka mencari sesuatu yang tidak ada di Negara mereka, olehnya itu sangat bijaksana kalau kita mempertahankan nilai tradisi serta kearifan local.
Proyek itu bukannya tanpa hambatan, ada banyak pro kontra yang mewarnai pelaksanaan revitalisasi,terutama stasus karebosi sebagai lahan public, namun anjing menggonggong kafilah berlalu, pemerintah kota tak bergeming, dengan segudang alasan proses menyulap lahan persegi itu tetap di jalankan.
Alasan mendasar yang diungkapkan pak walikota bahwa karebosi di musim kemarau kering kerontang karena tak henti-hentinya dipakai oleh masyarakat tanpa ada perawatan dan dimusim hujan menjadi danau dadakan dikarenakan posisi karebosi yang sudah berada di bawah permukaan air laut.
Pak walikota mungkin tidak sadar bahwa bahwa kondisi demikian juga karena buah perbuatannya, lihat saja disekeliling karebosi. yang ada adalah jalan aspal yang meninggi dan bangun bertingkat membuat karebosi semakin tenggelam, dan secara topografi menurut pemerhati lingkungan hidup, letak karebosi memang rendah dikarenakan daerah ini menjadi lahan resapan karena di daerah sekitarnya sudah tidak ada lagi ruang terbuka.
Karebosi akan ditinggikan, didalamnya akan di beton untuk lapangan upacara serta di bawahnya akan dibangun mall serta lahan parkir. Lalu pertanyaannya, kalo demikian kemana air akan mengalir pak wali?
Seperti karma, proyek-proyek ini bermasalah dikemudian hari. Reklamasi losari menuai kontroversi dikarenakan disana sering diadakan konser music, padahal tak jauh dari sana berdiri sebuah rumah sakit yang pasiennya butuh ketenangan demi penyembuhan. Rusunawa bermasalah dengan air bersih karena areanya merupakan laut yang ditimbun. Belum lagi tower balaikota dibangun, warga sekitar mengeluh, dinding rumahnya retak-retak dan getaran hebat terasa dalam rumah ketika tiang pancang tower dijejalkan ke bumi. Dan yang paling fenomenal adalah jebolnya dinding mall bawah tanah karebosi yang tidak sanggup menahan tekanan air, karebosi agaknya tidak rela perutnya dejejali adukan semen. Agaknya bapak walikota kita perlu harus kembali mereview buku fisika SMA, terutama bab yang berbicara tentang hukum Archimedes.
Revitalisasi karebosi dibangun tanpa amdal, di bawahnya dibangun mall melengkapi pertumbuhan mall yang ada padahal pendapatan masyarakat tidak bertambah. Demi sebuah utopia kota dunia, pembangunan semrawut kota anging mammiri justru berpotensi menuai bencana.
Pulau Onrust peninggalan belanda abad 18 tidak pernah dijamah kata renovasi dikarenakan nilai histori yang berusaha dijaga pemda DKI. Tapi dengan naifnya pemerintah kota Makassar tega mengusik ketenangan karebosi demi setumpuk rupiah. Kota dunia yang diimpikan pak wali dengan kunjungan wisatawan asing justru akan menguap dikarenakan para turis tidak mencari mall, tidak mencari bangunan pencakar langit yang mereka bisa jumpai setiap hari begitu membuka mata di waktu pagi. Mereka mencari sesuatu yang tidak ada di Negara mereka, olehnya itu sangat bijaksana kalau kita mempertahankan nilai tradisi serta kearifan local.
Pelan tapi pasti Makassarku tercinta akan disesaki hutan beton. Pemandangan yang lambat laun akan kita saksikan adalah antrain panjang mobil yang istilah kerennya disebut MACET, Makassar akan menyaingi bendungan bili-bili di kala hujan karena genangan air berlebih atau yang lazim kita sebut dengan “banjir”.
Di musim kampanye pembangunan ini sangat dibanggakan dan menjadi jualan utama Pak walikota dengan teriakan “OPPOKI IASMO !!” “OPPOKI IASMO !!”. sekarang setelah revitalisasi bermasalah, hal yang harus kita adalah “MANAMOKO IASMO” !!! “ TANGGUNG JAWABKO IASMO” !!!
Currently have 0 komentar: