Latest News

MU Vs ETOS

Sabtu, 02 Januari 2010 , Posted by Lentera at 07.46

OK class, Please Repeat After me Ini Budi Budi bermain Bola Well Done

Begitu kira-kira bunyi sebuah Iklan dari salah satu perusahaan telekomunikasi beberapa waktu lalu. Dalam iklan tersebut tampak seorang guru sedang mengajar bahasa Indonesia kepada sekumpulan anak sekolah. Tidak ada yang istimewa dari hal yang diajarkan di kelas tersebut, toh hal tersebut sudah kita dapatkan ketika masih menjadi bocah ingusan di Bangku SD dulu. Tapi yang menarik adalah penyimak pelajaran tersebut adalah Edwin Van Der Sar, Wayne Rooney, Park Ji Sung, Rio Ferdinand, Michael Carrick dan Ryan Giggs. Mereka adalah para punggawa The Red Devils.

Ya, iklan tersebut menandai rangkaian kedatangan Raksasa Premier League dalam rangka tur Asia, dan beruntunglah negeri kita bisa dipilih sebagai salah satu tempat persinggahan tamu agung tersebut. Tapi apa dinyana, sebuah Bom meledak di hotel tempat rencana para pemain MU menginap. Bom tersebut bukan hanya menghancurkan beberapa bagian dari Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton tetapi juga meluluhlantakkan harapan para penggemar setan merah untuk melihat langsung para pujaannya mencicipi rumput Gelora Bung Karno.

Apapun motivasinya, peledakan tersebut bukan hanya membatalkan kedatangan mantan juara Champions League ke tanah air, namun juga semakin mencederai citra Indonesia di mata internasional. Kecewa??? Mungkin iya meskipun Aku bukan penggemar MU (Aku sendiri adalah pengemar Liverpool), namun setidaknya kedatangan mereka akan sedikit mengobati kerinduan penggemar sepakbola tanah air yang sudah lama tidak disinggahi tim besar sekaliber MU. Tidak perlu terlalu ditangisi, toh kedatangan setan merah adalah bukti kapitalisme global. Mereka meraup keuntungan milyaran dari hasil tur tanpa meninggalkan kemajuan signifikan bagi persepakbolaan Asia begitulah kira-kira bunyi pernyataan ketua AFC. Disinggahi MU bukan garansi permainan dan kualitas pasukan merah putih akan membaik.

Kembali ke pembicaraan awal. Apa sebenarnya maksud judul di atas? Begini ceritanya…

Manchester United adalah hanyalah sebuah klub kecil diawal decade 90-an. Tak banyak orang yang mengenal klub bermarkas di Old Trafford ini sampai seorang pria Skotlandia datang mengubah sejarahnya. Alex Ferguson menyulap tim ini menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya. Selama berkiprah di Britania raya, hanya tiga tim yang mampu menjadi kerikil yang menghalangi jalan MU,mereka adalah Blackburn Rovers, Arsenal, dan Chelsea. Di tangan pria berkacamata ini, MU menjadi tim dengan manajemen paling sehat, menjadi klub terkaya di dunia dan yang paling penting segudang prestasi telah ditorehkan. Puluhan gelar Premiership, Community shield, Piala FA, Piala Carling, Piala Toyota dan Super Eropa di genggamnya. Dan yang paling fenomenal adalah gelar Treble Winner di tahun 1999. Manager setan merah ini berhasil mengawinkan Gelar liga, piala FA dan Piala Champion, sebuah pencapaian prestisius bagi klub dataran Inggris, belum pernah ada klub negeri Ratu Elizabeth yang meraih hasil serupa. Hal yang kemudian membuat Pangeran Charles menganugerahinya gelar kebangsawanan, jadilah ia disapa “Sir Alex Ferguson”.

Kepemimpinan Sir Alex lah yang mengubah jalan hidup MU. Pintar memotivasi pemainnya namun tidak mentoleransi kesalahan. Sifat otoriter dan tegas membuatnya sangat dihormati kawan dan disegani lawannya. Jangan sekali-kali mempertanyakan keputusan yang dikeluarkan pria berambut putih ini, ataukah sang pemain ini sudah bosan menjadi bagian timnya. Tidak segan-segan Sir Alex mendepak pemain yang berani menentangnya walaupun dia berstatus bintang. Jaap Stam, Ruud Van Nistelrooy, David Beckham, Roy Keane, Carlos Tevez sampai Cristiano Ronaldo harus angkat koper dari klub yang bermarkas di Stretford ini hanya karena mereka berani “berulah”.. Hal lain yang menjadi ciri khas pria ini adalah dia tidak jor-joran berbelanja pemain mahal dengan status bintang. Dia lebih senang berinvestasi membeli pemain muda lalu mendidiknya menjadi pemain hebat. Kehilangan bintang tak akan ditangisi oleh beliau, karena baginya hal ini berarti kesempatan menciptakan bintang yang lain. The Red Devils layaknya sebuah kampus yang mendidik para pemain sepakbola dengan Sir Alex sendiri menjadi kepala sekolahnya. Sederet prestasi inilah yang membuat Stadion Old Trafford kandang MU dijuluki Theatre of the Dream. Sebuah landscape dimana semua pemain sepakbola bermimpi menjadi ambil bagian di dalamnya. Sir Alex dengan segala kontroversinya telah mengukir tinta emas bagi perjalanan MU dan menjadikannya tim elit di daratan Eropa dan Dunia

Lalu hubungannya dengan ETOS apa??

Terlalu naif mungkin kalau membandingkan Manchester United dan Makassar Utama (Beastudi ETOS Makassar, red) apalagi membandingkan pengelolanya dengan Sir Alex Ferguson (waduh… mimpi kali yee). Namun Aku ingin menarik sebuah analogi tentang keduanya. ETOS Makassar relatif mempunyai manajemen yang relatif sehat, setidaknya itu tercermin dari hasil evaluasi ETOS pusat. Manajemen Makassar memiliki kelengkapan yang memungkinkannya menjadi Juara, namun yang sejauh ini semuanya itu belum terlihat. Berangkat dari keresahan tersebut, dalam sebuah Rapat Wilayah Aku meminta kepada Korwil Makassar agar diberikan angkatan termuda untuk Aku bina, Aku meminta diberikan keluasan bereksperimen dan asrama dipisahkan. Dalam bayangan Aku, ini akan menjadi pilot project pembinaan generasi terbaik. Asrama dipisahkan bukan untuk merenggangkan ukhuwah namun mensterilkan etoser dari penyakit kronis seniornya. Dan pada akhirnya akan ada perbandingan antar asrama yang menjadikan asrama itu bersaing sehat. “Berikan Aku waktu setahun untuk mengubah etoser 2008 makassar untuk menjadi etoser Makassar terbaik yang pernah ada, jika dalam waktu tersebut tidak ada perubahan signifikan atau malah terjadi sebaliknya, Aku siap mengundurkan diri”. Demikian pernyataan ku tegas di depan korwil dan pendamping lain. Ada pendamping yang memperhatikan, ada yang tersenyum, ada yang diam saja, Aku tidak tahu makna diamya itu apa. Namun Aku bersyukur korwil merespon positif usulanku.

Petualangan baru saja dimulai, ternyata konsekuensi pernyataan Aku tidak segampang yang dibayangkan. Sendirian menghadapi belasan anak lelaki yang masih membawa sifat asli mereka dari kampung bukanlah pekerjaan mudah. Mulai dari dari masalah cuci piring, rendaman pakaian, kerapian kamar sampai pengaturan sandal, harus bekerja keras mengatur itu. Setiap hari Aku harus marah untuk sampai menghukum Push up, isi kolam, bersihkan kamar mandi sampai membuat tulisan jika ada yang melanggar. Ada yang harus ditegur karena kebiasaannya tidur dilantai, padahal itu buruk untuk kesehatannya, ada yang masih senang makan nasi dengan garam dengan alasan suda terbiada dan mengirit. “Otak mu butuh nutrisi, gimana IP bisa tinggi kalau makannya nasi garam?” harus ekstra usaha untuk mengubah cara berpikir mereka. Kadang Aku berpikir terlalu keras dalam menghadapi mereka, sampai ada seorang etoser yang pernah mendapat tugas, ragu memperlihatkan karyanya karena takut dimarahi. Aku tertegun “Seperti inikah imej yang terbangun di kepala adik-adik tentang Aku?” ah tidak apa-apa, itu hak mereka untuk menilai. Aku juga tidak menolak itu, karena sifat itu Aku warisi dari orang tuaku yang asli Makassar.

Di lain kesempatan seorang etoser ikhwan pernah mempertanyakan aturan asrama yang dirasa terlalu mengatur masalah pribadi sampai sandal pun dipermasalahkan. Aku cuma menjawab, “Visi ETOS adalah menciptakan pemimpin yang dapat merubah bangsa ini menjadi lebih baik, dan jangan pernah bermimpi merubah bangsa yang besar ini kalau ngatur sandal saja tidak becus!!” demikian jawabku tegas dengan tatapan meyakinkan. Pernah seorang pendamping mempertanyakan keputusanku melepaskan adek etoser yang berstatus “bintang”, Aku Cuma menjawab singkat “Aku akan ciptakan bintang yang lain!!”

Aku bermimpi menjadi Sir Alex Ferguson bagi MU. Dengan gaya kepemimpinan yang “mirip”, Aku ingin menjadikan ETOS sebagai kampus alternative dimana didalamnya Etoser belajar memaknai hidup bukan menikmati hidup. Dalam alam bawah sadar, ku gambarkan ETOS sebagai Theatre of the dream, dimana ketika orang berbicara tentang ETOS, yang mereka bayangkan adalah sebuah lembaga sumber daya manusia yang menghasilkan orang terbaik Hingga suatu saat orang tidak lagi bertanya “yang mana etoser Makassar?” tapi berkata “Inilah etoser Makassar!!”

Buat adik-adikku etoser Makassar yang sedang berkompetisi dalam acara Temu Nasional 2009, selamat berjuang, jadilah yang terbaik. Kalian sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, sekarang tinggal memetik hasilnya. “Kesuksesan itu akan datang pada mereka yang berjuang mendapatkannya bukan pada mereka yang hanya mengharapkannya. Tidak ada harga yang pantas untuk sebuah kesuksesan selain perjuangan dan pengorbanan” Berkilaulah EMAS 08, Ewako !!!

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar